Sadarkah ketika kau mampu membuat seseorang tersenyum, maka itu akan membuat mu merasa bahagia? Seakan ikut merasakan euforia menyenangkan yang membuat perasaan mu terasa membuncah. Dan itulah yang dirasakan Jungkook saat ini, walaupun Ia tak bisa melihatnya namun Ia tahu jika pemuda yang tengah Ia gendong di punggungnya ini tersenyum begitu lebar. Sejak saat Ia membawa pemuda ini keluar dari penjaranya, menuju pada bukit-bukit kecil bermaksud sekedar menikmati keindahan alam yang belum terjamah tangan manusia itu. Tidak ada yang bisa menyaingi indahnya ciptaan Tuhan, pengusaha semesta memang tahu bagaimana menyenangkan para umatnya.
"Bisa turunin aku gak kak?," Pinta Changbin ketika mereka telah sampai di puncak, walaupun tak begitu tinggi seperti bukit-bukit lainnya tetap saja terlihat begitu indah dari tempat mereka berdiri sekarang.
Jungkook menurunkan Changbin dengan hati-hati, membiarkan pemuda tersebut mengeksplor keindahan dengan caranya sendiri.
"Ngapain sih lo bawa keluar kayak gini? Kalo Minho tau, bisa lo bayangin se murka apa dia?," Brian yang sejak awal tidak setuju dengan tindakan Jungkook ini mencoba melarang, namun Jungkook tentu saja tak mau peduli.
"Ya jangan sampai tau lah, selama bisa dilakuin secara diam-diam, kenapa enggak? Lo nggak liat se bahagia apa dia?," Jungkook menuding Changbin yang tengah memandangi sekitarnya dengan senyum yang tak pernah luntur sejak tadi, Brian menatap lurus pada Changbin sekarang.
"Gue bisa apa kalo liat dia seneng gitu, gue gak punya hak buat renggut kebahagiaan dia," ujar Jungkook sambil terus memandangi Changbin, sudut bibirnya selalu terangkat sejak tadi.
Brian tak menunjukkan reaksi apapun, Ia hanya diam sambil menatap datar.
"Lo juga gak punya hak buat ikut campur masalah dia, tugas lo disini buat kerja. Bukan buat jadi pahlawan," Jungkook melirik tidak suka pada bawahannya yang sebenarnya lebih tua darinya itu, Brian ini memang terlalu kaku dan membosankan.
"Gue gak pengen jadi pahlawan, gue cuma ngelakuin apa yang sepantasnya gue lakuin. Gue emang gak punya hak buat ikut campur, tapi gue ngerasa gue punya kewajiban buat bikin dia senyum,", kini gantian Brian yang memandangnya, memberikan ekspresi lain selain raut wajah datar.
"Atas dasar apa lo ngerasa kayak gitu? Lo suka sama dia? Jangan ngaco!", Jungkook menggeleng, namun matanya kembali pada pemuda yang tampak menggemaskan ketika berjongkok dan memainkan rumput liar itu.
"Gak tau, gue cuma ngerasa gue punya tanggung jawab atas dia aja. Layaknya kakak ke adiknya, Kejam aja rasanya kalo gue gak peduli sama dia," tepat setelah Ia mengatakan itu, Changbin menghampiri keduanya.
"Kak, aku mau pulang...,"
💧
Kini Hyunjin, Felix, Chan, dan para Ayah - Ayah Hyunjin, Changbin, juga Ayah Minho- sedang dalam perjalanan menuju kantor kepolisian di Tokyo. Mereka sampai di Jepang tepat setelah Minho ditangkap, dan kini mereka akan ikut melakukan penggeledahan pada apartemen juga perusahaan Minho.
Hyunjin berusaha menahan emosinya, tangannya mengepal ketika mengingat wajah Minho. Ia tidak sabar untuk melayangkan sebuah tinju pada wajah yang tak kalah tampan darinya itu.
"Nanti kira-kira kami bisa ketemu Minho gak?," Tanya Chan ketika mereka telah sampai, mereka mulai memasuki gedung kepolisian tersebut.
"Bisa saja, tapi tidak akan berada pada ruangan yang sama," salah satu anggota kepolisian yang berasal dari Korea menjawab, dan Chan mengangguk menanggapinya.
"Jangan peduliin Minho, kita cari keberadaan Changbin dulu," ucap Hyunjin tanpa ekspresi berarti, Ia telah kehilangan separuh hidupnya lalu apa gunanya Ia tersenyum disaat seperti ini. Hyunjin hanya mencoba untuk realistis, Ia tidak akan berharap banyak namun tak munafik Ia berharap keberuntungan berpihak padanya sekarang.
Setelahnya mereka menemui kepolisian Jepang yang mereka ajak kerja sama untuk menggeledah apartemen Minho, mencoba mencari petunjuk dari sana.
💧
Hyunjin membuang nafas kasar, dadanya naik turun memompa oksigen yang entah kenapa serasa menghilang ketika emosinya mulai memuncak. Hari sudah mulai tengah malam, dan tak satupun petunjuk Ia dapatkan. Bahkan bau Changbin pun tak bisa Ia rasakan.Para polisi telah menggeledah seluruh penjuru dari apartemen Minho berdasarkan denah rumah yang mereka dapatkan dari pemadam kebakaran, bahkan mereka sempat menanyakan kepada para penghuni apartemen lain tentang bagaimana Minho dan tidak ada yang mencurigakan sama sekali. Minho terlalu bersih.
"Masih ada besok Jin, jangan khawatir," Chan menepuk pundak Hyunjin ketika mereka kembali ke hotel, mengistirahatkan tubuh juga pikiran masing-masing. Namun tentu saja tidak akan berpengaruh apapun.
"Kalo besok kita belum nemuin apapun gimana Yah? Changbin gimana?," Chan dapat merasakan sakit yang Hyunjin rasakan, anaknya itu tampak begitu putus asa.
"Kita gak ada yang tahu rencana Tuhan, biarin Tuhan ngejalanin tugasnya. Dan tugas kita, berusaha dan doa. Tuhan tau yang terbaik buat kamu, buat kita semua," Chan menatap teduh pada Hyunjin, membuat Hyunjin melemah. Ia lelah sebenarnya, namun Ia akan merasa kecewa pada dirinya sendiri ketika berpikir untuk mundur. Tidak pernah ada kata menyerah dalam hidupnya, dan yang menjadi miliknya akan terus menjadi miliknya. Siapapun yang mencoba mengambil alih darinya, maka hanya ada dua pilihan yang Ia buat pada mereka. Hidup atau mati.
💧
Keesokan harinya, mereka mendatangi gedung perusahaan Minho. Mereka tidak akan menggeledah apapun disana, namun mereka akan meminta kesaksian kepada para karyawan. Dan ketika itu, Hyunjin bertemu dengan Jinyoung.
Entah ini sebuah keajaiban atau apa, Hyunjin diam-diam bersyukur ketika Jinyoung kini berada dihadapannya. Ia tidak tahu apakah Jinyoung mengetahui sesuatu, namun sedikit banyaknya pasti Jinyoung mempunyai jawaban akan pertanyaan nya.
"Jadi tuan Ji, anda tahu dimana tuan Minho menyembikan tuan Changbin?," Bisa Hyunjin lihat Jinyoung nampak terkejut ditanyai seperti itu oleh salah satu anggota polisi, dan hal itu membuat Hyunjin makin yakin akan sesuatu.
"Nggak, saya nggak tahu apa-apa," jawab Jinyoung kini terlihat lebih santai, membuat Hyunjin mengernyit.
"Anda yakin? Anda kan sekretaris nya?," Tanya polisi itu lagi.
"Saya ini cuma sekretaris beliau, tidak lebih. Saya tidak punya hak untuk ikut campur urusan pribadi atasan saya, lagipula saya tidak pernah melihat Minho membawa Changbin kemari," Jinyoung tampak terganggu atas investigasi tersebut, juga tatapan yang tertuju padanya. Hyunjin menghela nafas kasar.
"Kak, tolong bantuin kita buat nemuin Changbin. Gue yakin pasti lo tau sesuatu, lo nggak khawatir sama Changbin? Lo juga pasti tau kalau sekarang Changbin lagi hamil, dan lo tega ngebiarin ini semua?," Hyunjin tak peduli akan imagenya lagi, tak ada lagi Hyunjin yang selalu menjunjung tinggi rasa gengsi.
Jinyoung tampak menghela nafas, ia menatap Hyunjin "Gue gak tau apa-apa, gue gak mau ikut campur,"
-To Be Continued-
Cuma mau bilang, tinggalkan jejak :" BUKAN JEJAK KAKI ATAU "JEJAK" YAA!! :3
![](https://img.wattpad.com/cover/177695344-288-k544571.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[10]Lo Siento (COMPLETE) ✔
FanficSekuel dari I Am You - (Changjin) But, the main focus is on Minho's feelings Minho yang selalu melontarkan kata maaf didalam hatinya ketika ia melakukan kesalahan yang bahkan ketika tak ada satupun yang menyadari Warn!! BXB AREA. M-PREG Semi-baku T...