Dandi Dan Shany

12 3 0
                                    

Hari Esok
Part 1 :Dandy dan Shany

Malam itu, adalah malam ke seribu dalam hidupku yang sangat indah. Bintang dan bulan tersenyum lebar kepadaku dengan memperlihatkan cahaya indahnya. Malam itu juga adalah malam ke Tiga ratus Tiga puluh Tiga setelah masa masa ketegangan ku dengan Shany. Saat dimana aku mengatakan seluruh perasaanku pada Shany. Namun sayang itu telah berlalu telah terhempas oleh angin yang menghembus waktu.
Aku memegang selembar kertas yang berisi sebuah puisi untuk hari pertunangan ku bulan depan. Dan hari itu aku ingin membuat seluruh orang menangis tetapi dengan hati yang bahagia. Angin berhembus kencang aku sedang duduk di kursi taman dekat rumahku. Tiba tiba kertas itu terbang terhempas angin. Terhembus kesana terhembus kesini hingga akhirnya terjatuh di sebuah tempat yang biasa orang sebut gembok cinta. Gembok cinta adalah tempat orang memasang gembok lalu membuang kuncinya agar hubungan erat seperti gembok tanpa kunci sama seperti hubungan tanpa perusak. Aku berpikir tentang ini semua. " Untuk apa orang orang berbuat seperti ini? Kalau aku pikir sih percuma karena menurut aku cinta itu di bimbing dari hati ke hati bukan dari gembok ke gembok.....! Ah ya sudahlah!". Aku kembali mengambil kertas itu lalu memutuskan untuk pulang karna angin telah merebut semua kebahagiaanku. Aku berjalan langkah demi langkah. Menelusuri rumah satu persatu hingga akhirnya sampai di sebuah gedung tinggi yang merupakan suatu masa lalu antara aku dan Shany. Gedung ini berwarna hijau dan berdekorasi sangat indah sekali. Aku melangkah kan kaki ku lagi. Dan tiba tiba mataku ditutupi oleh sepasang tangan yang putih. Dan aku tahu ini aroma siapa.
"ADUH Shany Shany!"
"Kok tau?" Shany melepaskan tangannya dari mata ku. Akupun berbalik karna aku ingin sekali melihat wajah indah Shany yang berwarna putih itu.
"Emang kenapa kalau aku tahu?" Aku mencoba mempermainkan Shany dengan apa yang aku bisa.
"Ya gak apa apa sih....! Cuman nanyak doank masa gak boleh?". Wajah Shany berubah menjadi cemberut.
"Ecek ecek loh sayang jangan gitu dong ntar jelek!" Celoteh aku mencoba merayu Shany sambil mencubit pipinya. Shany hanya terdiam tidak tahu apa yang ingin ia ucapkan. Malam itu serasa milik kami berdua. Kami melalui malam itu seperti malam yang penuh dengan bintang dan bulan. Terang sekali tanpa awan gelap. Namun tak beberapa lama kemudian seseorang berbaju serba hitam datang menemui kami. Orang itu memanggil kami seperti seseorang yang dekat dengan kami. Walaupun sebenarnya kami tak mengenalnya. Shany malah ketakutan memeluk tubuhku. Hatiku terasa senang sekali. Jantungku berdetak kencang sekali. Orang berbaju hitam itu mendekat. Sementara pelukan Shany semakin erat. Orang berbaju hitam itu berdiri tepat satu meter di hadapan ku dengan membelakangi kami. Aku mencoba mendekati orang itu. Aku memegang pundaknya. Orang itu pun memutar melihat ku. Alangkah terkejutnya aku melihat orang itu secara mendadak hilang. Shany pun merasa aman. Aku kembali mendekati Shany. Dengan rasa aneh kenapa tiba tiba orang itu menghilang. Dan siapa orang itu. Tetapi yang pasti orang itu telah membuat sesuatu yang sulit terjadi telah terjadi. Yaitu Shany yang memelukku. Ini sesuatu yang tak pernah terjadi.
"Kemana orang itu?" Tanyak Shany yang merasa aneh.
"Tak tahu! Aku pun bingung! Tapi orang tersebut telah membuat kamu memeluk aku!" Ucap aku yang menertawakan Shany.
"Ouhhh kamu mengambil kesempatan!"
"Ehhh kan kamu yang memelukku" malam itu adalah malam yang penuh tawa. Shany Berhenti tertawa setelah melihat aku. Aku pun mulai kebingungan ada apa dengan Shany. Tangan Shany perlahan mendekat dengan wajahku. Jari telunjuk Shany mendekat dengan wajahku. Jari itu mencolek pipiku. Seketika aku terkejut. Setelah mencolek pipiku, Shany tertawa dan berlari. Sementara aku berusaha mengejarnya. Tetapi tidak beberapa lama kemudian Shany terjatuh tersandung batu. Shany mengaduh kesakitan. Aku mendekat dengan Shany. Dari belakang aku memeluk erat tubuh Shany sambil berkata.
"Ada apa" bisik aku.
Perlahan suara tangis Shany terdengar. Suaranya lembut tidak seperti suara becak tua. Aku melihat wajahnya. Ternyata wajahnya sangat lucu ketika menangis.
"Wajahmu lucu ya kalau menangis!
Pada saat tersenyum manis banget!"
"Kamu ini bukan nya bantuin malah mengejekku!"
"Loh kamu kan super Hero bisa sendiri kan?" Aku melihat wajah Shany yang benar benar lucu sekali.
"Super Hero apa?" Shany menghapus air matanya.
"Super Hero buat anak anak kita kelak!" Aku pun tertawa berharap Shany ikut tertawa. Namun ia tidak tertawa. Shany hanya tersenyum lalu bangkit Sambil menghapus air matanya. Setelah berdiri Shany pun meminta untuk diantar pulang. Aku pun mengiyakan permintaannya karena sudah terlalu malam. Aku dan Shany pun langsung jalan. Kebetulan rumah Shany tidak terlalu jauh. Setelah sampai dirumah Shany, aku langsung meneruskan jalanku untuk kerumahku. Rumahku pun tidak terlalu jauh.

*Tunggu kelanjutannya ya!*

Esok HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang