Samatoki

791 55 79
                                    

"[Name]"

"Samatoki Niichan! Apa kabar?" tanya seorang perempuan bersurai [HC] dengan manik [EC] nya yang berbinar melihat sang kakak yang membawa kantung belanjaan dan sebuket bunga.

"Yah... Biasa saja." balas sang kakak, Samatoki. Ia meletakkan sebuket bunga di atas meja.

"Kalau kau bagaimana, [Name]?"

[Name] tersenyum riang. Tangannya membentuk pose peace.

"Luar biasa."

Samatoki tersenyum akan tetapi, manik merahnya menunjukkan kesedihan.

"Kalau luar biasa, kenapa kau masih disini." gumamnya pelan.

Aohitsugi [Name] menderita penyakit Leukemia. Samatoki menyalahkan dirinya karena tidak bisa menjaga adiknya. Orang tuanya meninggal karena sering bertengkar.

"Nii-chan! Mana manga Haikyuu nya?" tanya [Name]. Sontak Samatoki pun membuka kantong belanjanya.

"Nih."

Saat Samatoki memberikan manga, raut wajah [Name] bersinar. Seolah tidak ada hal lain selain manga dan Samatoki. Ia pun memeluk sang kakak.

"Arigatou, Samatoki nii-chan!"

"um." balasnya. Tangan [Name] membuka segel manga dengan pelan-pelan. Ia tidak mau manganya lecet sedikit pun.

"Wah... Kali ini pertandingan Nekoma vs Karasuno. Seru sekali. Aku jadi ingin bermain voli dan menjadi seperti Hinata Shouyo. AKU INGIN MENJADI ACE!" Seru [Name] sembari berpose seperti anggota Scouting Legion.

"Shinzou wo Sasageyo!"

"stt... Jangan berteriak. Ini rumah sakit."

[Name] mengusap tengkuknya. "hehe... Gomen, nii-chan."

"Kau ini."

Samatoki tersenyum dan mengusap pelan surai [HC] adiknya.

Tok tok tok

"Sumimasen, tuan waktu berkunjung anda telah habis. Sekarang kondisi pasien akan di cek." Ucap seorang suster rumah sakit.

Berat rasanya Samatoki meninggalkan [Name]. Tapi, apa boleh buat. Ini demi kelangsungan hidup adiknya.

"Cepat sembuh ya, [Name]. Nanti kita main voli bareng."

"Eh? Nii-chan bisa main voli?"

Samatoki berjalan ke pintu keluar kamar. "Tidak sih. Tapi, kau bisa kan? Ajari kakakmu ini ya." Sosok sang kakak pun lenyap setelah pintu ditutup.

"Samatoki nii-chan." gumamnya. Matanya terlihat berkaca-kaca. Ia segera menggelengkan kepalanya pelan dan mengusap matanya.

"Yosh! Ayo suster."

"Aohitsugi Samatoki"

"Hai!"

"Kau bukan Samatoki-kun."

"Gomennasai, sensei. Selama Samatoki-sama belum kembali, saya diperintahkan saat ada pengabsenan saya harus menyamar menjadi dia." Jawab seorang siswa. Ia terlihat sangat ketakutan.

"Baiklah. Kalau begitu, sekarang dia bolos."

"Tapi sensei-

"Kalau ada masalah, laporkan saja ke Osis. Mereka pasti bisa mengurusnya." potong sang guru, Jinguji Jakurai.

"Baik sensei."

"SIALAN!"

Bugh!

"BERANINYA KAU MELAPORKANNYA KE SENSEI! KENAPA KAU TIDAK BILANG KALAU AKU SEDANG SAKIT DAN KAU SEDANG INGIN MENIRU KU, BANGSAT!"

罰ゲーム (Game Punishment)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang