Rokok

548 51 13
                                    

"SIAL!"

BRAK!

"ADUH."

Samatoki mengaduh saat tangannya sengaja memukul pohon sakura yang bunganya sudah habis berguguran. Ia masih menyesali perbuatannya saat bermain game tadi.

"Otakmu sudah tidak ditempatnya lagi ya, Samatoki?"

Samatoki menoleh ke arah sumber suara. Menggeram, menatap sinis pria berkacamata yang mendekatinya.

"Jyuto."

Jyuto hanya menanggapinya dengan tersenyum miring. Pria itu duduk dibawah pohon Sakura. Ia menepuk tanah disampingnya. Mengajak Samatoki duduk.

"Kemari."

"Hah?! Beraninya kau?!"

"Ingat kondisimu sekarang, Samatoki. Ini perintah."

Samatoki menghela nafasnya kasar. Kakinya melangkah mendekati si lawan bicara kemudian menduduk diri. Matanya melirik tangan Jyuto yang terlihat sedang mengambil sesuatu di saku celana nya. Ia tersentak pelan saat melihat benda yang dibawa pria disampingnya. Collar hitam dengan hiasan kanji '犬'.

"Ini. Pakai." Jyuto menyerahkan collar tersebut.

"Hah?! Untuk apa aku menggunakan ini?! Dan tulisannya 'Inu'? Kau pikir aku anjing peliharaan mu?!"

Jyuto terkekeh pelan. "Tentu saja. Aku sudah lama menunggu saat-saat seperti ini. Sekarang kau anjingnya Osis, kan?"

"Tch." Samatoki memakai collar tersebut dengan terpaksa. Setelah dirasa pas dilehernya, ia menyandarkan diri di pohon sakura.

"Wah. Kau terlihat cocok memakainya. Anak pintar." Jyuto mengacak-acak surai putih pria disampingnya. Samatoki, mendecih kesal. Ia menepis dan mendorong tangan Jyuto agar menjauh darinya.

"Yare-yare. Jangan kasar begitu, Samatoki-chan." bisik Jyuto. Samatoki hanya menanggapinya dengan decihan.

Puas mengerjai Samatoki, Jyuto mengambil sebungkus rokok di saku celana nya. Lalu, membukanya.

"Kau mau?" tawar Jyuto kepada Samatoki yang masih menatapnya sinis. Tanpa basa-basi, Samatoki langsung mengambil sebatang rokok yang ditawarkan Jyuto. Jyuto terkekeh pelan melihat tingkah Samatoki yang belum berubah. Ia pun mengambil mancis dan menyalakan rokoknya.

"Oi, berikan benda itu padaku." pinta Samatoki sembari mengapit rokok di bibirnya.

Jyuto menyeringai. Ia memasukkan mancis ke sakunya.

"Kau tidak memerlukan itu."
Jyuto mendekatkan wajahnya dengan Samatoki. Jarinya memposisikan rokoknya dengan rokok Samatoki. Sedangkan, Samatoki membelalakan matanya kaget. Muncul semburat merah di pipinya.

'Ini termasuk ciuman tidak langsung, kan?!' batin Samatoki.

Rokok sudah menyala, Jyuto pun menjauhkan wajahnya. Tersentak pelan melihat reaksi Samatoki. Menyeringai, Jyuto menghembuskan asap rokoknya.

"Bagaimana kabar adikmu?" tanya Jyuto memecah lamuan Samatoki.

Samatoki melirik Jyuto. "Apa maksudmu? Kalau kau berani mendekatinya, langkahi dulu mayatku."

Jyuto terkekeh pelan sembari membenarkan posisi kacamatanya.
"Aku tidak berniat mendekati adikmu. Dan juga apa tadi yang kau bilang? Langkahi dulu mayatku? Kau lupa ya, sekarang kau ini hanyalah...

Jyuto mendekatkan bibirnya ke telinga Samatoki.

...Anjing kami." bisiknya.

Mendengar pertanyaan itu. Samatoki kesal, ia berdiri.

"Adikku sedang di rumah sakit. Sepupuku yang membiayainya. Sudah puas?!"

"Oya? Ternyata keluarga sepupumu itu peduli pada kalian." Ujar Jyuto.

"Tch. Jangan samakan mereka dengan pasangan gila yang ingin membunuh anaknya sendiri." Samatoki pergi meninggalkan Jyuto sendirian.

"Tunggu Samatoki."

Merasa terpanggil, Samatoki menghentikan langkahnya dan menoleh. "Hah?"

Jyuto berpikir sejenak. Angin sepoi-sepoi bertiup menggerakkan surai mereka. Jyuto memejamkan matanya sejenak.

"Tidak. Bukan apa-apa. Pergi sana." perintahnya.

"Tch. Tanpa kau suruh aku akan pergi."

Perasaan aneh apa ini?

Tanpa mereka sadari, ada sepasang kamera yang memata-matai kegiatan Jyuto dan Samatoki.



Bel berbunyi, tanda waktu istirahat telah berakhir. Seluruh siswa memasuki kelasnya masing-masing. Terlihat pria bersurai putih berjalan berlawanan arah dengan siswa lainnya. Ia menuju ruang perpustakaan.

"Permisi." gumamnya pelan sembari menutup pintu perpustakaan.

Ruang perpustakaan yang tenang dan sejuk menjadi tempat yang bagus untuk tidur siang. Apalagi sekarang sudah memasuki jam belajar. Perpustakaan menjadi sepi. Baru saja Samatoki menutup matanya, seorang siswa menjatuhkan beberapa buku tebal di dekat Samatoki.

"Apa yang kau-

Awalnya Samatoki ingin protes dengan sang pelaku. Namun niatnya terurungkan melihat siapa si pelaku. Manik merahnya menatap tajam ke arah manik hijau-biru yang menatap nya rendah.

"Apa yang kau lakukan disini, Samatoki?" tanya nya penuh penekanan.

"Seharusnya aku yang bertanya, Saburo." balas Samatoki.

"Tentu saja aku disini ada tujuan yang jelas. Sedangkan kau? Anjing tidak cocok tidur di tempat yang indah ini. Oh iya, tempat yang pas untuk mu adalah... Kau ingin mengetahuinya?"

"Dimana?"

"Tentu saja. Di belakang sekolah. Disana tempat yang cocok untuk anjing sepertimu." ejek Saburo.

"Tch. Kau tidak ada rasa hormat ke-

"Menghormatimu? Untuk apa aku menghormati anjing." Saburo menarik collar di leher Samatoki. Jarinya memainkan kanji '犬' di collar itu.

"Sampai menggunakan ini. Serendah apa harga dirimu sekarang, Samatoki?" Tanya sekaligus ejek Saburo.

Samatoki mengurungkan niatnya memukul pria dihadapannya. Ia hanya menepis tangan Saburo.

Saburo menyeringai. Ia memperhatikan gerak-gerik Samatoki.

"Tadi aku melihatmu loh."

"Hah?"

"Kau tadi bersama Iruma Jyuto, kan?" tanya Saburo.

Saburo mendekatkan wajahnya dengan Samatoki. "Berciuman secara tidak langsung begitu. Kau menggodanya ya?"





Tbc
Vote+commet dipersilahkan
Arigathanks gozaimuch telah membaca (○゚ε゚○)

罰ゲーム (Game Punishment)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang