Karya: imamutammimah
Editor: catatankita21
-
"Udah beres. Yuk, kita pulang," ucap Niko.
Anggota tim teater Universitas Banca kali ini telah usai menampilkan pementasan tadi sore. Acara berjalan dengan sukses dan kini saatnya mereka untuk kembali ke rumah masing-masing.
"Anggun!" teriak Nela menghentikan aktivitas mahasiswa-mahasiswi yang masih ada di ruangan pementasan. Niko, kekasihnya segera bergegas karena khawatir mendengar teriakan Nela.
Begitu terkejutnya Niko melihat Anggun terkapar di pojok gudang dengan bersimbah darah mengalir di tubuh mungilnya. Terdapat pisau yang menancap di dada Anggun. Wajahnya lebam, terdapat lima luka tusuk pada bagian kaki Anggun. Tangannya menggenggam lemas silet. Tampaknya ia berusaha menyerang lawannya dengan benda kecil tersebut.
Anggota tim teater yang lain berdatangan. Mereka segera menghubungi rumah sakit dan polisi untuk olah TKP. Setelah beberapa saat polisi datang dan meminta ruangan disterilkan dan meminta mahasiswa untuk memercayakan tugas ini kepada mereka. Niko, Adit, Sherly dan Nela tak mau menunggu hasil pemeriksaan polisi. Mereka ingin mengusut perkara ini dan segera menemukan siapa pelaku pembunuhan keji tersebut.
"Kamu pulang sama kak Lina dulu, ya, Nel. Aku di sini sama Adit."
"Gak, Ko. Aku bakal nemenin kamu buat usut perkara ini. Meskipun Anggun pernah jahat sama aku, tapi aku tetap harus jadi orang yang baik."
Anggun adalah mantan kekasih Niko semenjak SMA. Hubungan mereka berjalan tiga tahun dengan harmonis sebelum akhirnya Anggun dan Niko melanjutkan pendidikannya di Universitas Banca. Anggun selalu menggunakan kecantikannya untuk memikat teman seangkatannya, bahkan ia juga tak segan-segan berselingkuh di depan Niko. Hal ini membuat Niko jengkel dan tanpa disadari Niko telah jatuh hati oleh sahabat SMA-nya juga, Nela. Semenjak berhubungan dengan Niko, hidup Nela selalu tak tenang. Ia selalu diganggu oleh Anggun, entah ban motornya yang tiba-tiba kempes sampai dengan fitnah hilangnya dompet Anggun yang dikarang oleh Anggun sendiri.
"Gimana tadi kejadiannya, Nel?" tanya Sherly.
"Aku tadi masih beres-beres kardus, Sher. Lalu aku mau kembaliin kardus-kardus itu ke gudang pojok, tiba-tiba aku dengar bunyi dentuman dari dalam. Awalnya aku kira cuma barang yang jatuh, jadi aku gak mikir macam-macam. Waktu aku buka pintu, aku udah nemuin Anggun dengan kondisi yang mengenaskan. Aku juga lihat jendela yang udah kebuka lebar, mungkin pelaku berhasil kabur lewat itu."
"Hmm..., gimana kalau kita periksa gudang itu lagi? Mungkin akan ada barang bukti yang bisa kita temuin," sahut Adit dengan antusias.
Mereka berempat berjalan beriringan menuju ke gedung tempat Anggun dibunuh dan mengelilingi gudang tersebut hingga Niko menemukan sesuatu yang mencurigakan.
"Bukannya ini ikat rambut kamu, Nel?" Tanyanya menghampiri Nela perlahan.
"Iya, ini ikat rambut yang tadi aku pakai, tapi aku gak yakin kenapa ikat rambut ini ada di sini."
Mereka memutuskan untuk kembali ke rumah mereka sebelum larut malam karena tak kunjung menemukan sesuatu yang dapat dijadikan bukti lagi.
"Nel, meskipun Anggun pernah sebegitu buruk sama kamu, tapi aku gak mau kamu kayak dia juga. Kejahatan gak harus dibalas dengan kejahatan, Nel. Kalau kamu juga bertindak jahat, lalu apa bedanya kamu dengan Anggun," ucap Niko setelah berpikir beribu kali untuk mengucapkan kalimat ini.
"Maksud kamu apa, Ko? Kamu tahu sendiri 'kan aku dari dulu gak pernah balas Anggun."
"Aku juga gak tahu, Nel. Ikat rambut yang tadi aku temuin bikin aku ragu. Kamu cuma angkat kardus, mana mungkin ikat rambut tiba-tiba jatuh gitu aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia
Mystery / ThrillerDidasari oleh ambisi cinta yang besar, maka cerita ini dapat mengalir. -bersama grup teras kata.