Siang hari yang cerah, hari yang pas untuk menebar semangat.
Filosofi cuaca indah di luar sana mendukung penuh segala jenis kegiatan untuk dilakukan setiap insan. Baik di luar, maupun di dalam. Dan Jaehyun dan Mingyu, mau tidak mau harus tetap berada di dalam.
Kenapa?
Karena Mingyu akan melahirkan anaknya.
Siang hari yang cerah, hari yang pas untuk menebar semangat.
Jaehyun berharap Mingyu memiliki semangat itu. Tapi Mingyu menunjukkan sesuatu yang tidak memenuhi harapannya.
Ia ketakutan. Hal natural untuk dirasakan.
"Jaehyun, kau yakin dengan seperti ini semuanya akan baik-baik saja?"
"Tenang saja. Semuanya akan aman."
Jaehyun tampak santai. Berbanding terbalik dengan Mingyu yang merasa cemas luar biasa.
"Tapi aku takut."
Karena ini merupakan pengalaman pertamanya. Dan ia tidak merasa memiliki persiapan yang cukup baik. Karena kondisi di sini tampak tidak memadai.
Jaehyun tidak ingin mengeluarkan banyak biaya, jadi ia sendiri yang akan menangani proses kelahiran anaknya. Di dalam kamar tidur kecilnya. Padahal ia sendiri tidak memiliki pengalaman dalam hal ini, juga tidak tahu bagaimana cara melakukannya.
Keduanya bukan orang berada. Atau kasarnya, mereka hidup kesusahan.
Rasanya mereka sudah memutar otak sedemikian rupa tapi sebuah lonceng ide tak kunjung membangunkan. Jadi beginilah kehidupan keduanya. Tidak ada kemajuan.
"Kau ini, belum apa-apa kenapa sudah menangis? Apakah kontraksimu sudah terasa semakin kuat?"
Menggeleng lemah, Mingyu mengelusi perut bulatnya. Ia masih terduduk di atas ranjang, dan entah bagaimana Jaehyun tampak benar-benar santai. Itu yang membuat Mingyu semakin sakit. Rasa sakit di bagian bawah perutnya kini bukanlah apa-apa dibandingkan rasa sakit di hatinya. Bukan karena Jaehyun. Tapi karena sesuatu...
"Tidak perlu menutupinya. Kalau sakit ya sakit saja. Sudah, ayo kita mulai."
Jaehyun membaringkan tubuh Mingyu perlahan. Mencoba membuatnya merasa nyaman.
"Bernapaslah." Jaehyun memberi aba-aba ketika membuat sepasang kaki Mingyu mengangkang di hadapannya.
"Kau benar-benar gila! Aku sudah bisa melihat puncak kepalanya dan kau masih mengaku kalau kau baik-baik saja? Ini sudah memasuki bukaan yang sempurna dan kau hanya tinggal mendorongnya keluar!"
"Kau yang gila! Kenapa kita harus melakukan ini?!"
"Eits, kita sudah sepakat untuk tidak mengungkit masalah ini lagi, sayang. Jadi lanjutkan saja. Paham?"
"Kalau begitu setidaknya peluklah aku. Genggam tanganku. Untuk saat ini aku membutuhkan dekapanmu lebih dari apapun."
"Jika aku melakukannya, nanti aku tidak bisa memegangi baby dan membantu menariknya keluar. Ayolah sayang, jangan membuat semua ini menjadi sulit."
Untuk sesaat Jaehyun mengecup kening Mingyu selama beberapa detik. Itu berhasil membuat Mingyu merasa lebih tenang.
Beberapa saat setelahnya mereka malanjutkan prosedur. Jaehyun tidak melakukan banyak hal. Mingyu yang bekerja lebih banyak.
"Kau sudah berhasil mengeluarkan seluruh bagian kepalanya! Sekarang bisakah aku menarik dia keluar?"
"Jangan! Dasar idiot! Kau mau kepalanya putus?! Kau baru bisa menariknya nanti jika aku sudah mengeluarkan setengah badannya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Put a Sock in It ⛔ JaeGyu [⏹]
Fanfiction"Jadilah anak yang berguna." Jaehyun dan Mingyu tidak perlu memberikan ungkapan semacam itu. Karena sejak awal kelahiran anaknya, mereka sudah tahu bagaimana cara 'menggunakan'nya dengan baik. MPREG ©2019, ichinisan1-3