Seulas senyuman Mark berikan untuk mengusir rasa canggung. Jemarinya saling bertaut dengan mata yang masih menatap lekat gelas margarita di depannya. Minuman itu sudah menjadi candu bagi Mark, tapi kali ini —lidahnya terasa kelu.
Gemerlap diluar sana seolah tidak bearti dalam ruangan yang hanya terdapat sofa dengan dinding kaca di sudut Club. Mark disana -sendirian. Duduk dibawah lampu merah kecil yang menambah kesan dingin.
Tetap mempertahankan senyumannya, Mark memandang bearti podium Club DJ yang sudah menjadi tempat bekerjanya 8 tahun dari tempatnya. Dimana ia menghancurkan kewarasannya dalam setiap aliran musik yang ia ciptakan. Membawa puluhan manusia untuk terjatuh dalam permainannya. Semua itu kenangan yang berarti bagi Mark.
Masa terpuruknya terlewati dalam bangunan yang semua mata memandang rendah kearahnya. Tempat buruk yang selalu menjadi pelampiasan kehidupan. Katakan saja seperti "kebahagiaan dunia".
"Tempat itu akan tetap menjadi milikmu Mark."
Mark berdecak dengan seringaian penuh rasa bersalah. Kepalanya terjatuh tidak berani menatap langsung orang yang sedari tadi ia tunggu. Johnny Seo —pria yang selalu menjadi alasan Mark untuk mengingat hutang budi.
Johnny duduk di sofa tunggal yang langsung mengarah jantung Club. Pandangannya menatap seseorang yang tidak kalah bersinar di podium DJ seperti Mark. Membuka lengan kemejanya, ia berdeham sama canggungnya seperti Mark. Mereka terlalu mirip.
"Apa kau hanya akan diam saja? Jangan banyak membuang waktu Mark, sekarang kau tidak bisa bangun jam 3 sore lagi."
"Kenapa berbicara seperti itu? Kau membuatku merasa tidak enak!" Protes Mark.
Johnny tertawa. Mata bulat Mark yang menatapnya sengit dengan gerutuan seperti pria tua sangat lucu bagi Johnny.
"Aku hanya menggodamu Grëomr."
"Katakan sekali lagi dan kupastikan kau berada di neraka tuhan." sarkas Mark dengan menatap Johnny kesal.
Johnny hanya menyeringai samar, Mark selalu mengancamnya jika ia memanggil Mark dengan nama keluarga yang sangat Mark benci setengah umur hidupnya.
Kedua pria itu terdiam. Mengisi keheningan dan jarak diantara mereka. Johnny memberi waktu Mark untuk berbicara, meski ia tahu apa yang akan Mark katakan.
Tangan kanan Johnny menopang dagunya dengan pandangan mengisi seluruh isi Club. Beberapa kitty miliknya sedang menari di lantai dansa, memperlihatkan lekuk tubuhnya yang menggoda. Lalu tatapannya mengarah pada pria rambut merah muda yang terlihat sangat kaku untuk mengontrol musiknya.
"Jaemin sama seperti kau saat pertama kali menjadi DJ, pria naif." ujar Johnny membuat Mark langsung menatap pria yang sedari tadi berada di podium DJ.
"Seharusnya kau tidak mempekerjakan anak dibawah umur John."
Johnny terkekeh samar, "kau lupa umur berapa kau berada disini?"
"Manusia tidak pernah mengenal yang namanya usia —manusia hanya mengenal keuntungan. Aku tidak bisa rugi karena kehidupan terlalu kejam Mark."
Mark terdiam. Ucapan Johnny memang benar. Arus kehidupan tidak pernah berpihak pada keinginan dunia.
Untuk seseorang yang sangat mengenal Johnny, Mark tidak pernah mengatakan jika Johnny itu pria yang baik, tapi dia juga bukan orang yang jahat. Dia baik —meski baiknya selalu dikatakan jahat oleh setiap orang. Hanya lihat dengan sudut pandang yang luas, maka baru akan terlihat jawabannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
empty ↪Mark Lee
Fanfiction[ bahasa | mark lee x oc ] bahagia atau tidak itu hanya kita yang menentukan, tapi jika sedari awal sudah semu, apakah ada kesempatan untuk akhir yang bahagia? ••☣•• "Jika ini memang adalah akhir dari cerita ki...