Arion Gave Evano
Gave panggilanya. Tergantung sih, mau panggil Rion atau Evano juga iya aja. Bawaan cuek memang sudah mendarah daging dikeluarga nya. Datar, 99 % of course. Populer, emang iya. Tapi itu yang membuat nya merasa risih jika berjala...
Pintu berwarna ungu itu terus saja bersuara ketukan dari arah luar. Membuat seorang wanita yang sedang berada didalam nya merasa risih akan hal itu.
"Lo bisa diam ngga sih?!" kesal nya, ia sudah berapa kali mengingat kan untuk berhenti menggedor kamarnya sedari tadi.
Tapi tetap saja, gedoran itu tidak berhenti sejak 5 menit yang lalu.
Ia menghela nafasnya pelan, berusaha mengatur kesabarannya yang bisa saja meledak kapan saja ia mau,
Indira beranjak dari kasurnya menuju pintu untuk mengetahui siapa orang yang dengan berani menggedor keras pintu ungu nya itu.
Ketika kenop pintu digerakan, terlihatlah wajah garang Ibunda nya dengan centong ditangan sebelah kanan.
Indira hanya terkekeh melihat siapa sebenarnya pelaku dari penggedoran pintunya.
"Bunda ngapain berdiri disini? Ga capek bun?" tanya Indira dengan wajah tanpa bersalah nya.
"coba teriak teriak gitu lagi Dek, coba! Bunda mau denger! " ucap Bunda nya.
Indira memainkan ujung baju Bunda nya, "loh emang tadi Adek ngomong apa? Perasaan cuman diem aja. "
Terkadang melakukan pembelaan terhadap diri sendiri itu diperlukan. Agar tidak terlihat terlalu salah. Walaupun sebenarnya emang salah .
"Jemput abang sana, ban nya bocor. Tadi dibawa kebengkel dan besok baru bisa keluar." tukas Bunda.
Alis tebal nya menyatu mendengar ucapan Bunda, "males Bun, sekarang tuh udah jam setengah lima. Bunda tega nyuruh Dira jemput abang,"
Ia memasang wajah se-dramatis mungkin agar Bunda nya bisa luluh. Dan tidak jadi menyuruhnya untuk menjemput abang laki laki nya itu.
Bisa hancur masa liburan nya yang harus dipakai untuk bersantai, malah untuk menjemput abang nya itu.
"ooh gitu ya sekarang sama Bunda, ngga mau diminta tolongin. Gitu ya.. " ucap Bunda sambil perlahan berjalan menuruni tangga.
Indiri bakal merasa kesal jika Bunda nya sudah mengatakan kalimat itu. Kalimat yang paling Indira tidak suka.
"iya bun iyaa. Ini Indira ambil kunci dulu, Dira jemput kok abang. " jawab Indira.
Dengan perasaan kesal ia masuk kedalam kamar nya, mengambil jaket, kunci mobil dan jangan lupa handphone.
"Bundaaa Dira berangkat. Bye bunda."
"hati hati, jangan suka ngebut." ucap Bunda.
****
Tangan kiri nya terus mengencangkan volume lagu dan mulutnya tidak berhenti bersenandung mengikuti nada lagu.
Sampai dering handphone mengalihkan pandangan nya dari kemacetan diluar.
Drttttdtt...
Bg Lanka.
"ngga sabaran banget sih, ngomel pasti nih!" gumam Indira.
Jempolnya menggeser tanda hijau, kemudian memelankan volume lagu dan mengeraskan Volume suara hp nya.
"apa?"
"lu dimana, lama bener?!"
"macet, lu ngga tau apa jalanan semacet apa kalo udah sore! Apalagi ini jam jam orang pulang kerja. Ngga usah ngeluh, maka nya punya mobil tuh jangan digunain buat balapan mulu!"
Kan kan emosi gue batin Indira.
"bawel banget sih. Iya iya, buruan nih. Gw udah laper banget! "
"bilang Bunda kalo mau makan diluar! "
"iya."
Indira langsung menambah kecepatanya menuju tempat latihan Lanka.
Kavindra Akalanka Pratista
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nyebelin. Cerewet. Pd tingkat akurat. Sayang Indira. Haha..
Hanya tambahan saja.
Mobil Indira terparkir dengan rapi di parkiran khusus mobil. Karena sedari tadi ia tidak melihat tanda tanda Lanka ada di tempat itu, ia memutuskan untuk keluar dari mobil.
"mana sih abang!" kesal Indira.
Kebiasaan Lanka jika dijemput pasti menghilang entah kemana. Doyan banget dicariin. Ini salah satu alasan kenapa Indira tidak mau menjemput Lanka.
Indira : Lo dimana?! Lanka : iya iya, ini gw lagi sma temen gw
Lanka yang sedang berkumpul dengan teman teman nya, merasa getaran hp nya yang ia taruh di atas meja. Semua mata langsung memandang kearahnya.
"adek lo? " tanya salah satu teman Lanka yang bernama, Rama Trita Agajaya.
Lanka hanya mengganguk, jari jarinya menari diatas layar persegi itu.
Indira : gue di tempat biasa, buruan. Ntar kemalaman, lo katanya laper.
