Ketika kau menginginkan sesuatu, maka kau harus mengorbankan sesuatu pula. Lalu pertanyaannya, apa yang harus kau korbankan? Sesuatu yang sangat berarti untukmu, atau dirimu sendiri?
Setiap detiknya begitu menenggangkan, tidak ada yang bisa mengetahui apa yang tengah menunggu didepan sana. Hanya perkiraan yang terlintas di kepala lah yang membuat Hyunjin berasumsi banyak hal. Ia mencoba memfokuskan diri, namun kalut seketika kala Ia merasa gugup tanpa alasan. Ia tidak begitu siap dengan apa yang akan Ia ketahui nanti.
"Kita bentar lagi sampai," seru Wonpil ketika melihat dermaga yang hanya diterangi lampu neon. Masih terlihat gelap sebenarnya. Mereka hanya datang ber-9 orang termasuk Hyunjin. 4 orang dari departemen kepolisian, dan 4 orang lainnya dari depertemen detektif. Chan tidak diperbolehkan ikut oleh Hyunjin, mengingat pria itu sudah cukup tua.
"Kalo disana nggak ada orang sama sekali, asli kita ketipu," detektif tampan bernama Jaebum berujar, Ia mempersiapkan senjatanya jika saja ada serangan datang.
"Minggir lo pada, nggak keliatan gue dermaga nya dimana," Dowoon salah satu polisi yang bertugas mengemudi kapal yang mereka kendarai berteriak.
"Teriak yang keras!! Pake toa sekalian biar ketahuan!," Sindir Wonpil, sedangkan Hyunjin hanya bisa menggeleng. Mereka ini pada detektif dan polisi pintar, namun bermulut besar semuanya.
Kapal itu menepi, Jaehyung segera melompat untuk mengaitkan tali ke salah satu tiang yang ada di dermaga tersebut. Agar kapal mereka tidak lari dibawa ombak.
"Hoooaaahhh... Ngantuk banget sih anjir," Suga yang sejak perjalanan tidur itu dengan santai melompat ke dermaga, mereka berangkat jam 11 malam dan sampai di tempat jam 3 pagi. Cukup melelahkan memang.
Hyunjin pun ikut turun, Ia melihat ke sekitar mencari anak buah yang dimaksud oleh informan yang meneleponnya itu, dan ia terkejut ketika melihat segerombolan orang berkumpul di tempat tak jauh di dermaga.
"Gue kira, salah satu anak buah itu artinya satu orang. Ternyata satu kelompok, mana serem semua lagi mukanya," ujar Hyunjin membuat para polisi juga detektif yang sebelumnya belum menyadari itu menoleh.
"Kayaknya Dewi Fortuna lagi berpihak ke lo," Jimin mengajak mereka semua untuk menghampiri gerombolan orang yang mungkin jumlahnya lebih dari 20 orang itu. Hyunjin tidak menghitungnya.
"Mari ikut kami," ujar salah satu orang dari kelompok tersebut tanpa basa-basi, membuat kesembilan orang yang tampak mengantuk itu mengernyit. Padahal mereka ingin mengucapkan beberapa kata sebelum berangkat, tapi urung karena sepertinya orang-orang yang menjemput mereka ini mempunyai selera humor yang tinggi.
💧
Minho secara perlahan membuka pintu kamar Changbin, ruangan tersebut Ia biarkan tetap gelap. Ia berjalan menghampiri pemuda yang tengah berbaring di atas ranjangnya. Namun Ia datang tidak dengan tangan kosong, melainkan membawa sebuah pistol di tangannya. Ia duduk disisi Changbin, menatap wajah yang tampak tenang akibat pengaruh obat itu.
"Maafin kakak, kakak udah nyakitin kamu," Minho meraih satu tangan Changbin, lalu menggenggam jemari tersebut erat. Pistolnya Ia letakkan di atas nakas.
Minho mencium punggung tangan Changbin, sedangkan tangannya yang lain mengusap kening Changbin lembut.
"Kakak nggak punya maksud buat renggut kebahagiaan kamu atau apapun, kakak cuma belum bisa nerima aja. Kakak tahu, minta maaf nggak bakalan bisa merubah apapun. Kakak juga nggak punya alasan apapun, kakak cuma sayang ke kamu. Kakak cinta kamu," Minho berucap lirih, Ia tampak seperti orang bodoh sekarang. Merasa lemah dan tidak berdaya. Didalam kegelapan itu, Minho terisak.
![](https://img.wattpad.com/cover/177695344-288-k544571.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[10]Lo Siento (COMPLETE) ✔
FanfictionSekuel dari I Am You - (Changjin) But, the main focus is on Minho's feelings Minho yang selalu melontarkan kata maaf didalam hatinya ketika ia melakukan kesalahan yang bahkan ketika tak ada satupun yang menyadari Warn!! BXB AREA. M-PREG Semi-baku T...