Twentieth Flap

1.3K 322 101
                                    

Minki membuka matanya perlahan. Semburat matahari pagi membuatnya silau.

Hal pertama yang disadarinya adalah jaket yang menyelimuti tubuhnya, sudah kusut kembali, padahal baru kemarin dicuci dan disetrikanya dengan rapi.

Bukan dia hendak menolak rejeki yang didapatnya. Dia sangat bersyukur memiliki jaket untuk menghalau udara malam yang dingin.

Tapi kini setelah mengetahui kondisi Jonghyun, bagaimana pria itu membutuhkan banyak uang untuk biaya pengobatan ibunya, membuat Minki merasakan rasa bersalah.

Dia sudah bertekad untuk tidak merepotkan pria itu lagi, tidak membuat masalah lagi. Dan semua akan diawalinya dengan mengembalikan jaket yang sudah sempat dimintanya paksa.

Minki tak menyangka akan berakhir dalam perdebatan panjang seperti semalam.

Ditolehkannya kepalanya, dan dia mendapati berhadapan dengan wajah tidur Jonghyun.

Minki mendesah. Pasti pria ini merasa lelah harus mengantarnya dini hari.

Diulurkannya tangannya, ingin menyentuh wajah yang terlihat damai itu.

Belum sampai jemarinya menyentuh, buru-buru Minki menariknya kembali saat dirasakannya Jonghyun bergerak dan tak lama membuka matanya.

*******

"Bagaimana perkembangan Daniel?" Minhyun bertanya. Tapi matanya tak memandang ke arah Seongwoo, masih sibuk dengan apa yang ada di hadapannya. Pagi itu Seongwoo menemuinya untuk melaporkan perkembangan yang terjadi. Kegiatan rutin yang menjadi kewajibannya sebagai karyawan di sana.

Agak lama baru Seongwoo menjawab. Ada keraguan di dalam suaranya. "Cukup baik.





Saya rasa."

Minhyun jelas menangkapnya. Dia mendongakkan kepala. "Apa lagi yang kamu butuhkan?"

"Sebutkan saja, nanti akan kuminta Paman Leeteuk untuk mengurusnya."

Seongwoo tak bisa menahan sentakan kekecewaan yang menyerbu dadanya.

"Daniel tidak perlu yang lain.











Dia hanya butuh keluarganya."

Minhyun memilih tidak menjawab. Dia memalingkan wajah.


"Kenapa?" Seongwoo bertanya.


"Kenapa Anda menghindarinya?"

Yang ditanya masih bungkam. Tangannya mengepal erat di atas meja kerja.

Seongwoo memilih mengabaikan tanda tak suka itu, dan meneruskan kata-katanya.

"Saya sering melihat Anda, sudah berada di sana, di depan pintu. Tapi Anda selalu saja berbalik.

Seberat itu kah untuk menemuinya?


Apakah terlalu memalukan untuk mengakui Daniel sebagai keluarga hanya karena dia ..."


Seongwoo menggerakkan tangannya frustasi, tak tahu bagaimana harus menyelesaikan kalimat itu tanpa merasa marah.


Lumpuh.






Cacat.




Itukah Daniel sekarang di mata keluarganya sendiri?


Seongwoo terlonjak saat Minhyun menghantamkan kepalan tangannya ke atas meja. Matanya yang tajam menatap lurus ke arah Seongwoo.

"Jangan berani membicarakan hal yang tidak kamu ketahui." Tukas gadis yang tinggi dan langsing itu.

BUTTERFLIES 🔞 | OngNiel - JRen - Minhyunbin (GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang