Prolog

38 1 0
                                    

Tommy berulah. Jemput dia di rumah Belly dan bawa pulang ke New York.

Natalie menatap layar ponselnya itu dengan tatapan datar. Ia menghela nafas setelah memikirkan betapa menyebalkannya adiknya itu. Ia berulah.

Bibi Marry bahkan tidak bisa mengurusnya lagi, pikir Natalie.

Dipegangnya erat-erat tas kulit hitam miliknya setelah kedua kakinya melangkah menuju stasiun kereta bawah tanah.

Tentu ada alasan mengapa gadis muda keturunan Perancis ini melakukannya. Pencurian di stasiun XX akhir-akhir ini marak terjadi, seperti itulah yang tertulis di New York Times.

Sepatu bot warna pastel miliknya melangkah diantara genangan air. Musim Gugur kali ini memang dingin.

Diliriknya sebentar jam tangan putih miliknya (telah jam empat sore). Shift malamnya akan dimulai dua jam lagi dan bahkan dia belum mendapatkan kereta.

Suara sang masinis yag tidak jelas menambah kegelisahannya. Dickens tidak akan memberikannya kesempatan ketiga setelah ini.

Terkadang New York bisa sangat menyebalkan, sama seperti warganya, seperti si brengsek Hady MacWillson yang sangat-sangat-sangat brengsek. Setelah ia membuat Natalie mencintainya, ia pergi. Pergi dengan uang ratusan dollar serta beberapa barang berharga milik Natalie. Hady sialan.

"Aku lakukan segalanya untukmu dan kau pergi begitu saja seakan kau benar-benar melupakanku."

Sambil mengingat-ngingat masa lalunya yang menyedihkan itu, Natalie merogoh saku celana jeans biru tua ketat yang ia pakai dan mengeluarkan headset. Sambil mendengarkan lantunan lagu Sky Figure (lagu ciptaannya sendiri) Natalie melanjutkan perjalanannya.

Kereta sampai di stasiun tepat waktu.

If The Rain Fall HeavilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang