Heiiii, bagaimana kabar kalian? Karena kalian sudah tidak sabar dengan kelanjutan cerita ini, aku memutuskan untuk meng-update ceritaku. Selamat membaca~ :D
Suara tawa Luhan dan Xiumin masih menggema di seisi ruangan.
“Berhenti-berhenti, perutku sudah sakit nih. Dan apakah kamu nyaman berada di lantai seperti itu, Luhan? Betah sekali rasanya.” Timpal Xiumin seraya memegang perutnya dan berusaha untuk menahan tawa.
“Ha… Aku juga sudah capek ketawa nih. Aduh, kamu ini benar-benar sahabat yang sungguh baik hati ya sampa-sampai melantarkanku di lantai seperti ini. Tapi nyaman kok! Setidaknya lantai ini lebih perhatian kepadaku dibandingkan kamu.” Balas Luhan sambil menjulurkan lidahnya dan mengelus-elus lantai.
“Kamu tetap seperti itu ya, aku ingin merekammu! Jadi kalau aku sedih, aku bisa menonton video ini dan rasa sedihku akan hilang karena aku akan selalu tertawa melihat kamu melakukan hal-hal konyol seperti ini.” Kata Xiumin sembari mengambil hpnya yang ada di kantung celana dan mulai merekam Luhan.
“Kamu tidak mungkin benar-benar merekamku kan?” Tanya Luhan dengan cemas.
“Tentu saja tidak.” Jawab Xiumin dengan pasti untuk menutupi kenakalannya.
“Hmm, tepat dugaanku. Kamu kan bisanya cuma omong doang. Lagipula siapa yang takut direkam? Sini rekam aku!” Tantang Luhan sambil memperagakan pose-pose aneh ala model.
“Pffttt, kamu ini memang betul-betul spesial ya.” Kata Xiumin yang meraih tangan Luhan dan menuntunnya ke kasur. Tak lupa ia menyimpan video yang baru saja ia rekam itu di hpnya.
Yang tidak disadari oleh Xiumin adalah pipi Luhan yang berubah menjadi merah merona ketika mendengar kata-kata yang terlontar dari mulut Xiumin. Luhan memang menganggap Xiumin sebagai sahabatnya, namun akhir-akhir ini ia mulai merasakan hal-hal aneh apabila berdekatan dengan sahabat satu-satunya itu. Jantungnya akan berdebar lebih kencang dari biasanya, wajahnya akan memanas ketika Xiumin memuji atau iseng menggodanya, dan masih banyak hal-hal aneh lainnya. ‘Jangan-jangan itu semua adalah gejala suatu penyakit!?’ Itulah yang muncul di benak Luhan. ‘Apa sih yang aku pikirkan ini, aneh-aneh saja.’ Bantah Luhan kepada dirinya sendiri.
“Terimakasih. Omong-omong kamu habis dari mana tadi?” Tanya Luhan yang sekarang sudah bisa duduk di kasurnya.
“Oh… Tadi aku habis beli bahan-bahan makanan untuk kita kok. Kan persediaannya sudah mulai habis.” Jawab Xiumin dengan suara yang mencerminkan keraguan.
“Bukannya kamu baru saja membeli bahan-bahan makanan minggu lalu? Masa sudah mau habis lagi?” Balas Luhan menyadari keraguan yang ada di dalam jawaban Xiumin.
“Iyakah? Tapi saat aku cek, persediaan bahan makanan kita sudah mau habis tuh.” Bela Xiumin.
“Aku tak tahu, mungkin aku yang salah.” Timpal Luhan dengan bingung.
“Iya, mungkin…”
Sebenarnya itu hanya alibi belaka bagi Xiumin. Di balik keceriaannya selama ini, ada satu rahasia yang ia pendam dalam-dalam dan Luhan tidak mengetahui hal tersebut. Tentu saja hanya Luhan yang tidak akan tahu rahasia itu, karena orang-orang dengan panca indera yang sempurna tentu langsung tahu rahasia apa yang disembunyikan oleh Xiumin dari Luhan. Xiumin merasakan hatinya terus tersayat seiring berjalannya waktu. Sungguh, ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengisi hari-harinya bersama dengan Luhan, satu-satunya orang terdekat yang ia miliki. Walaupun memang rasa bersalah telah menyelimuti dirinya, ia tidak akan membiarkan rahasia yang telah ia simpan rapat-rapat itu terkuak.
Sebenarnya perasaan apa yang dimiliki oleh Luhan terhadap Xiumin? Rahasia apa yang disimpan oleh Xiumin? Mengapa hanya Luhan yang tidak tahu rahasia itu? Semua itu akan dikupas pada chapter berikutnya! Dan sedikit bocoran, Sehun akan mulai muncul di chapter selanjutnya ;)
KAMU SEDANG MEMBACA
Blind Love [Bahasa Indonesia]
FanfictionLuhan adalah seseorang yang tuna netra. Ibunya meninggal akibat melahirkan dirinya dan Ayahnya menyalahkan Luhan atas kematian sang Ibu. Si Ayah pun meninggalkan Luhan di sebuah taman, di sanalah ia bertemu dengan Xiumin. Tak disangka, mereka menjad...