Radish Ayana Tharika tidak mengerti kenapa dia berada di Ruangan yang entah dimana. Ini Bukan kamarnya dan dia yakin ini bukan Rumah Sakit setidaknya tidak ada Rumah Sakit yang atap dan temboknya berwarna hitam.
Dia mencoba bangun lalu bersandar ke kepala ranjang. Dia mencoba mengingat kenapa dia berada disini.
Dia ingat saat itu sedang berada di Toko Buku, dia ingin membeli buku untuk bahan skripsinya. Setelah mendapatkan buku yang dibutuhkan dia cepat-cepat pulang karena Bibinya pasti akan marah jika dia belum memasak dan membereskan rumah apalagi kedua saudara tirinya yang sangat manja, mengingat itu Radish bergidik jijik kemarahan bibi dan kedua saudaranya benar-benar sangat menyebalkan.
Saat dijalan pulang ada seorang pengemis tua dengan tongkat kayu yang membantunya berjalan. Karena merasa kasihan Radish memberikan uang pecahan dua ribu, saat akan pergi pengemis itu menahannya, lalu menatapnya dengan intens seperti mencari sesuatu dan tiba-tiba saja memberinya sebuah kalung.
"Kamu anak yang baik, terima ini. Kalung ini milikmu." Katanya dengan menyodorkan kalung berbandul Bintang.
Merasa aneh Radish tidak cepat-cepat mengambil kalung itu.
"Enggak usah kek, saya ikhlas. Lagian dari pada buat saya mending kakek jual kalungnya. Lumayan buat makan."
"Kalung ini milikmu, dia tidak akan tidak mengenal pemiliknya." Katanya tegas.
Kakek pengemis itu memaksa, Radish tidak tahu harus bagimana apalagi orang-orang semakin banyak yang memperhatikan mereka. Dengan berat hati Radish akan menerima kalung itu, tetapi Radish bahkan belum benar-benar memegang kalungnya, dia hanya sedikit menyentuh kalung itu dan secara ajaib dia berada disini.
"Ah..." Radish meringis, saat ini kepalanya benar-benar pusing.
Pintu kamar tempat Radish berbaring terbuka, terlihat seorang wanita paruh baya menatapnya terkejut, lalu berbalik pergi dengan berlari.
"Aneh." Radish bergumam.
Dia mulai memperhatikan sekitarnya. Ruangan ini didominasi oleh warna hitam dan putih, segala perabotan didalamnya berwarna putih, ada jendela besar di sebelah kiri tempat tidurnya dengan satu sofa panjang, di sudut kamar ada lemari besar menyatu dengan rak buku dan satu meja belajar lalu tembok didepannya penuh dengan bingkai foto berbagai ukuran.
Sangat nyaman, dan hangat.
"Kamu sudah sadar?"
Radish menyipitkan matanya, melihat pria paruh baya dan wanita yang tadi.
"Siapa kalian ?"
Pria dan wanita itu saling tatap sebelum masuk menghampirinya.
"Kamu tidak mengenal kami, Saya Tajra Lutjanus Ayah kamu."
Setelah melihat lebih dekat Pria paruh baya yang bernama Tajra Lutjanus ini tampan dan auranya sangat kuat.
"Ayah?" Radish bertanya dengan menatap mata Tajra.
"Iyah sayang ini Ayah dan ini Mamah kamu Veramus Alpiani."
Radish menatap mereka satu persatu.
"Ayah? Mamah?"
Tajra menatap istrinya yang sekarang menangis
"Mah, cepat panggil Dokter Natans sekarang."
Radish melihat Vera pergi, kepalanya masih sedikit pusing. Saat dia akan bertanya lagi pada Tajra tiba-tiba berbagai ingatan masuk menyerang kepalanya, ini benar-benar sakit.
Tajra yang melihat Radish memegang kepalanya sambil meringis segera berteriak
"MAH... CEPETAN MAH..." Dia panik
Vera masuk bersama dengan Dokter Natans, melihat Radish dia semakin terisak lalu pergi memeluk suaminya.
Dokter Natans menatap Radish sebentar membaringkan nya dikasur lalu mulai memeriksa denyut nadinya dan menyuntikkan obat.
Pusing dikepala Radish berkurang, dia tahu sekarang. Dia berada di tubuh seorang gadis yang memiliki nama yang sama dengannya, dan kemarin dia mengalami kecelakaan jatuh dari tangga hingga tidak sadarkan beberapa hari.
Tajra Lutjantus adalah Ayahnya dan Veramus Alpiani adalah ibunya. Kehidupan mereka berbeda dengan kehidupannya yang dulu. Ini berbeda dengan dimensi Bumi tempatnya tinggal dulu.
Ini Negeri Anthrax, negeri yang dianggap sebagai dongeng atau sesuatu yang tidak masuk akal dikehidupannya dulu.
Radish akhirnya menyadari sesuatu "Astaga gue lintas dimensi"