Bab 3

2.9K 272 8
                                    

Pagi itu, Haru duduk melamun di balkon kamarnya, duduk di kursi rotan berbentuk setengah lingkaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi itu, Haru duduk melamun di balkon kamarnya, duduk di kursi rotan berbentuk setengah lingkaran. Disampingnya, Hana duduk menyesap teh yang di sajikan, ikut menatap arah halaman rumah yang menjadi objek penglihatan Haru.

"Ada yang ingin kamu ceritakan?" Tanya Hana membuka suara, menatap Haru.

Haru menoleh, "Apa besok aku sudah bisa masuk sekolah?" Dia balik bertanya. Hana mengangguk, menyimpan cangkir tehnya di meja tengah yang memisahkan tempat duduk mereka.

"Tentu saja, keadaanmu membaik lebih cepat dari perkiraan ku, besok kamu bisa masuk sekolah."

"Baiklah."

"Apa kamu menyukai sekolah?" Tanya Hana kemudian.

Haru menggeleng, "Aku hanya tidak ingin menimbulkan masalah karena bolos terlalu lama."

"Semua tahu bahwa keadaanmu sedang tidak baik, tidak akan menjadi masalah." Jelas Hana, menyembunyikan fakta bahwa Haru mengalami serangan panik adalah hal utama yang Hana lakukan di sekolah hari itu, agar sekolah tidak ribut, dengan mengatakan Haru hanya sedang tidak sehat karena kelelahan.

"Jadi... Apa yang terjadi saat itu?" Hana mengalihkan pembicaraan ke topik utama kedatangannya pagi ini, bertanya tentang kejadian saat Haru tiba-tiba mengalami serangan panik di sekolah.

"Aku hanya panik saat itu," jelas Haru. "Ketika melihat kanvas besar berada di tengah ruangan seni." Haru menghela napas panjang. "Itu seperti kanvas milikku."

"Apa kanvasnya ada lukisannya?"

"Tidak, itu kanvas kosong."

"Apa kamu takut?"

"Malam sebelumnya, aku mengalami mimpi buruk lagi, aku rasa itu penyebabnya."

"Begitukah?"

Saat awal menangani Haru, Hana kesulitan berkomunikasi dengan perempuan itu, Haru tidak pernah bicara, tatapannya kosong tanpa nyawa.

Beberapa kali melakukan bunuh diri, sulit mencerna makanan, dan takut berada di tempat umum, itulah background yang dia dapat mengenai Haru saat dia menerima perempuan itu sebagai pasiennya.

Bukan hanya karena dia dibayar mahal saja saat dia menerima Haru menjadi pasiennya, tekad menyembuhkan perempuan itu membuat Hana menggebu-gebu. Dia tahu rasanya ditinggal meninggal oleh orang kesayangannya, sempat depresi hingga meninggalkan putra satu-satunya pernah Hana alami. Dia bangkit, semuanya lebih baik, dan dia mau Haru merasakannya, tidak baik sedih berlarut-larut, tidak apa untuk sedih, namun jangan lupa apa yang ada di depan kita.

Cukup bagus, setelah satu bulan mencoba berkomunikasi dengan Haru, akhirnya perlahan remaja perempuan itu mau mengeluarkan sepatah dua patah kata hingga seperti saat ini, dia bisa mengungkapkan kalimat lengkap dan berkomunikasi baik dengan orang lain.

Usaha Hana yang rela begadang mencari cara agar dia bisa berkomunikasi dengan Haru membuahkan hasil.

Kakak Haru, Akira-neechan, begitu Haru memanggilnya. Umurnya 5 tahun di atas Haru, meninggal satu tahun lalu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 12, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Elegy HaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang