S A T U !

10 4 1
                                    

Sinar mentari tampaknya masih enggan bertemu denganku. Rasa malas masih tidak ingin beranjak meninggalkanku. Gravitasi kasur lebih besar dari sekolah yang sama ada di bumi.

Kelas 11 sebentar lagi usai. Bangku kelas 12 sudah mulai menunggu kedatanganku. bangunan putih gading dengan dua pilar yang membuatnya tampak lebih elegan menyambut kedatanganku tanpa semangat.

Brakk..

Tabrakan yang cukup hebat yang terjadi padaku. Siswa dari arah berlawanan menabrak saat sedang berlari. Buku yang tadinya ada di dekapanku sudah tergeletak di lantai koridor. Siswa dengan pakaian acak-acakan seakan tak peduli dan memilih utnuk menatap dengan memasang watados (wajah tanpa dosa)di raut wajahnya.

"lo itu salah gila!" bentak gue

"sorry," begitulah jawabnya dan segera pergi dan meninggalkanku dengan emosi.

Kantin sekolah selalu menjadi tempat yang pas untuk menjadi tempat berkumpul entah membeli makan atau hanya membicarakan topik yang sebenarnya tidak terlalu penting.

"siku lo kenapa Leth?" Alena bertanya sambil melihat sikuku yang memerah karena jatuh tadi.

"gue tadi ditabrak anak, gatau siapa," jawab ku santai

Mataku menyebarkan pandangan ke berbagai sudut, hingga akhirnya berhenti di satu titik. Anak yang tadi menabrakku.

"kalian liat tu anak yang bajunya gak karuan?" tanyaku "dia orangnya."

"gila parah Aletha Clara. Lo tau nggak, dia tuh cowok yang terkenal ganteng tapi nakal sih," Nindy tampak serius.

"emang ganteg sih. Tapi kok gaada tanggung jawabnya."

"mungkin karna belum kenal aja. Awas naksir lo," Alena berusaha menggoda

****

Gerbang sekolah sudah dipadati siswa yang hendak pulang. Aku lebih memilih angkutan masal untuk mengurangi jumlah kendaraan pribadi dan tentunya polusi. Halte bis kopaja menjadi tempat istirahatku untuk menunggu giliranku pulang.

Siswa mengendarai motor gede (moge) menghentikan motornya di depanku. Siswa bertuliskan Gibran di tag nama membuka helmnya. Ohh.. anak yang tadi nabrak. Mungkin mau meminta maaf atau member santunan.

"motor gue kosong. Cepet naik," tawarnya

"gue naik bus. Lagian lo juga nggak kenal gue," tanpa basa-basi Gibran menarik tasku dan manaruhnya dibelakang punggungnya. Mau tidak mau aku menurutinya sambil menunjukkan arah

Sesampainya di depan rumah aku tidak mengeluarkan banyak kata selain "makasih" dan segera masuk.

"sebentar," kata-kata itu berhasil membekukan langkahku dan menarik badanku kembali kedekatnya. 











nb: nggak terlalu berharap banyak, hanya sebagai pelampiasan gaboet;((

Debu LaraWhere stories live. Discover now