Satu.

110 3 2
                                    

Berlin, 2014.

Cassandra mengganti pakaiannya dengan seragam pegawai. Ia adalah seorang pelayan café dekat kampusnya. Ia memilih kerja part time untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ia memulai kerjanya pukul 7 malam sampai café tutup. Jika tidak penuh Ia bisa kembali ke penthousenya pada pukul 10 malam. Namun bila penuh Ia akan bekerja lebih lama lagi, biasanya sampai tengah malam.

Karena hari ini adalah weekend, cafè sudah mulai penuh oleh para remaja dan yang lainnya. Cassandra pun memulai pekerjaannya. Ia berjalan ke meja nomor 9. Disana duduk lelaki dengan warna rambut cokelat. Ia terlihat bingung dengan menu yang ada di hadapannya.

'Ada yang bisa saya bantu?' Tanya Cassandra pada lelaki itu.

'Ah, aku ingin memesan salah satu minuman di café ini, namun terlalu banyak pilihan. Mungkin kamu punya saran?' Jawab lelaki itu.

'Hm, bagaimana dengan vanilla latte atau kopi?'

'Sepertinya aku mau vanilla late, oh iya aku juga mau cake tiramisu.'

'Ok, tunggu sebentar. Jika ada yang kurang anda bisa panggil saya atau karyawan yang lain.'

'Ya, terimakasih'

Setelah menuliskan pesanan lelaki di meja nomor 9, Cassandra pergi ke dapur untuk memberikan pesanan itu. Ia berkeliling ke meja-meja yang belum memesan.

'ting'

Suara bel dari dapur berbunyi, tanda bahwa pesanan sudah siap. Karena pelayan lain sedang melayani pengunjung yang lain, maka Cassandralah yang dipanggil untuk mengantarkan pesanan itu.

'Ini pesanan meja nomor 9.' Ucap barista café ini.

Cassandra berjalan sambil membawa pesanan untuk lelaki tadi.

'Ini pesanannya, selamat menikmati.' Ucap Cassandra dengan senyum di bibirnya.

'Terimakasih.'

Setelah itu Cassandra kembali lagi mengelilingi meja-meja yang belum memesan.

Dave POV.

Hari ini adalah hari Sabtu, dimana seharusnya aku bersantai-santai di rumah, bukannya rapat di kantor. Pap memang keterlaluan, mengapa harus aku yang mengambil alih rapat tadi, padahal dia tahu aku baru pulang dari Newyork. Karena merasa lelah, aku berpikir untuk pergi ke café dekat dengan penthouse ku. Aku akan mencoba kopi dan cake disana.

Saat sampai di café tersebut, aku masuk dan memilih kursi dekat jendela. Karena menurut ku tempat ini nyaman untuk dipakai bersantai.

Setelah beberapa menit melihat menu yang ada di hadapanku, aku bingung harus memesan apa, terlalu banyak daftar kopi dan minuman lainnya. Saat aku membolak-balikan menu, tiba-tiba datang pelayan café ini.

'Ada yang bisa saya bantu?'

Kalian tahu? Pelayan didepan ku ini sungguh manis, dengan rambut ikal yang Ia ikat dan seragam pelayan yang entah mengapa terlihat sangat pas untuk dirinya.

'Ah, aku ingin memesan salah satu minuman di café ini, namun terlalu banyak pilihan. Mungkin kamu punya saran?' Jawab lelaki itu.

'Hm, bagaimana dengan vanilla latte atau kopi?'

'Sepertinya aku mau vanilla late, oh iya aku juga mau cake tiramisu.'

'Ok, tunggu sebentar. Jika ada yang kurang anda bisa panggil saya atau karyawan yang lain.'

'Ya, terimakasih'

Setelah pelayan itu pergi, aku kembali sibuk dengan pemandangan di luar jendela. Banyak orang-orang yang melewati jalan ini. Ada yang berjalan kaki dan ada yang memakai sepeda.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 26, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You Are My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang