"Nat, minta."
"Mauan banget sih Lo jadi orang."
Galuh menyengir saat Nathan mulai sensi ketika Galuh mengganggu Nathan yang sedang santai makan cilok.
"Nih." Nathan memberikan cilok dengan bungkusan plastik berbeda kepada Galuh.
Sinis sinis gini Nathan nggak pelit kalau sama Galuh. Apa lagi mata Galuh selalu berbinar binar kalau liat makanan yang enak.
"Berapa nih?"
Nathan mencibir.
"Sok Sokan berapa berapa, kalok di kasih tau juga ngga bakalan bayar kan lu."
Galuh tertawa seraya menghempaskan pantatnya di kursi tepat di sebelah Nathan. Memang benar sih, kalau sama Nathan ia tak akan sungkan meminta apapun yang ia mau. Lagian Nathan juga nggak pernah mau kalau di ganti duitnya kalau beli yang kaya ginian, kan lumayan duitnya buat ongkos pulang.
"Lo kok gak basket tumben?" Tanya Galuh di sela sela makan ciloknya.
"Nanti lah."
"Lo jangan jangan masih marahan sama Zenith? Kan udah gue bilang, Lo harus ngalah dong sebagai cowok. Masa pacar lagi marah bukannya di rayu rayu kek biar akrab lagi, ini malah asik makan cilok di kelas."
Nathan menatap malas Galuh, sudah untung untung di kasih cilok gratis malah dia mengomel seperti ini. Menyesal sudah, ciloknya bakalan jadi barang haram dan Galuh akan sakit perut nanti karna Nathan sekarang nggak ikhlas ngasihnya.
"Sana cari Zenith, baik baikin tuh beliin cilok kek apa pop ice rasa taro kan enak tuh."
Sebenarnya opini Galuh kali ini tidak berfaedah menurut Nathan, mana mempan amarah pacarnya itu jika hanya di sogok dengan cilok apa lagi pop ice taro.
"Cerewet." Nathan yang sudah pusing akhirnya beranjak pergi keluar kelas sebelum Galuh mengomel lagi padanya.
Galuh mencibir, meskipun begitu Galuh tau Nathan pasti akan pergi menemui Zenith. Sikap teman dari kecilnya itu memang tak pernah berubah.
Galuh yang mulai bosan akhirnya mengambil buku dan pensilnya, ia suka menggambar. Galuh bukanlah seorang introvert, tadi juga Taeyong dan Azka mengajaknya pergi ke kantin, tapi godaan bekal yang di bawa Nathan lebih menggoda imannya untuk tinggal di kelas dari pada menghabiskan uangnya untuk jajan.
Jangan heran, di SMA Harapan Bangsa ini memang banyak anak yang berwarga kenegaraan asing atau campuran. Wajar saja, letak SMA Harapan Bangsa ini memang dekat dengan kompleks perumahan elit dan industri besar. Tidak heran keberagaman selalu lekat di sini.
"Woy anak IPA2 ada yang punya kaos olahraga nggak ke pake nggak?!" Tanya Taehyung dengan nada tinggi.
"Ada yang punya nggak??"
Tidak ada jawaban. Kelas itu seakan sepi tak berpenghuni ketika ia menyembulkan kepalanya di jendela kelas. Padahal di situ ada satu orang yang sedang asyik mencoret coret buku.
Taehyung menyesap Boba coklatnya hingga tandas kemudian melemparkan gelas plastiknya ke arah Galuh yang sedang asyik sendiri. Kemudian masuk ke dalam kelas itu setelahnya.
"Woy siapa sih Lo namanya lupa. Kuping Lo belum expired kan?"
Galuh sebenarnya mendengar, tapi ia lebih memilih diam dari pada ia harus meladeni si pembuat rusuh ini.
"Apa sih." Sewot Galuh menahan amarah karena rok abu-abunya jadi terkena noda coklat.
"Oh mbak Galuh galundeng, pinjem kaos olahraga Lo dong punya gue ketinggalan nih."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Popular Boyfriend | Kth
Teen FictionSiapa sih yang nggak kenal sama Taehyung, kalau kalian tanya ke seluruh rakyat SMA Harapan Bangsa ini mungkin tak akan ada yang bilang "tidak tau." Yakin deh, bahkan mamang cilok yang suka mangkal di depan sekolah aja pasti tau Taehyung. Aneh sih, p...