PROLOG

21 4 0
                                    

Semua orang pada berkumpul di depan ruang UGD, mereka semua masih menantikan dokter keluar ruangan dan memberikan kabar bahagia dan bukan kabar buruk. Begitu pun dengan Jesi yang masih cemas dengan keadaan seseorang yang berada di dalam, sebelum mendengar kabar dari dokter Jesi masih menyalakan dirinya sendiri.

Disaat semua orang menunggu dengan cemas tiba-tiba Irma menarik rambut Jesi dan memarahinya
"Dasar anak kurang ajar, bisa kah kau sekali saja tidak membuat anak ku terluka" umpatan dan amarah Irma yg keluar hanya di perhatikan yang lain

"Sakit ma... maafin Jesi ma, Jesi gak tau kalau perbuatan Jesi melukai kak Rasyid" ucap Jesi dengan menahan sakit dari rambutnya

"Dasar anak tidak tahu di untung, seharusnya kamu berterima kasih kepada Rasyid karena dia kamu masih hidup." Bentak Irma dengan keras "Lebih baik kamu mati dari pada nyusahi keluarga ini" sambung Irma

"Mbak cukup" ucap Tania dengan menarik Jesi dan memeluknya

"Kamu gak usah ikut campur ini urusan mbak dengan anak pembawa sial ini. Sini kamu jangan coba-coba mencari perlindungan." Ucap Irma dengan menarik paksa Jesi

Semua merasa tenang setelah dokter mengatakan kalau pasien tidak kenapa-kenapa ia hanya kelelahan. Jesi dapat bernafas lega walaupun harus merasakan sakit yang teramat pada tubuhnya, ia tidak mempermasalahkan sakit di tubuhnya yang terpenting saat ini adalah kakaknya dikabarkan baik-baik saja. Rasa sakit pada tubuhnya pun seperti hilang begitu saja mendengar kakaknya baik-baik saja.

Jesi pergi meninggalkan ruangan tadi dan mencari dokter yang biasa menangani luka-luka yang ada pada tubuhnya. Bukan hanya sekali Jesi menerima luka seperti ini, ia terlalu sering menerima ini jika ia berbuat salah apalagi jika menyangkut kakaknya.

"Huuufff" Jesi menghela nafas kasar karena lelah dengan cobaan yang diterimanya.

"Ekhm... masih melamun Je ?" tanya dokter kevin yang merusak suasana hening pada diri Jesi

"Ah dokter gak asik" ucap Jesi dengan manyun

"Masih saja bersikap seperti anak kecil." Ucap dokter Kevin dengan memeluk Jesi

Bukannya menjawab perkataan dokter Kevin, Jesi lebih memilih menangis di pelukan dokter Kevin. Dokter kedua yang selalu membantu Jesi untuk mengobati luka-lukanya jika tidak ada dokter Bram. Dokter yang selalu mendengar keluh kesahnya tentang keluarga dan teman-temanya. Jesi akan memperlihatkan betapa rapuhnya dia kepada dua orang yang selama ini membantu nya jika dihadapan orang lain Jesi merupakan Gadis dingin yang tak mudah di dekati.

Setelah menangis dan menceritakan semuanya Jesi ingin pergi namun ditahan oleh dokter Kevin
"Tunggu dulu Je, obati dulu luka-luka mu baru kau boleh keluar dari ruangan ku" ucap dokter Kevin dengan Tegas

"Siap pak" jawab Jesi dengan senyuman manisnya
Jesi meringis saat alkohol yang diletakan di kapas mengenai kulitnya, ia sangat kesakitan tetapi tak ingin menjerit karena malu dengan dokternya.

"Sampai kapan kamu akan seperti ini Je?" tanya dokter  Kevin lirih

"Jeje gak tau dok" ucapnya sambil memandang kedepan "mungkin jika Jeje mati baru semuanya selesai dok" sambungnya lagi

Setelah perkataan yang keluar dari mulut Jesi tak ada lagi percakapan diantara mereka ruangan itu hanya ada keheningan dan suara ringisan Jesi yang menahan peri setiap anti septik di oleskan pada tubuhnya.
"Sudah selesai sekarang kamu boleh pergi dan satu lagi jika kamu sudah tak tahan dengan kehidupan ini kabari saya segera." Ucap  dokter Kevin dengan meninggalkan Jesi di ruangannya.

Setelah mendapat pengobatan Jesi kembali keruangan perawatan kakaknya, jesi bersyukur karena diruangan tidak ada orangtuanya dan juga keluarganya yang lain jadi Jesi bisa masuk dan berbicara dengan kakaknya. Jesi tak tahu penyakit apa yang diderita oleh kakaknya, ia akan mudah pingsan dan akan mengeluarkan darah dari hidungnya jika kelelahan.

Jesi masih memperhatikan wajah kakaknya yang pucat, Jesi tau jika kakaknya belum sadar sejak tadi jika Jesi di izin kan oleh tuhan untuk menggantikan kakak nya Jesi akan menerima itu semua karena kebahagiaan Jesi adalah kakaknya. Ketika Jesi ingin menyentuh kakaknya tangannya dihentakan oleh Irma, Jesi cukup sedih melihat mamanya yang melarang jesi untuk menyentuh kakaknya sendiri.

"Sudah ku bilang pergi dari sini dan jangan tunjukan wajahmu pada anak ku" ucap Irma dengan isyarat pengusiran kepada anaknya."apa lagi yang ingin kamu lakukan kepadanya? Tidak cukup kah kau sudah mebuatnya terbaring di rumah sakit ini?" ucap Irma masih dengan amarah yang sama.

Jesi tak berani mejawab perkataan mamanya, Jesi lebih memilih meninggalkan ruangan dan kembali nanti jika kedua orangtuanya tidak ada.

***

Jesi kembali lagi keruangan dokter Kevin dan merebahkan badanya kesofa yang didudukinya tadi. Jesi pelan-pelan membaringkan tubuhnya karena masih merasa sakit jika mengenai luka-luka yang ada ditubuhnya. Cukup lama jesi tertidur hingga pukul 21.00 malam, jesi pun merasa heran disaat ia terbangun suda berada di berangkar yang biasanya digunakan oleh orang-orang yg datang dan di suntik diruangan ini.

Saat melihat kesana kesini ia masih berada di ruangan dokter Kevin namun yang menjadi permasalahannya siapa yang memindahkannya ke brangkar.
"Sudah bangun putri tidurku, belum juga aku cium sudah sadar saja." Ucap dokter Kevin dengan wajah dibuat-buat merajuk
Bukannya menanggapi perkataan dokter Kevin jesi malah tertawa terbahak-bahak

"HAHAHA... sumpah lucu bangun wajah dokter" jawab jesi sambil memotret wajah dokter Kevin

"Ini harus diberitahukan kepada dokter Bram bahwa bawahannya memiliki selerah humor yang jelek...hahaha." sambung nya lagi dengan tertawa

"Oh jadi gitu kamu sekarang sudah jadi tukang mengadu kepada dokter Bram." Ucap Kevin dengan senyum mematikan

Kejar-kejaran terjadi diruangan dokter kevin, walaupun mereka disana melakukan hal-hal yang seperti anak-anak mereka tidak sedikitpun menyentuh barang-barang yang ada di ruangan itu bahkan ruangan itu masih rapi seperti sebelumnya.

"Sudah pukul 22.00 jika kamu ingin menjenguknya segerahlah biar aku antar keruangannya." Ucap dokter kevin menghentikan aksi kejar-kejaran mereka

"Aku takut kalau ada mama dok?" jawab Jesi dengan menunduk lesu
Tanpa membalas perkataan Jesi dokter kevin langsung membawanya keruangan Rasyid yang merupakan kakak Jesi.

"Dia masih belum sadar sejak tadi, dan ku beri kamu waktu selama 15 menit untuk bertemu dengan kakakmu." Ucap dokter Kevin mengingatkan

Di dalam ruangan jesi masih memandangi wajah pucat kakaknya, jesi menyentuh seluruh wajah kakaknya dengan perasaan bersalah "Apa kabar kak? Kenapa kakak betah banget tidur terus? Apa kakak gak kangen liat aku dan yang lain? Kasian Mama dan Papa kak mereka selalu khawatir dengan kakak. Jesi juga kangen kakak yang selalu membela Jesi jika Mama dan Papa marah, kakak tau gak tadi Jesi di marah-marah lagi dan juga di pukul seperti biasa oleh Mama. Lebam yang kemarin belum hilang kak dan sekarang Jesi punya lebam lagi di tubuh. Jesi gak pernah mempermasalahkannya kak yang terpenting untuk jesi kakak segera bangun, Jesi janji jika kakak sadar nanti Jesi akan berhenti menjadi adik yang nakal, Jesi akan menuruti perintah kakak dan Jesi juga akan berhenti balap. Jesi gak ingin kakak tidur terus. Hiks..hiks.. hikss

6 mei 2019

REAL LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang