Pekerjaan Penting

197 7 0
                                    

'Genta bukanlah Genta sebelum dibunyikan
Lagu bukanlah lagu sebelum dinyanyikan
Cinta di sanubari bukan untuk dipendam
Cinta bukanlah cinta sebelum dipersembahkan!'
- Oscar Hammerstein

☁️

Penumpang-penumpang yang paling belakang masuk ke pesawat dari Seattle ke Dallas adalah seorang wanita yang disertai tiga orang anak. "Aduh jangan sampai tempat duduk mereka di sebelahku," kataku dalam hati. "Begitu banyak pekerjaan yang harus kulakukan." Tetapi sesaat kemudian seorang anak perempuan berumur sebelas tahun dan adik lelakinya berumur sembilan tahun sudah melangkahi kakiku yang terjulur ke depan untuk duduk di kursi-kursi di sebelahku, sementara wanita itu dan anak lelaki satunya lagi yang berumur empat tahun mengambil tempat duduk di belakangku. Boleh dibilang seketika itu juga kedua anak yang lebih besar mulai bertengkar, sementara anak kecil yang di belakang sebentar-sebentar menendang sandaran kursiku. Sekian menit sekali anak lelaki di sebelahku bertanya pada kakaknya, "Dimana kita sekarang?" "Diam!" bentak anak perempuan itu, lalu mulailah lagi gerak-gerik gelisah disertai rengekan.
          "Anak-anak sama sekali tidak mengerti tentang pekerjaan penting,"
pikirku dengan perasaan sebal. Tahu-tahu ada suara dalam benakku, cintai mereka. "Anak-anak ini tidak bisa diatur, dan aku ada pekerjaan penting," pikirku membantah suara tadi. Hati sanubariku menjawab, cintailah mereka seakan-akan mereka anakmu sendiri.
          Karena sudah berkali-kali mendengar pertanyaan "Dimana kita sekarang?", kuarahkan perhatian pada peta di majalah perusahaan penerbangan yang terselip dalam kantung dibelakang sandaran tiap kursi. Padahal ada pekerjaan penting yang harus kutangani.
          Kejelasankan trayek yang ditempuh pesawat, kupenggal-penggal dalm tahap-tahap penerbangan yang masing-masing memakan waktu seperempat jam. Kuperkirakan pula kapan kapan pesawat akan mendarat di Dallas.
          Setelah itu mereka pun bercerita tentang perjalanan mereka ke Seattle untuk menjenguk ayah mereka yang dirawat dirumah sakit. Dalam percakapan kami, mereka bertanya tentang penerbangan, navigasi, ilmu pengetahuan, dan pandangan orang dewasa mengenai kehidupan. Waktu berlalu dengan cepat, dan pekerjaanku yang penting masih saja belum kuapa-apakan.
          Ketika pesawat akhirnya sudah hendak mendarat, aku bertanya tentang keadaan ayah mereka. Sikap kedua anak itu langsung berubah dan yang lelaki berkata singkat, "Sudah meninggal."
          Aku mengatakan bahwa aku ikut merasa sedih.
          "Ya, aku juga sedih," kata anak lelaki itu. "Tapi adikku yang kuprihatinkan. Ia sangat kehilangan"
          Tiba-tiba aku menjadi sadar bahwa apa yang kami percakapkan selama itu adalah pekerjaan terpenting dalam hidup ini, yaitu menjalani kehidupan, mencintai dan terus berkembang meski mengalami kesedihan mendalam. Ketika kami berpisah di bandar udara Dallas, aku bersalaman dengan anak lelaki itu yang mengucapkan terima kasih padaku karena menjadi guru di angkasa baginya. Dan aku berterima kasih padanya, karena ia pun sempat menjadi guru angkasa bagiku.

Dan S. Bagley

Chicken Soup for the SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang