Pengalamanku memotret anak-anak sudah lebih dari dua puluh tahun. Pada suatu kesempatan khusus, yaitu hari Thanksgiving (Hari Bersyukur), salah seorang dari mereka menghadiahkan sesuatu yang istimewa kepadaku. Ia adalah seorang bayi mungil berumur enam bulan yang bersandar di keretanya.
👼🏼
"Keadaan Emily tidak begitu baik hari ini," kata ibunya. Bayi itu memang kelihatannya seperti sedang demam. Kepalanya saban kali terjatuh ke samping sementara ia berusaha duduk tegak. Beberapa kali aku mencoba memotretnya, tetapi tidak berhasil. Akhirnya aku mendekati muka bayi itu lalu berbicara kepadanya. "Kau kelihatan seperti malaikat cilik," kataku.
Tiba-tiba sikap bayi itu berubah, tidak lagi bergerak-gerak lemah. Ia menatapku seakan-akan hendak mengatakan, "Aku tidak apa-apa, cuma keadaanku saja yang hari ini sedang tidak enak." Karena Emily kelihatan seperti malaikat cilik, aku lantas memutuskan untuk memotretnya dengan didandani seperti malaikat.
Di antara perlengkapan di studioku ada sepasang sayap putih mulus, terbuat dari bulu bebek yang halus, lembut dan putih bersih. Di ubun-ubunnya kuletakkan mahkota kecil yang terbuat dari rangkaian bunga. Aku pun mulai sibuk memotret malaikat cilikku itu, yang duduk dengan sikap mendekam di kursi di tengah dekor awan.
👼🏼
Selama itu tidak kuperhatikan bahwa ibunya menangis dengan suara lirih. "Dia memang malaikat. Baru saja kemarin kami mengetahui bahwa ia dilahirkan dengan cacat otak yang sangat jarang terjadi. Hari raya Thanksgiving sekarang ini adalah yang pertama dan terakhir kami bisa bersama-sama," kata ibu itu sambil terus menangis. "Kemungkinan hidup bayi dengan cacat seperti itu tidak sampai setahun. Sewaktu saya hamil, saya mengikuti segala nasihat dokter. Tidak merokok, mengatur pola makan sesuai dengan yang dianjurkan, tetapi otaknya ternyata tidak berkembang lebih lanjut daripada keadaan ketika dilahirkan. Katanya hanya ada 435 kasus cacat otak seperti ini sepanjang yang diketahui."
"Anda melihat Emiliy yang sebenarnya di sini ---- malaikat cilik ---- dan kami sangat sayang padanya. Dia adalah malaikat cilik kami yang turun ke bumi untuk memberi tahu kami bahwa Tuhan menghendaki agar kami bersyukur atas apa yang kami punyai. Anda juga melihat hal itu dalam dirinya. Kadang-kadang, sewaktu kita sedang mengajaknya bicara, ia lantas menjadi begitu tenang dan damai. Ia pun mengoceh dalam bahasa bayinya. Rasanya kita nyaris bisa menangkap kata-katanya, seakan-akan ia memang hendak mengatakan sesuatu kepada kita. Foto-foto ini benar-benar sangat bermakna. Kami tidak tahu masih berapa lama lagi ia ada bersama kami. Anda telah mengabadikan malaikat cilik kami."
👼🏼
Leherku terasa seperti tersumbar mendengar penuturan itu. Dengan suara serak karena terharu aku berkata, "Terima kasih atas kesempatan berbagi pengalaman ini. Saya bersyukur bahwa malaikat cilik ini muncul menghampiri saya!"
Larry Miller

KAMU SEDANG MEMBACA
Chicken Soup for the Soul
Short StoryChicken Soup for the Soul adalah hadiah yang sempurna bagi para pembaca. Hal ini sangat baik bagi para usahawan yang selalu sibuk, kaum muda yang butuh inspirasi, pribadi-pribadi dengan waktu membaca yang terbatas, atau siapa saja yang mencari Ilham...