Jihoon menyeret langkah ke sekolah esoknya dan beberapa kali menghela napas mengingat waktu hukuman akan tiba segera. Ia ingin bolos sekolah, namun ketua disiplin pasti akan memberikan hukuman yang lebih buruk lagi. Meskipun ia tak bisa membayangkan yang lebih buruk dari membersihkan sekolah bersama Daniel empat hari berturut-turut.
"Kenapa cemberut?" tanya Samuel ketika mereka melangkah keluar dari kantin menuju kelas selanjutnya. Jihoon bahkan tak menyentuh makanannya, ia sedang tidak mood. Jihoon hanya mendengus pada pertanyaan Samuel.
Samuel melihat sekeliling sebelum merendahkan suaranya. "Apa karena detensi? Kupikir kau suka detensi, katamu kau menikmati suasananya yang tenang dan damai."
Memang, dulu, menikmati indahnya detensi sebelum seseorang mengancurkannya.
Jihoon dengan kasar melempar minumannya ke dalam tong sampah saat wajah Daniel kembali muncul di kepalanya. "Aku berkelahi karena orang ini membuatku kesal dan sekarang aku terjebak membersihkan sekolah dengannya empat hari kedepan."
"Oh tuhan!" Samuel menganga syok. Kemudian merendahkan suaranya lagi, bertanya, "Siapa yang memiliki kehormatan merasakan tonjokanmu yang manis itu?"
Jihoon hanya menggulirkan bola mata sebagai respon pada reaksi temannya. "Seorang bajingan."
Seolah sengaja, grup siswa berisik muncul dari sisi koridor berlawanan dan berjalan menuju kedua sahabat tersebut. Jihoon (sayangnya) membuat kontak mata dengan Daniel dari jauh, dan menarik Samuel ke arah sebaliknya.
"Hei cowok cantik! Pelan-pelan," teriak Daniel dan berlari mengejar Jihoon sebelum berhasil menyeret Samuel. Jihoon sangat ingin menonjok Daniel lagi, namun ia tahan karena mungkin hal yang lebih buruk akan terjadi.
Dasi Daniel longgar dan kemejanya tak dimasukkan, persis stereotip cowok nakal di SMA. Jihoon tak bisa menahan dengusan melihat penampilan berantakan itu, pantas saja Daniel di ruang detensi setiap saat.
"Ayo, Sam," kata Jihoon, tidak melirik Daniel.
Daniel tak terpengaruh, dan melambai pada Samuel sebelum kembali menatap Jihoon, "Sampai nanti! Jangan lambat!"
Jihoon kesal, yang ia inginkan hanya menyiksa Kang Yoonseok dan pergi menghadiri detensi. Sekarang, ia harus diikuti oleh senior menyebalkan itu dan kehabisan waktu untuk jebakan selanjutnya.
"Aku paham mengapa kau membencinya," kata Samuel ketika Daniel dan teman-temannya akhirnya menghilang. Ia menambahkan, "Dan aku tak bisa menunggumu hari ini, aku harus mengerjakan PR."
Jihoon menyeringai, dan mencubit pipi temannya gemas, "Sammy kecil kita harus mengerjakan PR?"
"Diamlah, aku bukan anak jenius sepertimu. Aku sebenarnya harus bekerja keras untuk nilai bagus," balas Samuel sambil menepis tangan Jihoon.
°
°
°
Jihoon terjebak saling menatap dengan ketua disiplin di aula utama pada jam 2 siang seraya menunggu kedatangan Daniel. Jihoon yakin Daniel sengaja lambat untuk membuatnya kesal karena kata ketua disiplin mereka berdua harus hadir untuk menyelesaikan hukuman.
Daniel melangkah masuk tepat pukul 2:15 siang dan Jihoon siap mencekiknya. Lelaki itu tersenyum dan melambai, tak ada tanda-tanda menyesal karena datang lambat.
Yang ketua disiplin lakukan hanya mengangguk ketika Daniel akhirnya bergabung. Lelaki paruh baya itu memberi mereka sapu.
"Kau bisa mulai dengan menyapu, lalu mengepel. Setelah itu, lap semua jendela – gunakan tangga kalau perlu," ketua disiplin menyeringai saat menoleh pada Jihoon, "Dan kau bisa membersihkan foto Pak Kang."
KAMU SEDANG MEMBACA
[NielWink] Nothing About You is Real (Bahasa Version)
Fanfictionhanya butuh perjalanan menuju detensi bagi Jihoon untuk bertemu Daniel dan untuk memperburuk seluruh hidupnya.