"Pagi Nona Lee"
Entah sudah berapa kali aku mendengar kalimat itu. Orang orang yang tinggal di sekitar desa ini selalu memanggil ku dengan sebutan nona. Sebenarnya, aku merasa risih, karna kalimat itu seperti mengartikan aku adalah orang terhormat. Mengapa harus aku yang dipanggil 'Nona Lee'? Memangnya hanya aku yang memakai marga Lee? Wanita di luar sana masih banyak yang memakai marga Lee. Jadi, mengapa harus aku? Ah, entahlah aku tidak mengerti.
Sebelumnya nama ku Lee Kyura, aku tinggal di Jeonju Hanok Village, sebuah desa tradisional yang terletak di kota Jeonju, Jeollabuk-do. Saat ini, aku menginjak usia 21 tahun dan memutuskan untuk berhenti di jenjang universitas yang hanya tersisa 1 semester lagi. Hal itu terjadi karna aku harus membantu ibuku untuk membimbing pengunjung yang ingin belajar membuat kerajinan tangan.
Semakin hari, pengunjung desa ini semakin banyak. Itulah alasan mengapa aku harus ikut turun tangan untuk membantu pekerjaan ibuku.
Meski pengunjung desa ini semakin banyak, namun suasana desa ini tetap tenang seperti biasanya. Ah, aku sangat mencintai tempat tinggalku.
"Pagi Kyura" sapa Bibi Chae, ketika aku sudah sampai di museum yang juga berbentuk hanok.
"Pagi Bibi, dimana ibuku?"
Sejak tadi, aku belum melihat keberadaan ibuku. Tidak mungkin ibuku belum sampai di tempat ini, karna waktu sudah menunjukan pukul setengah enam pagi. Biasanya ibuku sudah berada di museum ini sejak pukul lima pagi.
"Disini, Kyura!"
Bukan, itu bukan suara bibiku. Jadi, aku menoleh ke sumber suara. Ternyata wanita paruh baya itu, yang tak lain adalah ibuku sedang memahat kayu. Terlihat peluh keringat bercucuran dari dahinya.
Aku segera menghampirinya, dan meletakkan alat alat yang kubawa dari rumah di nakas meja yang ada di sudut ruangan.
"Eomma, perlu kubantu?"
Ibuku menghentikan aktivitasnya sejenak, dan menoleh ke arahku.
"Tidak perlu Kyura, kau bisa mengumpulkan hiasan hiasan dan letakkan di mangkuk itu" ibuku menunjuk sebuah mangkuk yang dipegang oleh bibiku, "Untuk para pengunjung yang ingin membuat gelang ataupun kalung"
Ibuku kembali melanjutkan aktivitasnya.
"Baik Eomma"
Aku segera melakukan apa yang dikatakan beliau.
***
Kini pengunjung sudah mulai ramai, karna waktu sudah menunjukan pukul delapan pagi.
Aku menarik sebuah senyuman singkat, bersiap melayani pengunjung yang ingin belajar membuat kerajinan tangan.
Beberapa pengunjung dilayani ibu dan bibiku serta beberapa karyawan disini.
Liatlah pemandangan di depanku ini. Ibu, bibi dan para pekerja terlihat sangat semangat mengajari mereka. Melihat kesemangatan mereka, akupun juga ikut merasa semangat. Hidupku terasa lebih berarti sekarang.
"Kyura!"
Aku membuyarkan lamunanku hanya karna suara ibu memanggilku.
Aku menghampirinya, "Ada apa eomma? Ada yang bisa kubantu?"
"Tolong ajari tuan itu membuat kerajinan. Kau bisa kan?"
Aku mengikuti arah pandangan ibuku, terlihat seorang lelaki paruh baya memakai setelan jas yang sedang duduk di ruang tunggu sembari memainkan ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
- Hwang Hyunjin -
Fanfiction[HIATUS] Begitu banyak kenangan yang kita ciptakan, Hingga akhirnya, aku tersadar bahwa kita, Berada. Di ujung. Perpisahan. @Hwangbabe_