Puasa Berkelas adalah Puasa yang Cakupannya Semakin Luas

7 0 0
                                    

Kiai Jihad begitu bersemangat memberikan nasihat kepada para santrinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kiai Jihad begitu bersemangat memberikan nasihat kepada para santrinya. Namun, ia tetap berusaha untuk menyeimbangkan kondisi rohaninya dengan berkata, "Sebenarnya saya kadang suka GR kalau ada yang bilang saya ini suka memberikan ceramah. Tapi saya suka meledek diri saya sendiri bahwa alasan utama saya bersedia bicara adalah pertama-tama untuk memberikan nasihat kepada diri saya sendiri.

Syukur-syukur kalau kemudian ada satu-dua materi yang nyangkut di benak di hati para pendengar itu bukan karena saya pandai tapi semata-mata karena Allah-lah yang bersedia membukakan hati mereka untuk menerima apa-apa yang saya sampaikan.

Kedua saya hanya mau bicara hanya karena diminta, dipersilahkan, dijadwal, atau diberi waktu, kesempatan, atau ruang. Kalau tidak karena semua itu aslinya saya lebih senang menjadi pendengar dan mencatat ilmu yang disampaikan.

Termasuk, misalnya, dalam hal menjadi imam. Saya cuma berani jadi imam itu saat ada di rumah saja. Jadi imam bagi istri dan anak-anak saya. Saat di luar rumah. Di kantor atau di mushollah kalau tidak diminta langsung oleh jamaah aslinya saya lebih senang menjadi makmum.

Saya tidak memiliki keberanian untuk menawar-nawarkan diri jadi imam. Maka kalau tiba-tiba ada yang mau menjadi imam atas kemauannya sendiri tanpa tanya kanan-kiri atau tanpa ada kesepakatan dari para jamaah maka itu tanggung jawab dia langsung sama Allah SWT dan atas kesalahannya, seluruh jamaah yang sholat bersamanya itu lepas tangan dan tidak memiliki tanggung jawab sedikit pun."

Kiai Jihad juga mengajak seluruh santrinya untuk selalu memperluas cakupan dan wilayah berpuasa mereka, "Orang itu kalau sudah PAUD harus naik kelas jadi TK, SD, SMP, SMA, sampai Perguruan Tinggi supaya pengetahuannya secara formal bisa semakin luas.

Begitu juga dengan puasa. Mari kita naikkan kelas puasa kita. Bahwa kalau dulu mungkin kita tahunya puasa itu cuma menahan lapar dari Shubuh sampai Maghrib. Sekarang kita belajar menerapkan dan mengaplikasikan nilai-nilai puasa dalam kehidupan sehari-hari. Baik itu dalam kehidupan politik, saat nyetir, main sepak bola, bidang ekonomi, sosial, budaya, dan seterusnya.

Dalam bidang politik diperlukan penerapan nilai puasa. Puasanya adalah dengan cara menahan dan merahasiakan siapa pilihan capres kita. Sesuai pedoman, Pemilu itu harus Luber (Langsung, Umum, Bebas, dan RAHASIA). Waktu berbukanya adalah ketika kita masuk ke dalam TPS dan yang kita coblos yang tahu hanya kita dan Allah saja.

Kalau tidak diterapkan nilai puasa saat Pemilu maka jangan heran dengan tongkrongan yang bubar, teman-teman grup WA pada bubar, bahkan ada cerita suami-istri sampai cerai. Dan, berbagai kemadharatan lain akibat kita tidak memiliki mental berpuasa dalam berpolitik di kehidupan sehari-hari.

Orang nyetir juga mesti memiliki nilai puasa. Pak Supir harus tahu kapan ngegas dan kapan ngerem. Ngerem itu simbol puasa dan ngegas lambang berbuka. Kalau anak kecil (orang yang belum dewasa) yang belum mengerti saat harus ngerem malah ngegas hasilnya masuk jurang atau saat ngegas malah ngerem hasilnya adalah tabrakan beruntun.

Dalam sepak bola ada juga khasanah berpuasanya. Terutama Sang Coach (Pelatih). Seorang Coach harus tahu kapan puasa (memakai taktik bertahan/defensif) dan kapan harus berbuka (menggunakan taktik menyerang/offensif). Kesalahan penerapan formasi akan membuat tim kita tak akan berkutik melawan kesebelasan lawan."

Kiai Jihad kemudian meminta para santrinya untuk melanjutkan pengembangan pemahaman terhadap cakupan wilayah puasa mereka masing-masing. "Silahkan cari dan identifikasi kelas puasa kita masing-masing.

Yang naik kelas hanya orang yang tahu sekarang ia sedang duduk di kelas puasa level berapa. Saat naik kelas puasa itulah kita harapkan wilayah dan cakupan kita semakin luas. Meliputi seluruh sendi dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari hal yang paling mendasar dan fundametal sampai pada hal-hal yang sebelumnya kita sangka tidak ada puasa di sana."

* Mohamad Istihori
Jakarta, Ahad, 05 Mei 2019

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 07, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Puasa Berkelas adalah Puasa yang Cakupannya Semakin LuasWhere stories live. Discover now