"Sshh." Ringisan seorang gadis cantik yang terdengar kesakitan itu seakan mentransfer hal yang sama kepada kedua anak laki-laki sebayanya yang tampak asik menonton kegiatan teman perempuannya itu.
"Tuhkan gua bilang juga apa, sakit kan." Gadis itu tersenyum, atau lebih tepatnya nyengir.
"Rin anjir mau berapa lubang tu telinga." Ujar anak laki-laki yang berperawakan lebih kurus dari yang sebelumnya.
"Udah mas? Thanks ya." Ujar Charina kepada seseorang yang telah membantunya melubangi daun telinganya.
Gadis itu tersenyum dengan telinga yang masih memerah, kedua temannya hanya meringis ngeri.
"Sakit tapi nagih, liat kerenkan?" Ujarnya kepada Anan, alias Anantha.
"Emang bagus sih, liat punya gua nan!" Ujar Alvano, sambil menyodorkan tindikan telinganya.
"Mau?" Tanya mereka berdua kepada Anan.
"Mata lu mau, keren si keren, bisa-bisa gua ditendang bokap kalo begini caranya."
Ya bisa dibilang orang tua Anan lah yang paling protektif ketimbang orang tua Charina dan Alvano, secara orang tuanya calon Wali Kota disini, mereka pasti tidak mau jika anaknya menyebabkan masalah Fatal dan mengganggu karir orang tuanya.
"Udah ah ayo Ke Sekolah." Usul Anantha, sambil melirik ke arah Jam tangan yang terlihat mahal itu, waktu menunjukan pukul 09.00 siang dan mereka baru akan pergi ke sekolah, singkatnya lebih baik telat dari pada tidak sama sekali.
•••
"Aduh-aduh cantik banget tindikan barunya neng." Ujar Bapak paruh baya dengan rambut setengah ada itu, dengan nada menyindir pastinya.
"Eh Bapak, makasih ya pak, kalo gitu saya masuk dulu ya pak." Ujar Charina tak tahu diri.
Baru beberapa langkah Charina dan kedua kawannya itu melangkah, sebuah sepatu hitam nan mengkilap itu mendarat dikepala Anantha.
"Lho Pak kok saya yang kena si." Ujarnya tak terima.
"Ah kalian sama saja, ikut saya." Charina dan Anantha mengekori gurunya itu, sedangkan dimana Alvano? Dia hendak melipir ke kantin sekolah, sebelum---
"Alvano Darendra." Sungguh tak disangka,bagai ada sepasang mata dibalik kepala guru itu, yang sudah melirik gerak gerik muridnya yg tampan itu.
"Iye pak ini ikut." Charina menempeleng pelan belakang kepala Alvano sambil cekikikan.
"Bego anjir!"
Sedangkan disisi lain,
"Saya pak!" Suaranya lembut, senyumnya manis dan tidak lupa tangannya yang lentik itu berdiri tegak di udara.
"Ya silahkan Chania." Gadis yang disebut Chania itu beranjak dari kursinya dan mulai mengerjakan untaian soal kimia disebuah papan tulis itu, tidak lebih dari 5 menit soal kimia yang terlihat rumit itu berhasil dia pecahkan dengan otak cemerlangnya, riuh tepuk tangan teman satu kelasnya memenuhi ruangan itu.
Ada yang memang kagum karena kepintaran Chania, ada yang ikut-ikutan saja agar kelas ramai, dan ada juga yang bersyukur karena bukan dia yang disuruh mengerjakan, semacam itu.
🔔 Kring
Suara bel nyaring khas sekolah menengah atas itu berbunyi, siswa dan siswinya berbondong-bondong menuju satu tempat tujuan, tentu saja kantin.
Berbeda dengan nasib ketiga bocah kesiangan, yang masih berlarian mengitari lapangan, sembari ditatap tajam oleh Pak Bambang itu.
Ketiganya tiba-tiba lari berdempetan, entah berbisik apa, tapi yang jelas mereka menunggu pak Bambang lengah, lalu---
"BAPAK SAYA MAKAN DULU YA NANTI BALIK LAGI!" ujar Alvano sambil berlari ke kantin bersama kedua temannya itu.
"HEH KALIAN!" pak Bambang hanya bisa geleng-geleng kepala saja, toh dikejarpun hanya membuat beliau lelah, ditambah lagi beliau bosan karena harus menghukum ketiganya setiap hari, anggap saja hari ini cheat day mereka.
•••
Glek glek glek
Dengan jakun yang naik turun cepat itu, minuman isotonik dalam kalengnya cepat sekali hilang, diteguk seorang Anantha.
"Anjing ya panas." Kata Alvano sambil menyapu keringat di dahinya.
"Uluh-uluh kecian Ayang Vano, Bebeb Anan." Ujar Charina mengejek.
"Gara-gara elu anjir."
"Ya suruh siapa ikut gua piercing dulu, kan telat ahahaha." Ucapnya tergelak hingga--
"Rin tu bekel dari Mama." Chania menyodorkan kotak makan siang berbentuk hati, Charina meringis melihat itu.
"Lu makan aja,"
"Gabisa, kan punya kamu Charina." Ucapnya tak mau kalah.
Lantas Charina mengambil kotak makan siang berbentuk hati itu, agar kembarannya itu cepat pergi, setelah pergi kedua curutnya Charina langsung membuka kotak makan siang itu, berisikan Sandwich diisi beberapa slice selada dan Daging sapi, Charina menghela nafas, dia lelah berapa kali harus mengingatkan bahwa dia benci daging sapi.
Melihat raut wajah Charina, Alvano dan Anantha dengan cepat melahap semua Sandwich yang ada di kotak makan siang itu.
"Mungkin mama lupa." Ujar Alvano meyakinkannya.
"Atau mungkin tak peduli." Ujar Charina melengos.
Ya begitulah penggalan kisah seseorang yang sangat mirip didepan mata, tapi sangat berbeda di dalam hati, hidup bersama kembaran tidak semenyenangkan apa yang di alami Upin dan Ipin, mereka selalu berbagi, tapi bagia Chania dan Charina mereka saling merebut dan mengambil.
•••
Adakah dari kalian yang kembar?
Yuk Vote dan Komennya jangan lupa!
Tencu~(づ ̄ ³ ̄)づ
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins I Love You!
Teen FictionMelupakan yang bahkan belum sempat dimiliki, is another level of pain ~Charina "Vano lu jadian sama Chania?" Seseorang yang mendapat pertanyaan itu hanya tersenyum cerah, tanpa sadar Charina Meringis dalam hatinya. "Gua masih gak percaya Chania ner...