¤1

9 5 4
                                    

Kembar itu soal fisik, bukan Sifat

TILY

°°°

"Gue ya gue, adek gue ya adek gue jangan disamain."

"Gua bilang! Jangan pernah samain gua sama Chania di dalam urusan ini, ini tentang Lo dan Gua Anjing." Charina berteriak.

Bugh!

Bugh!

Pukulan bertubi-tubi Charina layangkan kepada Anantha siswa kelas 11 yang memang satu angkatan dengan Charina.

"Udah? Giliran gua!" Ujar Anan.

Bugh!

Bugh!

Takalah telak Charina yang bertengkar dengan laki-laki itupun mengundang banyak pasang mata yang mengabadikan momen.

"Heh udah-udah!" Alvano menengahi mereka yang beradu jotos,hingga tak sadar pukulan dari kedua pihak mengenai dirinya.

"Heheh." Alvano tertawa lalu pingsan, aneh memang.

"Anantha lu bawa Vano gua yang obatin."

Tibalah mereka di UKS sekolah, Anantha membaringkan Vano di atas ranjang, lalu mereka terkekeh.

"Dasar Cowo Aneh, kita yang berantem dia yang pingsan." Charina dan Anan bertos, ya mereka seperti ini jika sedang beradu jotos seperti orang kesetanan, padahal mereka teman baik.

"Eh njing bangun!" Charina menggoyangkan tangan Vano.

"Ehm." Desis Vano.

"Lu pingsan beneran? Bahahah," telak Anan.

"Lu berdua sih! Atit tau." Rengek Vano.

"LEBAY!" seru keduanya.

Tercipta keheningan di dalam uks, Vano kembali tertidur, Anan fokus memandang siswi kelas 10 yang berlalu lalang, dan Charina di menatap langit yang dimana matahari semakin terik.

"Woy bro, balik kuy?" Tanya Charina.

"Ogah bu Desi 'kan sekarang?" Ujar Vano.

"Maksud gue balik ke rumah masing-masing." Timpal Charina.

"Kuy, tapi nongki dulu ya katanya Anan mau traktir!" Vano memukul pelan bahu Anan.

"Loh kok gue?"

"Kan elu dompet bahahah." Mereka tertawa lepas sedangkan Anan menatap dompetnya, kasihan.

"Bilang dulu Anan Ganteng."

"NAJIS." Ujar Alvano dan Charina bersamaan.

Seorang Anan hanya bisa mendengus sebal.

Dua motor ninja sudah terparkir rapi di parkiran sebuah kedai kopi. Sang empunya sedang menikmati secangkir kopi dengan uap yang masih mengepul.

"Huha huha panas njir!" Anan menoyor kepala Alvano.

"Lu norak banget sih! Pelan-pelan aja napa." Charina hanya tersenyum melihat kelakuan dua sahabatnya. Terlihat seseorang dengan rambut panjang di ombre ungu, duduk memunggungi mereka.

"Nan cewe tuh, embat sana." Titah Vano.

"Gue minta id line ah buat koleksi," Anantha melangkah 'kan kakinya menuju orang tadi.

"Hai cantik minta id line dong?!" Seru Anan tanpa pikir lama sang empu yang merasa di panggil menoleh.

"Hai sayang boleh kok ini!" Dengan suara di buat-buat seperti wanita.

Buset banci, batin Anan.

Terlihat kedua kawan Anan itu tertawa terbahak-bahak, sampai-sampai air mata tergenang dimata Charina.

"Gak jadi mba eh mas." Anan perlahan mundur. Saat akan berbalik dirinya di kejutkan dengan gebrakan meja.

Brak!

"Eh mas! Mas gak boleh gitu dong, mana ada yang nanya pas mau di jawab kabur.. mas kalo apa-apa jangan liat seseorang dari covernya." Mata si mas atau mungkin mba itu menggerling nakal.

"Engga makasih!" Anan berlari keluar kedai dan langsung tancap gas.

"Eh si curut malah kabur! Katanya kan dia yang bayar!"

Akhirnya Alvano dan Charina yang membayar. Saat tiba di parkiran, Alvano langsung naik ke motornya dan Charina ikut di jok belakang, Namun.

"Rin, itu si Chania ya?" Alvano membuka kaca helm full face yang di kenakannya.

"Hm."

Motor melaju menghampiri Chania.

"Nia,"

"Eh Vano," lihatlah bahkan Chania hanya menyapa sahabat kakaknya ketimbang kakaknya sendiri.

Charina menepuk pundak Alvano, dia yang mengerti isyarat Charina, berpamitan dan langsung pergi meninggalkan Chania.

Matahari mulai tenggelam, Langit berwarna oranye itu terlihat menemani perjalanan pulang Alvano dan Charina, hingga sampailah mereka di kediaman Charina.

"Thanks ya." Ucap Charina sambil menepuk pundak sahabatnya itu.

"Kenapa lu gak akur mulu sama si Chania?"

Helaan nafas terdengar dari mulut mungil milik Charina, Alvano yang pintar membaca situasi segera mengubah arah pembicaraannya.

"HEH NYET!" Teriak Vano. Charina mendengus sambil menatap Alvano.

"Apaan sih?"

"Biasanya kalo cewe dianterin pulang cowo itu, bilang makasih cium pipi dulu atau ajak mampir dulu kek."

"Ngarep lu Sapri."

Sabar Vano sabar.
Vano menarik kedua sudut bibirnya,

"Eh Vano? Gak mampir dulu?" Tanya Chania lembut, jauh halnya dengan Charina yang lebih sarkas dan kasar dalam berbahasa.

"Oh gausah, gua duluan ya." Chania melambaikan tangannya Cantik.

***


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Twins I Love You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang