1. AtR :: Hilang

79 16 20
                                    

"Jika rindu bisa bicara,
mungkin tak ada yang tahu
cara menghentikannya"

Perlahan satu persatu orang meninggalkan area pemakaman. Hanya tersisa Ninda yang masih meratapi kepergian kekasihnya.

"Jun... kamu nggak harus kayak gini cuma demi aku..."

Mata gadis itu sudah bengkak. Rasanya tak dapat lagi mengeluarkan air mata.

"Udah Nin, lo kayak gini juga nggak ada gunanya buat Juna. Lo malah menghambat kepergiannya..." Nanda menghampiri adiknya, lalu mengelus punggungnya.

Ninda mengangguk lalu menyapu air matanya.

Flashback.

"Jun, kalau kamu mau tinggalin aku nggak papa kok. Aku juga udah nggak berguna buat dunia ini." Air mata Nindi kembali menetes.

"Kok ngomong gitu? aku bakal cari cara supaya dunia kamu nggak hanya hitam." Arjun menyapu air matanya.

Nindi hanya bisa mengangguk lalu melanjutkan tidurnya.

***

Arjun memandangi langit-langit kamarnya dengan banyak pikiran di benaknya.

"Kornea kamu adalah yang pertama dan satu-satunya yang cocok dengan Ninda."

Perkataan dokter Maya itu selalu terngiang-ngiang di telinga Arjun.
Pria itu keluar dari kamarnya, berniat menemui Rina-bundanya.

"Bun."

"Hm, udah makan kamu Jun?" Pertanyaan yang akan selalu ditanyakan Rina.

Arjun mengangguk. "Bun kalau Arjun donor kornea boleh kan?"

Mata Rina sontak membulat. "Jangan bilang kalau kamu mau donor buat si Ninda itu? Bunda nggak mau kamu bikin pengorbanan sebesar itu!"

Arjun sudah menebak jawaban Rina. Ibu mana yang setuju anaknya kehilangan penglihatan hanya demi menyelamatkan orang lain. Tapi lagi-lagi sisi egois dalam dirinya melonjak. Setiap keputusanya tak akan ia rubah.

"Bunda tau kamu nggak bakal nurut. Saran bunda, kamu pikirkan baik-baik keputusan kamu itu." Tampak raut kepasraan di muka Rina, "apa Nindi akan tetap sama kamu kalau kamu udah nggak sempurna? Mungkin dia akan melupakan kamu nanti. Dan apa jadinya kamu?"

Perkataan Rina benar juga. Apa nanti Ninda akan bahagia dengannya jika ia buta? Atau Ninda akan meninggalkannya?

Arjur menggaruk kepalanya gusar. Langkah kakinya berjalan menuju garasi. Pria itu berencana ingin menemui Ninda.

Arjun melajukan motornya lebih cepat dari biasanya. Bahkan ia tak menghiraukan lampu merah sekalipun.

Glegar!

Sebuah mobil beradu kambing dengan motor Arjun. Semua terjadi begitu cepat. Arjun dan motornya terpental ke sembarang arah hingga motornya hancur. Seketika orang-orang menghentikan laju kendaraannya. Bahkan ada beberapa kendaraan yang terlibat kecelakaan itu. Suasana malam itu menjadi sangat kacau. Arus lalu lintas di alihkan. Banyak polisi, dan beberapa ambulan.

Arjun dan korban lainnya dilarikan ke rumah sakit terdekat. Rumah sakit dimana Ninda dirawat.

Polisi menghubungi keluarga Arjun. Berita ini sontak mengagetkan Rina dan Bayu. Bayu yang sedang di luar kota langsung pulang ketika mendengar kabar buruk tentang putra semata wayangnya.
Sementara Rina, perempuan itu bahkan sampai pingsan.

***

"Nin, Ninda bangun dek!" Nanda yang sedang panik membangunkan adiknya. "Juna Nin, Juna..."

"Juna kenapa kak?" Ninda ikut panik. Tak biasanya Nanda membangunkannya jika bukan dalam keadaan panik.

"J-Juna kecelakaan"

Ninda kaget. "Gak usah aneh-aneh deh Kak, Arjun kan lagi di rumah!"

"Kakak serius Nin, Arjun kecelakaan di dekat lampu merah. Dan sekarang dia ada di rumah sakit ini!"

Ninda tak percaya. Air matanya menetes tanpa sengaja. "Kasih tau Ninda Arjun di rawat di mana Kak!" Ninda mencoba mencari keberadaan kakaknya dengan meraba-raba. Nanda dengan sigap meraih tangan adiknya lalu menuntunnya menuju ruangan dimana Arjuna di rawat.

Mereka tiba di depan ruang UGD. Hampir seluruh keluarga besar Arjun berkumpul di sana.

"Assalammualaikum Tan..." Nanda menyalami kedua orang tua Arjun. Begitupun Ninda. Rina masih menangis sesenggukkan.

Semua orang masih panik hingga seorang dokter keluar dari ruangan itu.

"Mohon maaf Pak Buk," dokter itu tertunduk. "Kami tidak dapat menyelamatkan saudara Arjuna. Arjuna mengalami geger otak yang parah. Dan sudah kehilangan banyak sekali darah" sambung dokter itu.

Tangis duka pun pecah saat itu juga. Rina pingsan untuk yang kedua kalinya. Ninda langsung terduduk lemas. Seketika semua orang di sana menangis.

"Beberapa orang boleh masuk," ucap dokter itu.

Bayu menuntun Ninda dan Nanda untuk masuk. Ninda mengutuk dirinya yang tak dapat melihat Arjun untuk terakhir kalinya. Ia hanya bisa memegang tangannya.

Setelah Bayu mencium pucuk kepala Arjun. Tiba-tiba alat deteksi jantung berbunyi lagi. Jantung Arjun kembali berdenyut. Dalam perlahan Arjun membuka matanya.
Semua orang sontak kaget. Dokter langsung menyiapka alat pemompa jantung.

Arjun membuka mulutnya dan berkata pelan "M-m-mat-tha A-Arjun, b-bu-u-at Nin-dah."
Setelah mengucapkan kata-kata itu, Arjun menutup lagi matanya. Ninda mendengar itu. Ia mendengar perkataan Arjun.

Orang-orang di ruangan langsung panik. Dokter berusaha keras dengan memompa jantung Arjun. Tetapi yang kuasa berkehendak lain. Arjun telah benar-benar tiada.

After The Rain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang