•••
"Tapi tanpa dirimu tak mungkin 'ku terus berlari tanpa kaki." Suaranya seperti nyanyian yang merdu, seperti manisnya madu.
Itu yang dikatakannya pada saya, tepat sebelum tangannya meninggalkan tangan saya tanpa bekas hangat setitik pun. Saya tidak marah. Tidak pula kecewa.
Sebab saya tahu, meski pergi, ia akan kembali.
Yoongi terasa begitu dingin tatkala pandangannya menghunus bak pedang menuju eksistensimu yang kamu harap tiada. Tiba-tiba getar menjadi bahan candaan daun-daun yang gugur, mereka mengeluarkan suara gesekan keras yang menampar; kamu tambah gemetar. Sebab, Yoongi terlihat begitu serak. Yoongi marah.
(Padahal dulu sekali Yoongi manis. Seperti keik. Atau barangkali kamu sudi mengenal Yoongi karena wajahnya yang imut mirip jeli bentuk beruang.)
Tangannya terkepal kuat, dan tidak terlepas meski tahu bahwa ia akan terluka. Yoongi geram, ia menggigit udara hampa di mulutnya hingga suara geletuk itu muncul dengan keras, menggertak kuat bak gelegar hantaman kencang petir. Dan benar, petir datang setelahnya, mengguncang ranting-ranting pohon malam itu, disusul hujan tanpa jeda yang membuat siapapun yang memijak tanah di luar atap jera.
Tetapi kalian masih diam. Kalian jadi patung di bawah hujan yang senantiasa menyelimuti tiap-tiap sel kulit tubuh. Kamu tergigil, dan Yoongi masih marah. Kendati demikian, ia berhenti menatapmu tajam, lantas menyerahkan jaketnya pada bahumu yang kedinginan, lalu pergi. Yoongi berlari menjauh, kemudian kembali lagi bersama dengan taksi yang berhenti tepat di sisi tubuhmu yang nyaris tak berenergi.
Kamu melihat Yoongi mengubah tatanan pendingin mobil yang ada di sudut kanan dasbor mobil (hal ini terjadi satu jam setelah kalian menumpangi taksi itu dan hujan telah berhenti), menghadapkannya pada jendela kaca. Kaca itu menjadi berembun, sehingga tak ada lagi pemandangan jelas rumput ilalang tinggi yang sepi, juga langit malam yang dihiasi ketiadaan.
Malam ini, suasana taksi jadi dingin meski kamu tahu bahwa di luar mobil ini, partikel-partikel udara mulai sedikit demi sedikit kehilangan kalornya sendiri. Yoongi membuat semua jadi lebih dingin, dengan tatapannya yang memandang kaca berembun itu dengan kosong, pula dengan suara radio yang tidak lagi jelas, dan juga dengan gerak-gerikmu yang cuma bisa bernapas.
Yoongi tetap diam. Sopir taksi itu juga diam. Sedangkan, kamu yang duduk di belakang bahkan tidak berani untuk angkat bicara sama sekali sebab pemuda itu terlihat begitu ingin kesunyian merengkuh tubuh kedinginan kalian yang duduk sendiri-sendiri. Yoongi ingin kamu diam, supaya ia bisa diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alas Kaki Kita Rubuh
FanfictionAlas kaki kita sudah aus, dan kaki-kaki kita telah rubuh. Tetapi, kita tahu bahwa berhenti di sini sama saja mati. +×+ "Tapi tanpa dirimu tak mungkin 'ku terus berlari tanpa kaki." Dari sebuah lagu yang saya dengar sebelum tutup mata saya beberapa m...