Prolog

94 13 4
                                    

     Ia melangkah, menyusuri trotoar dingin di tepian jalan. Langkahnya sedikit gusar, pasalnya hujan mulai turun mendera bumi. Membasahi pakaian yang ia kenakan kali ini. Sialnya, ia tengah tak memakai sweater atau baju hangat lainnya. Hanya baju kaos berlengan panjang yang dipadukan dengan jeans yang agak usang.

     Kakinya terus melangkah, menuju tujuan yang hanya berjarak sekitar 500 meter lagi. Ia mempercepat intensitas langkahnya. Mencoba berlomba dengan hujan yang mulai turun deras.

     Berkali-kali, matanya melirik jam tangan yang melingkar manis di pergelangan tangannya. Berharap, ia tak telat barang sedetik pun.

     Agaknya, nasib baik sedang tak berpihak padanya. Kakinya tanpa sengaja menginjak sebuah batu yang cukup besar, membuat ia terhuyung ke depan sebelum akhirnya mencium aspal. Tas yang sedari tadi ia pertahankan untuk tak terkena air hujan, harus bernasib naas saat masuk ke dalam genangan air yang sangat dangkal.

     "Sial!" Mau tak mau, umpatan keluar dari bibir mungilnya. Ia segera bangkit, menyapu air hujan yang menempel di tubuhnya, meski terasa sia-sia.

     Ia mengambil tasnya dengan kasar, berlari kembali menuju sebuah kafe yang hanya tinggal 10 meter di depan. Gerutuan itu terus keluar, bersamaan dengan tangannya mencoba menyelamatkan isi tas yang masih bisa terselamatkan.

     Namun nihil, semua barang bawaannya basah. Buku, baju, bahkan laptop kesayangan harus ia relakan menjadi korban drama pagi ini.

     Sesampainya di dalam kafe, matanya menjelajah, mencari sosok yang tiba-tiba begitu menyebalkan pagi ini.

     "Sara!" Panggilan itu menginterupsi kegiatannya. Sontak, ia memutar kepala menuju sumber suara.

     Matanya membulat seketika. Bukan pada sang pemanggil, namun pada sosok yang juga sama-sama tengah menatap ke arahnya. Sosok yang begitu tak ingin ia lihat. Sosok yang pernah singgah namun kembali melangkah. Sosok yang pernah membuatnya merasa begitu dicintai, namun tiba-tiba dibenci. Sosok yang namanya masih terpatri jelas dalam hatinya.

     "Aksa" panggilnya lirih.

🍁🍁🍁

Yuhuuuuuuu, akhirnya kelar juga. Salam kenal dari Mas Aksa dan Mbak Sara yaa.😚

Beri tanda jika menemukan typo.

Jangan lupa vote ya guysss🖤

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 12, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang