Potret 1 - Boys Talk

20.9K 2.7K 443
                                    

Jamila beli knalpot
bareng Karmen di bengkelnya si Bambang.

Cakep!

Jangan lupa vote dan komen
di lapak abang dong sayang

📷


Jepert! Jepret! Jepret!

Suara jepretan berulang-ulang terdengar dari kamera canggih yang cicilannya baru lunas lima bulan lalu. Laki-laki gondrong yang hanya mengenakan boxer merah jambu bermotif floral  tampak serius berjongkok di atas rumput taman kosan milik Mamanya. Tampak fokus mengatur kameranya yang terarah pada sebatang rumput liar yang tumbuh.

Mulutnya sudah monyong-monyong karena terlalu serius membidik objek, tapi konsentrasinya terusik sewaktu motor salah satu anak kos masuk dengan suara knalpot yang berpotensi bikin ibu-ibu hamil mendadak melahirkan di tempat. Bambang si pemilik motor memarkirkan motornya lalu turun dan duduk setengah berbaring di ayunan tali yang di gantung di antara dua pohon kayu manis.

“Bang lo dicariin tuh.” Kata Bambang sambil menyangga kedua lengannya di belakang kepala.

“Siapa?” tanya Noval acuh tak acuh.

“Mbak Min—“

“Nanya!”

“Bangke lo, Bang!” Bambang praktis mengumpat. “Orang gue serius lo dicariin sama Mbak Minten. Dia bilang suruh sampein ke lo, dia nunggu di pos satpam.”

Ini nih ribetnya cewek, gampang baper plus move on nya lama. Cuma beberapa kali diajak ‘muncak’ itupun jaman baheula, masih aja baper nyariin Noval. Muncak yang di maksud Noval di sini manjat gunung kembar a.k.a dedek gemesnya cewek. Pada ngerti nggak? Yang nggak ngerti diem-diem ajalah.

“Bilang aja gue nggak ada.”

“Gue bilang lo di rumah, makanya dia nungguin di sana. Samperin dah, Bang. Nggak baik biarin cewek nunggu.”

Noval membuang daun kayu manis yang jatuh di atas rumput liarnya yang seksi. “Ya udah biarin aja.”

Bambang berdecak. “Jahat lo, Bang. Cewek dianggurin gitu, kasihan. Kalau gue jadi lo di pepet-pepet cewek cantik bohay seksi begitu. Udah gue sikat.”

Percuma cantik seksi kalau ujung-ujungnya lo di teror buat kawinin. Batin Noval.

Noval mengangkat kepalanya, menyugar rambut gondrongnya yang sudah tiga hari nggak ketemu air ke belakang.

“Sudah?” tanyanya.

“Apaan?”

“Bacotnya! Sono balik ke kamar lo, Bambang!” usirnya terang-terangan.

“BAIM! B a ba i m. BAIM!” ralat Bambang kesal.

Emosinya Bambang sontak naik ke ubun-ubun kalau orang memangil nama tengahnya. Ibrahim Bambang Faturahman. Dari pengakuan Bambang, seharusnya namanya sudah bagus Ibrahim Faturahman. Teman gaulnya biasa memanggil Ibra, dedek gemes dan orang terdekat memanggilnya Baim. Tapi karena waktu kecil dia sering sakit-sakitan dan mitos zaman baheula bilang ‘anak kecil yang sering sakit-sakitan tandanya keberatan nama atau nggak cocok dengan namanya.’ Jadilah orang tuanya menambah satu kata baru ditengah namanya, Bambang.

Tanpa berkomentar lagi Bambang turun dari ayunan dan naik ke kamarnya di lantai dua kosan. Noval tergelak tiap kali berhasil membuat mahasiswa peternakan semester tiga itu misu-misu.

POTRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang