KIMIA

17 0 0
                                    


"Nama adalah kata yang akan menjadi takdir kita selanjutnya," ucap seorang ibu setelah melahirkan anaknya. Seperti yang sering diyakini masyarakat di sekitar kita bahwa nama adalah harapan yang akan menjadi kenyataan. Tepat 17 tahun setelah kelahirannya, ia tumbuh menjadi gadis yang selalu memberikan aura positif kepada siapapun yang ada di sekitarnya.

"Ini Bang uangnya," ucap seorang gadis seraya memberikan pelindung kepala dan selembar uang kepada supir ojek online.

Perempuan yang sedang kita bicarakan tadi bernama Manda, Alamanda Falguni. Nama indah itu diberikan oleh ibunya yang sangat menyukai bunga alamanda.

"Manda, Manda, tungguin!" seseorang berlari terbirit-birit menghampiri Manda.

"Apaan sih, Na?" tukas Manda kepada Yamuna. Benar, ia bernama Yamuna. Yamuna adalah salah satu teman dekat Manda, mungkin bisa dibilang teman terdekatnya.

"Bentar dulu ih, capek nih." ucap Yamuna sambil ngos-ngosan.

Manda terus berjalan melewati koridor tanpa memperdulikan ocehan Yamuna.

"Ihhh Manda aku lagi ngomong sama kamu ya!" Yamuna menarik tangan kiri Manda, bermaksud untuk menahannya.

"Ya lagian siapa juga yang nyuruh lari sprint ke sekolah, hah? Pak Dharma yang nyuruh?" tukas Manda dengan nada kesal.

Yamuna menyipitkan matanya, beberapa menit kemudian ia tertawa lepas.

"Tumben banget pagi-pagi udah cemberut gitu. Kesambet apa, Nda? Siluman berbulu domba?" tawa Yamuna bertambah keras setelah melihat Manda semakin kesal padanya, kesal karena semua orang tengah memperhatikannya. Namun tak lama kemudian, tawa itu menghilang. Yamuna tidak sengaja melihat Jagad sedang bersama seseorang.

"Eh eh, Nda. Perut aku sakit banget sumpah. Kayaknya panggilan alam deh. Temenin ke toilet dulu yuk. Kebelet banget nih!" pinta Yamuna sambil memegangi perutnya, ia merintih kesakitan padahal ia sedang bersandiwara.

Manda menyipitkan mata. Sebelum ia menjawab, Yamuna lebih dulu menarik tangannya menuju ke toilet.

------------

Cahaya matahari menyoroti dua orang yang sedang berdiri di lapangan. Siluetnya mengarah ke barat tubuh mereka. Keduanya sedang membicarakan hal yang serius, untuk salah satunya. Tapi Jagad menganggap pembicaraan ini sama sekali tidak berguna.

"Ya nanti dulu kenapa sih, gua lagi ada urusan nih."

"Tapi Gad, kita harus pikirin lebih matang lagi biar acaranya berjalan lancar."

"Loh yang jadi ketua siapa? Gua kan cuma anggota. Ngapain lu ngemis ke gua? Sengklek lu?"

"Tapi kan ini acara kita, Gad. Ayolah, temen-temen pada percaya sama kamu buat ngatur acara ini."

Yang sedang berharap itu namanya Kasa yang tak lain adalah ketua OSIS sekaligus murid andalan di SMA El Gamma. Dia sering dipercaya untuk mengadakan event-event besar yang tentunya dapat menarik perhatian donatur dan konglomerat di luar sana. Sembilan puluh persen rencananya terealisasi sempurna. Berbeda dengan orang yang sedang diharapkan, namanya Jagad. Banyak orang yang mengaguminya tetapi banyak juga yang membencinya, termasuk Yamuna.

Entah dorongan darimana Kasa meminta kepada Jagad untuk membantunya. Padahal menurut track record selama ini Jagad jarang mengikuti pelajaran. Bahkan ia lebih sering ditemui sedang berbincang bersama Pak Romo yaitu tukang kebun sekolah.

"Terus?" celetuk Jagad.

"Ayolah jangan kebanyakan mengelak. Semua butuh kamu, Gad. Lagian kan kalau acara ini sukses benefitnya buat sekolah kita juga. Emang kamu gamau sekolah kamu makin maju?" Kasa masih berusaha membujuk Jagad. Kalau bukan untuk sekolah, dia tidak akan mau melakukan ini apalagi yang dihadapannya adalah musuh bebuyutannya.

DIFFERENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang