Jimin selalu bangun lebih pagi dari Jungkook.
Kapan pun, setiap waktu sejak pertama kali mereka memutuskan untuk tinggal bersama. Jimin akan bangun terlebih dahulu, memastikan dirinya mencium Jungkook di dahi dan membenarkan selimut yang mereka gunakan sehingga tetap menyelimuti Jungkook yang kehilangan kehangatan dari 'pemanas hidupnya' re; diri Jimin sendiri.
Jimin melangkahkan kakinya ke kamar mandi, membasahi mukanya untuk mengusir rasa kantuknya, kemudian menyikat giginya, lalu merapikan rambutnya dengan sedikit percikan air. Memastikan dirinya terlihat lebih hidup di depan cermin, ia keluar dari kamar mandi dan langsung menuju ke dapur.
Ia membuka salah satu laci di counter dapur mereka, tempat ia menaruh bahan-bahan makanan untuk kehidupan mereka sehari-hari. Ia mengambil satu pack roti tawar, satu sachet kopi instan untuk dirinya dan satu sachet cokelat bubuk untuk Jungkook. Ia kemudian berjalan lima langkah ke kanan, membuka pintu kulkas dan mengambil dua butir telur, dua slices keju, beberapa bungkus butter berukuran kecil di bagian atas, kemudian sedikit membungkukkan dirinya untuk meraih daun selada dan satu buah tomat yang terletak di bagian bawah. Jimin mengeluarkan teflon dari laci yang berada di bagian atas counter dapur, membuka laci di sebelahnya untuk mengambil pisau dan garpu kecil. Setelah memastikan semua bahan dan alat yang ia perlukan telah tersedia, ia menyalakan kompor, mempersiapkan western breakfast yang diminta Jungkook tadi malam.
Ketika Jimin sibuk memecahkan telur di atas teflon, merasakan bahu kirinya ditimpa beban, pinggangnya dilingkari kedua tangan yang tidak asing lagi di tubuhnya. Jungkook
Jimin membiarkan tangan kanannya mengurusi telur yang sedang dimasaknya, sementara tangan kirinya meraih kepala Jungkook yang kini tenggelam di lehernya, meninggalkan satu dua kecupan basah disana. Jimin akan membiarkan Jungkook mengeksplorasi bagian tubuh Jimin yang bisa diraihnya dengan bibirnya. Jungkook selalu seperti ini setiap pagi. Ia menjadi lebih manja, meminta perhatian yang lebih dari Jimin.
Dan Jimin, hanya akan membiarkan Jungkook melakukan semuanya sesuai keinginannya. Setelah merasa cukup puas dan meninggalkan satu kecupan hangat di atas kepala Jimin, Jungkook melepaskan pelukannya, berjalan menuju ke luar balkon apartemen mereka.
Pagi ini Jimin dan Jungkook berencana untuk menikmati sarapan mereka di balkon, sambil menikmati suasana pagi kota Seoul. Jimin bertanggung jawab atas sarapannya, Jungkook bertanggung jawab untuk penataan meja dan kursi di balkon. Mereka sengaja membeli apartemen dengan balkon yang luas, kemudian menghiasinya dengan beberapa tanaman di pot kecil.
Ketika Jimin selesai mempersiapkan sarapan mereka, sandwich, kopi dan cokelat hangat, ia menaruhnya di atas baki dan menyusul Jungkook yang kini juga sudah selesai mempersiapkan penataan di balkon. Ia kini sedang berdiri di pinggir balkon, membelakangi Jimin yang mulai menaruh sarapan mereka di atas meja satu per satu. Jimin memandangi punggung kekasihnya, mengagumi betapa bidangnya tubuh Jungkook. Ia menyukai tubuh Jungkook yang lebih bidang dari tubuhnya, memanfaatkannya sebagai salah satu aset penyedia pelukan terbaik untuknya. Jimin sedikit terperangah dengan aura yang dipancarkan Jungkook. Bahkan dari belakang saja, hanya dengan bermodalkan punggung, Jungkook masih bisa menginformasikan kepada setiap orang yang melihatnya bahwa pemilik punggung yang kalian lihat ini sungguh sangat tampan.
Jimin pun beranjak masuk ke kamar, mengambil kamera milik Jungkook, kemudian berjalan kembali ke balkon. Ia ingin memotret punggung Jungkook.
Satu foto.
Dua foto
Tiga foto."Kak Jimin?"
"Hm?" Jimin mengalihkan pandangannya dari kamera ke Jungkook yang sudah membalikkan badan, sekarang berdiri menghadapnya.
"Kakak lagi apa?"
"Lagi motoin kamu."
"Kak, aku kan cuci muka, belum sikat gigi. Belum mandi," protes Jungkook
Jimin sekali lagi menekan tombol di kamera, mengabaikan protes Jungkook. Ia tersenyum sambil menyahut,
"Gak apa-apa, Kook. Kamu tetap ganteng kok. Gak perlu cuci muka, sayang."
Dan Jungkook pun tertawa. Jimin memutuskan untuk mengabadikan tawa Jungkook di pagi itu dengan kembali memotretnya. Jungkook hanya mengenakan sebuah kaos putih polos dan celana tidur kotak-kotak perpaduan warna merah dan putih, tetapi ia terlihat tampan, tetap terlihat terlalu sempurna untuk seorang manusia. Ketampanannya dilengkapi dengan sinar matahari pagi dan tawa lebarnya. Sempurna.
Jimin sekali lagi jatuh cinta kepada pria yang sedang tertawa di hadapannya. Tidak peduli sudah berapa lama ia menghabiskan waktunya dengan Jungkook dan sudah berapa sering ia melihat Jungkook tertawa, ia akan kembali merasakan perasaan yang ia rasakan saat ia bertemu dengan Jungkook untuk pertama kalinya. Ia jatuh cinta kepada Jungkook untuk kesekian kalinya,. Dan Jimin tidak akan pernah keberatan untuk tetap jatuh cinta kepada seorang Jeon Jungkook. Terus -menerus.
Jimin tidak menyadari bahwa foto Jungkook yang dipotretnya semakin lama semakin membesar, yang menandakan bahwa Jungkook berjalan menghampirinya. Sebelum Jimin sempat bereaksi, Jungkook mengambil kameranya dari genggaman tangan Jimin dan menaruhnya di meja, tempat Jimin bersandar. Ia kemudian mengangkat Jimin dengan kedua tangannya, membiarkan beban tubuh Jimin ditahan oleh kedua lengannya. Jimin memegang bahu Jungkook dengan erat, melingkarkan kakinya di pinggang Jungkook, ia berusaha menstabilkan posisi tubuhnya dalam pelukan Jungkook.
"Jungkook! Kamu ngapain??" seru Jimin, masih kaget dengan tindakan Jungkook yang tiba-tiba.
"Niruin Kak Jimin."
"Maksud kamu?" tanya Jimin, sama sekali tidak memahami maksud ucapan Jungkook.
"Foto. Aku lagi motoin Kak Jimin. Tapi pake mataku."
Jungkook tertawa saat Jimin memukul bahunya, tidak bisa menyembunyikan rasa malunya ketika kekasihnya bersikap spontan seperti ini. Jungkook kemudian menutup jarak di antara mereka berdua, menangkap bibir Jimin dengan bibirnya, sekali lagi mencium Jimin sesuka hatinya. Dan Jimin akan menikmatinya, terlena dalam setiap sensasi yang diberikan oleh bibir Jungkook.
"Selamat pagi, Sayang."
KAMU SEDANG MEMBACA
morning
Fanfictioncerita pendek tentang jimin dan jungkook saat melewati pagi mereka berdua bersama. inspired by lauv's i like me better