"Kayaknya gue udah di jemput nih sama supir gue, Lo mau bareng gue gak Van?" ajak Dinar kepada Vannya saat keduanya berjalan beriringn menuju gerbang sekolah.
Bel pulang sudah berbunyi sejak tiga puluh menit yang lalu, namun kedua gadis tersebut-Vannya dan Dinar baru pulang setelah menyelesaikan tugas piket ruangan di kelas mereka.
"Nggak usah Nar, gue naik angkot aja. Nanti lo malah muter-muter kalau nganterin gue, secara kan rumah kita beda arah."
"Lo kayak sama siapa aja deh Van, lagian sekolahan udah sepi gini. Lo yakin mau pulang naik angkot?"
"Ishh dasar bawel! Gue gapapa kok, lo tenang aja."
"Yaudah kalo gitu gue duluan ya. Inget! Kabarin gue kalo ada apa-apa sama lo."
"Iya-iya Princess bawelnya gue. Sana cepetan masuk" perintah Vannya saat mereka sudah berada di depan mobil Dinar yang terparkir rapi di depan gerbang sekolah.
"Yaudah gue pulang dulu. Bye Vannya!" teriak dinar dari dalam mobil yang perlahan sudah melaju dan dibalas kekehan oleh Vannya.
*****
Vannya duduk termenung di halte depan sekolahnya. Jam sudah menunjukkan pukul 03.45 wib, dan ia tau kalau tidak akan ada angkot yang lewat di depan sekolahnya di jam sekarang. Ia hanya tidak ingin merepotkan sahabatnya itu jika harus mengantarkannya pulang.
Ia mulai berfikir cara untuk pulang, jika ia memesan taksi, itu akan membutuhkan ongkos yang banyak sedangkan ia sedang berusaha mengurangi pengeluarannya karena tidak ingin membebani omanya terlalu banyak. Meminta orang rumah pun rasanya mustahil, karena faktanya ia hanya tinggal berdua bersama omanya.
Tanpa menunggu lebih lama, ia pun memutuskan untuk berjalan kaki lurus dari sekolahnya sampai di pertigaan yang lumayan jauh, karena disana dia bisa mendapatkan angkot yang bisa mengantarnya menuju perumahan tempat tinggalnya.
Dengan langkah yakin ia pun berjalan dengan santai di atas trotoar, namun matanya tidak sengaja menangkap dua anak kecil di pinggiran warung yang terlihat jelas tengah menahan lapar, terbukti dari tangan kedua anak tersebut yang meremas perutnya kuat sambil sesekali melirik beberapa orang yang tengah makan dengan lahap di dalam warung tersebut.
Sungguh, ia merasa sangat iba kepada dua anak itu. Namun ia kembali mengingat bahwa ia harus menghemat uangnya, jadi ia memutuskan untuk melanjutkan langkahnya walau terasa sangat berat.
Baru selangkah, ia kembali berbalik dan berniat menghampiri dua anak tersebut untuk membelikan mereka makanan.
Ia benar benar mengutuk dirinya sendiri lebih tepatnya kepada hatinya yang mudah sekali tersentuh akan hal-hal seperti ini.
"Aduh Vannya, lo apa-apaan sih pake mau nolongin mereka! Lo juga harus mikirin diri lo sendiri Vannya! Lo bahkan rela jalan kaki jauh gini demi menghemat uang lo, eh lo malah mau nolongin mereka."
Logikanya berteriak demikian, namun hatinya selalu saja bertentangan dengan logikanya. Jadi ia tetap melangkahkan kakinya menghampiri kedua anak itu.
"Hmm, kalian mau nemenin kakak makan nggak?" Ucap Vannya ketika sudah berada di hadapan kedua anak tersebut.
"Kakak nggak punya temen buat makan bareng, jadi kakak minta tolong temenin kakak makan yuk?!"
Kedua anak tersebut mengernyit bingung. Lalu salah satu dari mereka berkata "maaf kak, tapi kita berdua nggak punya uang" jawabnya lirih.
"Tenang aja, kakak yang traktir kok" ucap Vannya dengan wajah yang ia buat seantusias mungkin, dan disambut dengan senyum merekah oleh kedua orang dihadapannya.
"Beneran kak?"
"Ya bener lah, masa kakak bohong. Yaudah sekarang kita makan di seberang sana aja yuk?" ajak Vannya sambil menunjuk kedai nasi goreng di seberang jalan.
Tentu saja hal itu disambut dengan anggukan dan senyuman merekah oleh kedua anak tersebut. Mereka pun melangkah menuju kedai tersebut dan memesan tiga porsi nasi goreng lengkap dengan es teh manis yang menjadi minumannya.
Tanpa Vannya sadari, ada seseorang yang melihat jelas semua hal yang gadis itu lakukan namun memilih pergi setelah melihat Vannya beserta kedua anak tadi masuk ke dalam kedai.
*****
Dava baru saja sampai di rumahnya dan langsung masuk ke kamarnya. Ia menanggalkan kemeja sekolahnya setelah meletakkan tas dan sepatu yang ia pakai pada tempatnya.
Ketukan pintu kamarnya mengurungkan niatnya yang ingin bergegas mandi karena lelah dengan aktifitasnya seharian.
"Gue masuk ya Dav?!"
Tanya seseorang di balik pintu, tanpa menunggu jawaban Dava ia langsung nyelonong masuk begitu saja yang membuat Dava mendengus malas.
"Ngapain lo masuk kamar gue bang?"
Tanya Dava kepada abangnya itu.Varro Danendra, abangnya yang nyelonong masuk ke kamarnya itu hanya menyengir tanpa dosa mengabaikan pertanyaan dari adiknya itu
Dava yang paham maksud dan tujuan abangnya itu pun langsung memutar bola matanya malas.
"Mau minjem apa lagi lo bang? Ambil noh di lemari! Gue mau mandi" ucap Dava malas-malasan.
"Adek gue tau aja kemauan abangnya hehe. Oh iya mumpung gue inget, Mama sama Papa lagi keluar kota. Mereka baru balik lusa. Makan malem lo udah disiapin sama Mama di meja makan, jadi lo nggak usah keluyuran malem ini. Jagain rumah baik-baik karena gue mau ngedate sama pacar gue hehe" ucap Varro panjang lebar dengan kekehan di akhir kalimatnya.
"Hmmm"
"Yaudah gue pergi dulu. Bye bye adek abang yang ganteng" ucap Varro dengan segera menutup pintu sebelum adiknya itu murka.
"Sialan" desis Dava kesal dengan kelakuan abangnya itu, dan memutuskan untuk melanjutkan niat awalnya untuk mandi.
TING
Saat keluar kamar mandi, perhatian Dafa teralihkan pada ponselnya yang berdering tanda adanya pesan masuk. Tanpa pikir panjang ia langsung mengecek ponselnya.
SatyaPrawira
19.40
Gue cuma mau ngingetin lo, besok hari terakhir buat ngumpulin formulir pendaftaran calon ketua osis.Pesan dari Satya membuatnya mengingat gadis yang berani melawannya di sekolah tadi, dan itu membuat Dava kembali merasa kesal
"Awas aja tu cewek! Dia belum tau siapa gue" ucap Dava dengan senyum miring yang tercetak di bibirnya.
SatyaPrawira
19.45
Jangan sampe lupa!!!Dava
19.46
Bct!Dava meletakkan kembali ponselnya di atas meja dan menghela nafas lelah. Rasanya ia benar benar malas berurusan dengan seorang gadis menyebalkan bahkan sampai terlibat pertaruhan konyol itu.
Lelah memikirkan masalah pertaruhan itu, Dava memutuskan untuk turun menuju meja makan karena perutnya sudah meronta kelaparan.
TBC
Jangan lupa Vote and Comment for next chapter❤❤
![](https://img.wattpad.com/cover/127355061-288-k54584.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Diferencia
Teen FictionIni bukan kisah antara badboy yang dingin yang dipertemukan dengan cewek polos. Tapi ini kisah tentang Dava Ardilan si keras kepala yang cuek dan tidak peka dengan orang orang disekitarnya Juga tentang Vannya Alexandra, gadis ceroboh yang teramat p...