-2-

12 3 0
                                    

Hari larut malam. Mayatnya mulai kaku di dalam gubuk. Namun, orang-orang tak ada yang mencium bau bangkainya karena tertutup oleh wangi kebun bunga miliknya. Dan, kalian ingat kan? Bahwa kebun akan tutup selama dua hari. Tak ada yang datang ke sana.

Esoknya, suasana kebun sepi sekali. Arwah Jimin, yang melihat mayatnya sendiri dari langit langsung geram. Ia marah. Tak ada yang datang dan mengebumikan dirinya. Sebenarnya bukan hanya geram pekara itu. Bayangkan saja seorang manusia mati hanya karena makan tahu bulat rasa cabai. Itu sebuah kekonyolan yang hakiki bukan?

Esoknya lagi, suasana masih sepi. Semua orang hanya lalu lalang sekadar lewat saja. Tak ada yang aneh. Bapak tukang pos sudah lewat, penjual sayur, hingga pengirim berita hoax juga sudah lewat. Tak ada yang melihat kondisi Jimin sama sekali. Semakin mengamuk lah ia. "Ini orang pada kemana? Saya harusnya dikunjungi!". Karena kegeramannya, ia memutuskan untuk hidup kembali.

Melesatlah roh itu pada tubuhnya yang kaku. Benar, ia berhasil masuk. Namun saat ia bangun, tubuhnya tak lagi seperti manusia tampan. Ia tak lagi terlihat seperti jimin. Ia menjadi seekor semut raksasa seukuran manusia dewasa dengan sayap di punggungnya. Namun ia tak sadar akan hal itu. Ia hanya menyirami tanamannya seperti biasa. Mengambil guntingnya untuk memotong dedaunan yang layu, kemudian mengecek bunga mana saja yang akan mekar nantinya.

Ia mendapati bahwa setengah kebunnya akan mekar besok. Jimin yang sangat gembira mulai mempersiapkan segala hal. Mengelap meja, menyiapkan pupuk, mengasah gunting taman, dan lainnya. Hingga hari esok tiba.

Namun pada nyatanya, bukan senyum seorang pelanggan yang ia dapatkan. Semua orang takut pada semut raksasa yang ada di taman bunga. Ya, semut itu adalah Jimin sendiri. Semua berlarian ketakutan.

Jimin menangis tersedu-sedu setelah sadar bahwa sosoknya telah berubah. Ia kecewa. Jimin telah mempersiapkan semua bunga agar bisa dibarterkan dengan orang-orang.

"Hu..hu... Padahal aku sudah mempersiapkan semua bungaku..." isaknya tiada henti.

Jimin menangis selama 7 bulan. Tangisannya menyebabkan kebun miliknya menjadi gersang, layu. Semua tanamannya mati. Hingga tanahnya retak retak. Tangisannya semakin menjadi-jadi. Hingga sayapnya juga ikut layu dan pergi.

Mengetahui sayapnya telah pergi, ia semakin menjadi. Jimin menangis lagi, memukul mukul tanah. Hal ini menyebabkan Pangea pecah menjadi berbagai pulau yang lebih kecil. Masih ingat kan Pangea itu apa? Kalau lupa silahkan kembali ke chapter satu.

Jimin ketakutan karena kebunnya kini tidak bersamanya lagi. Ia telah lepas menjadi pulau baru. Ia menangis kembali.

"-bali, kembali! Kembalilah kebunku!" Itulah mengapa namanya menjadi Pulau Bali.


Bersambung

Semoga besok bisa chapter terakhir.

Adik-adik, jangan sering menangis yaa... Nanti akan bernasib seperti Jimin

Si DomarWhere stories live. Discover now