Prolog

853 58 22
                                    

"Kata orang, laki-laki dan perempuan itu tak bisa menjadi sahabat.

Kata orang, mereka(laki-laki dan perempuan) akan menyimpan rasa. Rasa yang spesial, lebih dari rasa persahabatan," Boruto membaca sepenggal bagian dari novel milik Sarada.

"Itu tidak benar!" seru Sarada dari arah dapur.

"Huh?"

"Maksudku, itu tidak dirasakan semua orang bukan?"Sarada datang dengan nampan di tangannya, dua cangkir coklat panas dan setoples biskuit untuk menemani mereka belajar bersama."Contohnya kita, hei.. Boruto, sudah berapa tahun kita menjadi sahabat?" tanya Sarada yang sudah duduk di hadapan sahabat pirangnya itu.

"Kenapa kau bertanya seperti itu? Kau ingin berhenti menjadi sahabatku? Hm.. Kalau begitu jadilah pacarku saja! Hehe.." ucap Boruto dengan cengirannya.

"Cih, aku tak sudi memiliki kekasih berandalan sepertimu," ucap Sarada sinis.

Pandangan Boruto meredup mendengarnya, tapi Sarada tak melihat, ia fokus pada bab yang akan mereka pelajari. "Jadi--"

"Jadi aku ini apa, Sarada?" gumaman lirih Boruto memotong ucapan Sarada.

"Apa-" Sarada yang tidak mendengar dengan jelas apa yang Boruto ucapkan bermaksud bertanya, tapi ia malah melihat wajah sendu sahabatnya. "Boruto, kau baik-baik saja? Kau sakit?" tanya Sarada khawatir.

"Ha? Tidak, hehe.." ucap Boruto bersemangat dengan cengirannya.

"Hn, baiklah. Kita buka bab 7."

Sore ini, Boruto belajar bersama di rumah Sarada. Sebenarnya, hampir setiap hari. Walaupun mereka berbeda kelas tapi pelajaran mereka tetap sama.

Seperti yang Sarada katakan tadi, Boruto itu "Berandalan Sekolah" yang tukang bolos dengan nilai merah hampir disetiap mata pelajaran. Maka dari itu, sebagai tetangga dan sahabat yang baik Sarada membantu Boruto dalam membasmi nilai merah pada catatannya.

Sebenarnya Boruto adalah anak yang cerdas, hanya saja saat pelajaran ia tidak pernah memperhatikan guru atau mungkin ia sedang membolos. Mengenani peringainya yang buruk, kata Boruto sendiri, ia kurang kasih sayang. Tapi menurut Sarada, Boruto itu hanya mencari perhatian dari ayahnya saja yang memang selalu sibuk bekerja. Padahal masih ada ibunya yang penuh perhatian dirumah. Sarada saja yang sering ditinggal pergi kedua orang tuanya selalu membanggakan mereka dengan nilai-nilai sempurnanya.

****\(○^ω^○)/****

Gimana?
Jelek ya😶?
Lanjut nggak?

Yang ini cerita bikinan aku sendiri, hehe...😅

Ditunggu vote dan komennya, ya..

Oh, iya... Selamat menjalankan ibadah puasa, ya.. bagi yg menjalankannya..


😁

Da..👋

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 24, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My (Girl) FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang