Tentang Ayah

30 1 0
                                    

Jendela itu terbuka lebar dipagi hari. Memaksaku mengakhiri bunga tidur yang belum usai. Pria tua dengan mahkota putih yang memenuhi seluruh kepalanya itu telah memberi isyarat bahwa pagi adalah nikmat yang tak boleh dilewatkan keluarganya.

"Deo!!! Haruskah aku membangunkan kau dengan oli yang sedang ku genggam."

Nada lantang pria tua itu lepas dengan harapan anaknya tak boleh bermalas-malasan meski sedang berada diakhirpekan.
Deo, merupakan sapaan akrabnya dengan kulit sawomatang serta memiliki tinggi badan 176cm yaitu seorang montir yang bekerja di bengkel kecil milik ayahnya. Dengan wajah biasa saja dan hiasan brewok tipis miliknya tak butuh waktu lama untuk menuntaskan gelar sarjananya dibidang mechanical engineering. Deo lulus sebagai seorang engineer dengan nilai yang cukup memuaskan. Memiliki satu fashion dengan sang ayah, Deo termotivasi untuk mengalahkan ayahnya yang telah sukses membuat hidupnya berkecukupan hingga menyelesaikan pendidikannya di salah satu universitas negeri ternama di Depok. Hanya lulusan STM, sang Ayah sukses berkarir di dunia Industri selama 23 tahun. Alat berat merupakan mainan bagi ayahnya. Resiko fisik selalu mengintai sang ayah lantaran komponen yang ia kerjakan memiliki dimensi yang cukup besar. Excavator adalah salah satu mainan ayahnya ketika bekerja. Deo selalu curiga perihal sang ayah mampu belajar hingga membawa kendaraan yang lebih besar dari ukuran rumahnya. Entah darimana pria tersebut mempelajarinya, namun Deo selalu bangga melihat sang ayah duduk dengan gagah ditahta roda besi itu sebagai operator alat berat. Namun ayahnya memilih pensiun akibat perusahaan yang tidak memperhitungkan lembur yang ia dapatkan, gaji yang kurang padahal sang ayah sudah berpengalaman dalam bekerja, dan atasan barunya yang terlalu mengatur karyawan untuk melakukan pekerjaan diluar bidang atau kemampuan karyawan. Alasan itulah yang membuat ayahnya memilih pensiun dini. Deo tak pernah mempermasalahkan keputusan sang ayah meski sang ayah selalu meminta maaf kepadanya. Keakraban mereka bagaikan kakak dan adik. Tingkah konyol mereka terlihat disaat mereka saling bercanda. Deo anak tunggal yang tidak mengenal manja dalam keluarganya sehingga membuat ayahnya bangga. Sang ibu hanya seorang penjahit rumahan dengan penghasilan tidak menentu. 15 tahun sang ibu menekuni hal tersebut untuk membantu sang suami meski sang ayah selalu melarang ibunya untuk bekerja. Deo mempunyai adik angkatnya yang baru di adopsi oleh orang tuanya bernama Fandi. Fandi masih bersekolah dibangku SMP yang berada di Jakarta Timur. Fandi sangat penurut dengan sang kakak meski berujung keributan.

"Anda terlalu pagi membangunkan saya pak bos !" Candaan Deo kepada sang ayah.

Melihat anaknya setengah terjaga, sang ayah memoleskan oli yang ia pegang ke kedua pipi anaknya dengan bentuk tulisan mr. dan x lalu ia meninggalkan sang anak. Kebiasaan Deo yang tidur sehabis subuh membuat sang ayah berpeluang besar untuk mengerjai anak tunggalnya tersebut. Merasa pipinya basah, Deo meringkih kesal lantaran pipinya yang harus ia cuci untuk menghilangkan cairan oli bekas. Tujuannya agar menghilangkan rasa kantuk sang anak saat setengah sadar dipagi hari.

"Deo, tolong buka bengkel ! Bos mau sarapan pagi dulu." Nada suara yang tinggi muncul dari arah dapur.

"86 pak bos" sambil kesal.

''Bapak! Anaknya bukannya disuruh sarapan dulu ih.'' saut sang istri yang sedang menyeduh teh.

Setelah membasuh wajah, Deo membuka bengkel kecil milik ayahnya tersebut. Baru ingin membuka pintu, terdengar suara skuter matic yang berhenti didepan bengkel. Seperti nada yang tergesa-gesa begitu terdengar jelas ketika sang pengendara menurunkan kaki skuter miliknya. Deo yang begitu heran langsung membuka pintu bengkel dengan sigap. Deo merasa heran ketika ada aroma langka yang datang dari arah depan. Begitu wangi hingga Deo merasa terpanggil dengan kehadiran sosok pengendara skuter tersebut.

bersambung...

Dibawah HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang