Sebuah Pilihan

20 0 0
                                    

Kesibukan telah mendarah daging dalam kehidupan Deo. Dia selalu menikmati pekerjaan yang ia lakukan setiap hari meski penghasilan tidak sesuai dengan usahanya. Tetesan keringat tak pernah absen dari anggota tubuh kekar itu. Sosialisasi adalah salah satu bagian hidup yang mana dengan pekerjaan yang sedang ia geluti memaksa untuk berinteraksi ke sesama tetangga bahkan orang yang baru ditemui oleh pria paruhwaku itu.

"Deo ! Tidakkah kau menghibur diri kau itu. Kau terlalu sibuk mengurus gubuk ku yang kumuh ini. Pergilah lalu hibur diri kau dengan berkumpul sama teman teman kau atau apalah. "

"Males pak, lagian saya juga ga ada kegiatan lain pak."

"Apa kau butuh pendamping ? Mulailah mencari. Kau nanti jadi perjaka tua seperti pakde kau" Sang bapak mulai ingin tahu.

"Ntar dulu deh pak, nanti kalau saya nikah gak ada yang bangunin saya dengan suara lantang" ungkap candaan Deo kepada sang bapak.

"Ah dasar manja anak ku satu ini" ungkap sang bapak sambil mengusap kepala Deo.

Hari-hari Deo selalu dengan pria tua ini. Menghabiskan waktu selalu berdua. Tak pernah merendahkannya bahkan menjatuhkanya atas kekurangannya. Ia selalu bangga terhadap Deo, bahkan ia pamerkan segala kelebihan sang anak didepan teman-teman sebayanya sedang Deo merasa tak layak untuk di pamerkan. Pernah dititik ketidak pahaman dengan pria ini, atau mungkinkah karena Deo adalah putra tunggalnya ? Bukan, bapak adalah pria yang berbeda dari bapak-bapak mereka diluar sana menurutnya. Karakter berwibawa, mampu merangkul Deo dititik jenuhnya. Menampung keluh kesah anaknya lalu memberi dukungan penuh terhadap keinginan Deo. Sempurna dunia ini, seakan surga telah Deo cicipi.
Sebuah email masuk membuat hp nya bergetar. Sebuah pesan singkat masuk dari teman dekat nya. Ia adalah Ario, teman yang berjuang bersamanya saat di perguruan tinggi.
Rasa penasaran timbul setelah sekian lama mereka tak saling memberi kabar. Ario adalah orang riau. Ia bekerja di salahsatu perusahaan ternama di bagian pertambangan.

"Salam hangat dari gue, sobat lo yang paling keren, ARIO DENADA. Apakabar ? Gue harap lu masih hidup bro. Sekarang gue bekerja di PT. **"**"*"***** Dibagian Surveyor diKalimantan. Disini lagi dibutuhkan teknisi dibagian Mechanical Engineering. Lantaran masa kontrak diposisi tersebut akan habis bulan ini. Kalo lo minat, lo bisa gantiin posisinya dia. Nanti gue yang bakal ngasih tau hrdnya. Ingat bro akhir bulan ini. Lo bisa langsung masuk tanpa mengikuti prosedur test. Gue tunggu konfirmasinya bosku... "

Pesan singkat ini membuat iya tertawa, sikampret telah sukses ditanah orang ungkapnya. Ario bimbang, haruskah ia meninggalkan sang ayah yang mulai tua. Rindu akan bermanja dengan orang tuanya. Tak ada lagi yang memasak masakan kesukaannya, tak ada lagi yang membangunkan subuh dengan suara lantang sang bapak, serta tak ada lagi gubuk kumuh dimana ia menyeduh kopi dengan kehangatan bimbingan sang bapak. Dilema kian menerpa, seakan Deo mulai jauh dari jarak sang ayah. Jika ia tak mengambilnya ia kehilangan peluang untuk bekerja. Ijazah yang ia cari selama 4 tahun akan sia-sia menurutnya. Bisa bekerja sesuai keahlian tanpa mengikuti prosedur test sangat jarang. Ditambah lagi sulitnya mencari pekerjaan di tanah ibu kota.
Setelah isya, ia berencana mencari solusi dari dilema yang menggerogoti perasaannya. Menikmati kopi di cafe yang sering ia kunjungi. Jarak jauh pun tak ia hiraukan asalkan kenyamanan ia dapatkan. Berjalan ia melewati dinding beton ibukota Jakarta dengan sepeda motor matic miliknya. Angin malam sedikit lebih sejuk ungkapnya. 1 jam dari jarak rumah Deo. Ia berhenti disalah satu cafe yang terletak di radio dalam Jakarta Selatan.

"Heiii Deo, apa kabar ?" Barista muda dengan paras cantik dan sifat tomboy itu menyapanya.

"Ya gitu ra, begini-begini aja" ungkap deo sambil menaruh jaket levis kumuh itu.

Aira adalah teman dekat Deo yang ia kenal saat diperguruan tinggi. Memiliki satu hobi dengannya yaitu nanjak gunung. Deo mengenal Aira saat bertemu di gunung prau dieng. Mereka bertemu lantaran ketinggalan krew saat nanjak. Obrolan singkat membuat mereka menjadi teman akrab hingga 5 tahun lamanya. Aira juga selalu menampung keluh kesahnya. Mencari solusi bahkan menghibur pria kesepian itu.

"Galau mulu lu kalau ketemu gue bilang aja lu mau manja-manjaan. Sini gue kenalin ade-adean gue biar lo ga galau. Btw lo mau ngopi apa hari ini ?

"Tau aja nenek sihir. Kopi yang biasa gue pesen aja ra. Eh siapa ade-adean lo ra ?"

"Yeeee si kunyuk. Doi stay deket rumah lu yo. Namanya Yasmin, ntar gue suruh nganter kopi lo. Sebentar... "

"86 buk haha"

bersambung...





Dibawah HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang