Pukul 14.30, cahaya matahari terasa menyengat kulit.
Meski begitu, orang-orang tetap berlalu lalang, Suara desing sepeda motor yang memekakkan telinga memenuhi langit-langit pasar, orang-orang berteriak menjual dagangannya, satu dua asyik bercengkrama dengan teman lama, melupakan rasa panas dan gerah di dalam pasar.Aku dan mama sedang santai berjalan di deret pertokoan elektronik, melirik barang barang yang ada di dalamnya.
Mama sedang mencari kipas angin.
Sejak kemarin mama selalu berkutik dengan kipas angin di rumah kami, kipas angin itu sudah rusak, putarannya sudah melambat. Tidak tahan dengan terik matahari yang beberapa hari ini cukup membuat kami mandi keringat, mama mencoba memperbaiki nya sepanjang hari,
Mengutak-atik sana sini, tapi hasil nya tetap sama, malah tambah parah kerusakannya.Mama memutuskan membeli yang baru dan mengajakku ke pasar dekat rumah, kami pergi dengan berjalan kaki, walaupun dekat dari rumah,
Rasa terik mentari berhasil membuat ku malas beranjak keluar rumah.
Tapi aku tidak tega menolak permintaan mama yang sudah memperbaiki kipas angin sendirian. Dan akhirnya memutuskan menemani mama.15 menit melihat lihat kipas angin, dan transaksi selesai, akhirnya mama mengajakku pulang.
Dalam perjalanan pulang, cuaca yang semula terasa panas berubah menjadi dingin ditambah dengan hembusan angin yang cukup kencang, langit berubah 180 derajat. Awan hitam mulai berkumpul dengan formasinya, bersatu untuk melawan terik matahari yang membosankan.
Hujan turun!! Satu demi satu bulir air hujan mulai membasahi sekelilingnya, jarak rumah kami hanya tinggal beberapa meter lagi, kami yang sedang berjalan santai pun mencoba berlari sebelum hujan melebat, aku berlari beriringan dengan mama yang mulai tertawa, aku pun ikut tertawa di bawah gerimis yang sedang membasuh kota.
Hei.. Itu cukup menyenangkan bukan?
Berlarian di bawah gerimis, terlebih lagi bersama mama, tertawa.. Itu sesuatu yang sederhana memang, tapi akan menjadi momen yang sangat berharga.Akhirnya kita memasuki pekarangan rumah.
Di dalam rumah, papa dan si kuning sudah menanti kedatangan kami.
Si kuning berlarian menyambut kedatangan ku. Aku yang sudah kehujanan langsung menuju kamar, Mengganti pakaian.
Aku terhenti sejenak, Melihat keadaan awan gelap dan petir yang menggelegar di langit membuat fikiran ku mulai ngelantur kemana mana, sambil bergumam.
"Woah.. Bisa saja di atas langit yang hitam itu ada naga nya, mereka sengaja keluar di saat cuaca seperti ini.. Supaya tidak diketahui oleh manusia.
Haa.. Atau tiba tiba portal raksasa keluar dari balik awan tebal itu, rombongan dari dunia lain misalnya, dengan kendaraan terbang yang berbentuk kapsul, seperti kapsul terbang yang tak terlihat dalam novel ku.. Atau permadani terbang barangkali."
Aku terus mematut-matut keadaan di luar melalui jendela kamar, sesekali terkekeh dengan pikiran luar biasa ku.
Kaki ku terasa dingin, basah, dan semacam itu lah. Fikiran lain terlintas di benak ku.
Apa di luar muncul para dementor?
Seperti film-film yang ku tonton beberapa waktu lalu. Yang keberadaan nya bisa diketahui saat udara dan suhu menjadi sangat dingin, mereka sedang mencari tahanan yang kabur dari penjaranya.
Karena itu lah kaki ku terasa dingin, basah..
"Ya tuhan,, "
kaki ku terasa semakin dingin. baiklah apakah kaki ku membeku?
Kepala ku mulai menunduk perlahan, melihat apa yang terjadi pada kaki ku.Satu detik,,
dua detik,,
Aku masih melihat kebawah, dan langsung putar balik menuju kamar mandi mengganti pakaian ku. Sambil tersenyum ganjil, memikirkan tingkah konyol ku.
Badan ku memilih untuk tidak bereaksi, entah apa yang ada dalam benakku. Mungkin terlalu banyak berimajinasi tidak terlalu baik.Bagaimana tidak, kaki ku yang dingin dan basah bukan karena dementors ada di luar, melainkan tetesan baju dan rambut ku yang sudah kuyup menggenang di lantai. Di tambah pula udara dingin karena hujan lebat masuk dari jendela kamar ku yang setengah terbuka.
Sudah lah, hal-hal seperti itu hanya ada dalam film-film dan novel bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Dream
FantasyMimpi itu terasa sangat nyata, terpampang jelas kejadian itu di depan mataku. "Entahlah, toh itu cuman mimpi" gumamku. Percaya atau tidak esok lusa mimpi ku itu menjadi kenyataan, aku tidak tau entah itu hanya sebuah kebetulan belaka.. Atau, Apa...