Kita memang hanya memiliki satu hati, tapi kita bisa menyayangi beberapa orang dalam satu waktu.
Tentu dengan tingkatan yang berbeda, dalam ruang-ruang redup hingga terang benderang.
Hanya hati kita yang mengetahui siapa yang menempati ruang dan tingkatan yang mana. Dan, seharusnya itu tidak tertukar.
SEOUL, KOREA SELATAN.
Sebuah wajah yang kulihat setiap pagi, dengan senyum yang aku nikmati selama 2 tahun terakhir saat lulus SMA, seharusnya dapat membuatku merasa cukup.
Namun, ketika aku lemparkan pandang ke atas langit.
"Pagi Kim Aera!" suara Seojoon menyelinap masuk ke rongga telingaku, merdu.
Ia selalu memanggilku dengan lengkap tanpa memenggal namaku. Itulah realitaku.
"Hei, Aera, sepagi ini sudah melamun?!" Seojoon mengulang sapaannya sambil mengacak rambutku.
Aku membalas senyumannya, "Pagi!" Seojoon duduk bersebrangan denganku. Aku mendorong mug dengan logo EXO yang berisi kopi kehandalannya.
"Thanks!" ucapnya ringan, Seojoon merapatkan kimono tebalnya untuk menghalau dingin di pagi awal bulan Mei ini.
Matahari meninggi, udara diluar mulai hangat. Anak-anak kecil berlarian menuju toko buku di seberang jalan.
"Mau makan siang diluar nanti? Kayaknya sekitar jam dua belas kelasku selesai" katanya sambil memperbaiki penampilannya yang dimataku sudah sangat sempurna.
Aku melangkah kepadanya, ingin mengisap aroma tubuhnya dengan wangi Rose yang menyegarkan.
"Hmmm...rencananya sih seharian mau di rumah aja. Seulgi minta 10 lukisan dalam satu Minggu." aku menekuk alisku, mengingat kecerewetan Seulgi kemarin sore.
"Kayak yang benar aja semuanya mau diproduksi!" keluhku.
Seojoon menghadap ke arahku,
"Kamu kan sudah biasa bikin lebih dari 3 lukisan sehari?"
Aku mendekatinya, menikmati setiap jengkal dari penampilannya.
"Itu kalau aku lagi mood."
"Why, are you sick?" tanyanya langsung.
Tiba-tiba Seojoon menyentuh dahulu, "Enggak apa-apa kok."
"Ya, emang enggak apa-apa!" balasku.
"Yaudah,aku berangkat. Hati-hati dirumah ya!" ucapnya lembut.
"Ok! Semoga beruntung."
"Makasih..."
KAMU SEDANG MEMBACA
MEN(♥️)CARI | Kim Ji-Won
RomanceMengingat dirinya, aku seperti melukis sketsa dari garis terakhir. Menemukan kegembiraan, tawa, jahil dan tangis pada kurun waktu yang lampau. Setidaknya, aku dapat mengenang, bahwa aku pernah merasa bahagia di masa laluku. Bersamanya... sketsa cint...