one, two, three let's get ready

🕛 sebuah perbedaan

Alita menarik napas panjang, sembari merintih menahan sakit di area perut. Hari pertama memang tidak pernah menyenangkan. Sedangkan berbicara dengan emkey tidak pernah membantu.

Ribuuuuut terus, ngga di dumay maupun di dunia nyata.

Seolah-olah kedamaian dan ketentraman itu tidak ada di kamus keduanya.

Emkey itu keras, tapi Alita tidak kalah keras. Keduanya sama-sama punya prinsip yang sulit untuk diganggu gugat. Untung ada Jay yang siap sedia menjadi penengah.

Terkadang kalau Emkey dan Alita sudah saling berteriak, Jay bagian berdeham keras. Lantas keduanyaa terbungkam, dengan mata menyala penuh amarah.

----

Gadis itu merebahkan tubuhnya di atas kasur. Usai mengisi botol dengan air hangat dan menaruhnya di bagian perut, setidaknya gadis itu bisa sedikit bernapas lega.

Iseng jemarinya memainkan ponsel. Menemui Jay, baru saja mengunduh sebuah status dan tergerak untuk mengomentarinya.

Jay itu diam-diam begitu perhatian kepada dua rekan sejawatnya. Pernah emkey dua hari batuk, padahal tidak lama ada lomba vokal untuk anak laki-laki itu. Lantas Jay yang ribut menyuruh pergi ke dokter dan memantau makanan dan minuman milik sang teman.

Atau ketika Alita pergi main ke kota orang sendiri. Jay bakal ribut menghujani chatroom grup dengan pertanyaan di mana, sudah ada teman atau belum. Padahal orang tua Ita tidak sebegitunya.

Katanya, Ita yang suka dikira anak SD nanti ada yang nyulik. Tentu saja langsung disahut oleh Emkey, mana betah penculiknya kalu harus bawa bebegik ini.

Memang bocah cari perkara!

-----

Keesokan harinya, Alita terbangun di atas kasur. Seingatnya, gadis itu sudah turun ke ruang tamu menunggui Jay.

Ternyata memang hanya perasaan Ita.

--------------

Terdengar teriakan emkey hadeeeeeeeeeeeeeeeeeh