2. Dewi Cinta dan Dewa Asmara✔

2.9K 163 5
                                    

"Aku yang memintamu ke Kahyangan untuk menjadikanmu Bidadari. Kami sudah memantau sejak kelahiran, masa kecil, remaja hingga kematianmu. Bahkan Kami sudah menandaimu sejak kau dalam kandungan ibumu," ucap Sang Dewi Cinta. Kini, ia telah duduk di singgasana indah yang bertaburkan berlian. Hinata dan Shizune berdiri di hadapannya. Bidadari baru itu menunduk, tak berani menatap mata teduh Sang Dewi.

"Kau gadis yang baik, Hinata. Maksudku dibandingkan yang lain, kau sedikit lebih baik," lanjut Sang Dewi sekaligus meralat perkataannya karena ia tahu pasti gadis yang sedang mengayunkan badan di depannya itu akan jemawa jika terlalu banyak sanjungan.

"Shizune, coba kau buka 'Kitab Seleksi' sekali lagi. Dan bacakan tentang hal baik juga yang tidak baik perihal Hinata yang belum terbaca," titah Sang Dewi melirik ke asisten pribadinya.

"Sebenarnya, banyak yang dituliskan. Saya hanya membacakan yang sudah dimunculkan oleh catatan 'Kitab Seleksi'," sahut dayang cantik bermata belo itu kembali melangkah menuju meja kerjanya.

Hinata menggigit bibir bawah. Meskipun tak berasa sakit, tetapi cukup memberi sensasi miris di hati.

Semoga yang dibuka oleh kitab itu bukan hal yang memalukan lagi, batinnya meringis.

Sang Dewi tersenyum karena tentu saja ia mendengar pikiran Hinata. Bahkan hal lanjut yang akan dilakukan gadis itu pun dapat diketahuinya.

"Masuklah Jiraiya!" teriak Sang Dewi.

Seorang pria dewasa bertubuh tegap dan besar dengan rambut putih panjang tergerai bermahkota di kepala--tiara emas dengan aksesoris bentuk hati terkena anak panah menghiasi. Bagian tubuh belakang--punggung-- terdapat sayap malaikat yang besar hingga mencapai lantai dan perlahan memudar hingga tidak tampak lagi.

Pria itu berdiri di atas katak raksasa, tangan kanannya memegang busur panah besar berbentuk hati. Ia turun dari tunggangannya kemudian menghampiri Sang Dewi Cinta.

"Salam, Yang Mulia," sapa Shizune berdiri kemudian memberikan hormat ala putri kerajaan--menekuk kedua lutut lalu menundukkan kepala.

"Berkah bagimu, Shizune!" jawab pria itu. Suaranya bergema menggetarkan jiwa bagi kaum hawa yang mendengarnya. Ia adalah Dewa Asmara, sang pembangkit rasa cinta, berahi dan nafsu.

Hinata terkesima menyaksikan hal-hal di luar kuasanya. Saat Dewa Asmara bersuara, tubuh gadis itu mendadak menggelinjang bagai tersengat aliran listrik dengan setrum-setrum menggelitik.

"Simaklah apa yang akan dibacakan oleh Shizune tentang riwayat gadis ini, Jiraiya," pinta Sang Dewi Cinta, tangannya mempersilakan Dewa Asmara untuk duduk di samping kanannya yang tiba-tiba muncul tempat duduk serupa singgasana.

"Kau jangan mengatakan sepatah kata pun. Gadis ini memiliki berahi yang sangat besar. Aku tak ingin istanaku kotor oleh cairannya," bisik Sang Dewi saat Dewa Asmara sudah duduk di sampingnya dan dibalas dengan anggukkan oleh yang bersangkutan.

Shizune mulai membuka 'Kitab Seleksi' kembali. Terpampanglah nama Hinata dengan jelas, tentunya dengan tulisan atau kode negeri nirwana. Sebelum membaca ia berkata, "Aku akan membacakan tentang dosamu terlebih dahulu, Hinata."

Bidadari baru itu pun berdebar, rasa malu dan bersalah menghinggapinya. Takut-takut ia melirik ke Shizune dengan sudut mata kemudian beralih ke Sang Dewi Cinta, sekilas ke Dewa Asmara.

Shizune mulai membaca dengan lantang. "Hinata Hyuuga! Saat kau masih hidup, suka membicarakan hal-hal mesum bersama temanmu serta kau sangat bergairah saat menyebutkan bagian alat vital pria."

BIDADARI MESUM ( A SASUHINA FANFICTION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang