Warning!! Sebelum baca ini baca dulu 'Di umur 19' karya Kak @Wulanfadi. Kalian bacanya di akun @grasindostoryinc Yap! Kalo gak baca siap-siap gak paham! Oke sekian. Happy reading♥
"Tar lo kenapa?" Ama bertanya saat Tari dirasa kehilangan fokusnya. Mereka sedang duduk di taman kampus sambil bercerita. Tari menoleh dengan raut bingung. Hingga sedetik kemudian mengulas senyum dan menjawab,"Oh enggak. Cuma capek aja."'capek dengan masa lalu'terusnya dalam hati.
Sampai saat ini Tari masih ragu membagi luka. Masih enggan bercerita. Pada Ama sekalipun, walau dia sahabatnya. Tari hanya akan mengungkapnya jika dirasa sudah sangat lelah. Seperti saat peristiwa kepergiannya ke Jogja. Ah! Tak terasa sudah lama kejadian itu terjadi.
Tari menghela napas saat pikirannya berkelana ke sana lagi. Akhir-akhir ini pikirannya selalu nyambung ke arah sana. Apa pun yang dilakukannya akan membuatnya teringat. Kali ini Tari merasa resah. Kenapa setelah sekian lama kenangan itu kembali menyeruak? Kenapa setelah dirinya mengizinkan seseorang untuk menggenggam tangannya dirinya kembali dihantui janji-janji dari dia. Seseorang yang bahkan hanya memberi janji tanpa bukti. Yang telah melukai sebelum memberi kebahagiaan sejati. Yang tanpa sadar ah! Atau sadar? mengakhiri sebelum Tari mencoba memulai.
"Tar lo denger gue gak?" tanya Ama saat Tari tak bergeming.
Tari mengerjapkan matanya dan menoleh,"Eh iya?"
Ama mengernyit menatap Tari. Dia merasa ada yang tidak beres. "Tar lo ada masalah?" Ama bertanya dengan menatap lekat mata sendu Tari.
"Apaan deh lo Ma. Gue-"
"Gak papa," sela Ama cepat. "Lo selalu jawab itu. Padahal semua orang yang liat lo, tau kalo lo boong."
"Ma gue cuma-"
"Tar selama ini gue diem. Bukan karena gue gak tahu dan gak peduli. Tapi gue nunggu lo cerita!" nada bicara Ama mulai berbeda.
"Ma-"
"Lo selalu dengerin masalah gue tanpa lo minta. Karena gue sadar persahabatan itu saling memberi dan berbagi. Meski luka sekalipun. Bukan. Bukannya gue mau memberi luka saat membagi duka. Tapi gue cuma pengin lo tahu kalau lo penting buat gue. Sampai gue mau terbuka dan membagi lara. Padahal lo tahu sendiri gue dulu kaya apa?" ada jeda sejenak.
"Karena yang gak memiliki arti dalam kehidupan seseorang, gak akan dibiarkan masuk ke kehidupannya. Gak akan dibagi cerita,luka, juga masalahnya. Dengan ini lo sama aja nganggap gue gak penting?"
Tari terdiam dan tertunduk. Meresapi perkataan Ama yang benar adanya. Namun bukan dirinya menganggap Ama tak penting. Hanya saja ada perasaan tak enak saat dia berbagi beban. Hal yang wajar atau....tidak?
"Tar lo cerita sama gue," Ama berusaha membujuk dengan menurunkan nada suaranya.
Tari menatap mata Ama. Mata yang menampilkan kekuatan. Mata yang memberikan ketenangan. Akhirnya dengan segala bujukan Tari bercerita. Ralat! Tari akan bercerita jika sudah sangat lelah dan dibujuk.
"Beberapa hari yang lalu gue ketemu dia Ma,"
*******
Sinar matahari tampak meredup. Terhalang gumpalan awan yang menjajah angkasa. Angin berhembus turut menghilangkan kesan hangat yang biasa terasa.
Sore ini sebagian orang berjalan dengan merapatkan jaket masing-masing. Beberapa nampak memegang gelas yang memgepulkan asap. Sisanya terlihat tergesa-gesa. Entah ingin segera melepas penat dengan secangkir coklat atau berharap memenangkan perlombaan dengan sang waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
After That
Short StoryIni adalah cerita dalam rangka Give away Wulanfadi. Ini Fanfiksi di umur 19. Cerita ini lebih memfokuskan ke Tari, Setyo, dan Luki. Dukung aku dalam give away ini. Wish me luck! Enjoy this story! Love you!! "Setelah itu semua mendapat pelajaran masi...