Kupu kupu Tak Bersayap

389 5 0
                                    

Kupu Kupu Tak Bersayap

“Kakek...”panggilku dalam hening. Hari ini, pagi yang berbeda dengan beberapa hari yang lalu, hari dimana ia masih di sini. Air mataku menetes tanpa henti ketika dekapan hangatnya masih terasa. “Aku merindukanmu..”

....

Adakah kau percaya surga itu nyata?

Ketika kepastian hidup mulai di pertanyakan,

Ia melepas kehidupannya

Bukan demi aku memang...

Tapi itu salahku

Aku tak ada di sana

Hati berubah beku

Jiwa menjadi kosong

Sepeninggalnya,

Apa yang kan ku lakukan?

Kini aku percaya, kau t’lah hidup di surga.Dan aku percaya, surga itu nyata untukmu...

....

2008

“Kakekk...!!!”aku menghambur ke arahnya, ia langsung bersimpuh dengan tumpuan kedua lututnya. Ia membentangkan lebar lebar kedua lengannya yang nampak kurus itu.

“Ah.. Fara kemarilah cucuku”ia memelukku, erat sekali. Aku senang di peluknya seperti ini, aku senang bisa selalu berada didekatnya. Karna hanya setahun sekali, aku tak pernah mau melewatkan momen-momen seperti ini.

“Apa kau merindukanku?”tanya nya, aku mengangguk tak kentara di tengah dekapannya “Sangat..”aku lalu melepaskan pelukanku untuk menatap wajahnya, wajah itu.. makin keriput tiap tahunnya. Aku menatap sedih pada wajahnya yang mulai di makan usia, rambutnya yang kini berwarna keperakan seluruhnya. Lalu aku berjinjit untuk mengecup pipinya.

“Kakek sudah tua ya?”candanya sambil menggenggam tangan kananku dengan jemari keriputnya “Iya, tapi kakek tetap orang yang paling aku sayang”aku menampakkan senyuman terbaik yang bisa ku hadirkan.

“Kau pasti lelahkan setelah perjalanan jauh”iamenuntun langkahku memasuki rumahnya “Tidak kok kek. Aku tidak lelah”belaku, ia hanya terkekeh mendengarnya “Iya iya, kau kan kuat. Benar?”ia mendudukkan ku pada sofa di ruang tamu “Tentu, Fara”ucapku bangga, sekali lagi ia hanya terkekeh.

Akhir 2009

“Kakek sakit?”aku mengusap lembut wajahnya yang nampak pucat, selang oksigen menutupi sebagian wajahnya. Banyak terdapat mesin mesin aneh di sekitar ranjangnya, dan aku yakin, di balik bajunya itu pasti tertanam berbagai macam alat medis. “Tidak Fara, kakek baik-baik saja. Hanya pusing sedikit”ucapnya menenangkan.

Mataku mulai terasa panas oleh air mata yang mendesak ingin keluar, aku tak ingin terlihat lemah di hadapannya. Tapi melihat orang yang paling aku sayangi setelah kedua orang tuaku seperti ini, aku merasa hancur. Bukan ragaku, tapi jiwaku.

“Jangan menangis Fara. Kau membuat kekekmu sedih”ucapnya pilu, jemarinya yang nampak hanya tulang berbalut kulit menghapus air mataku yang lolos.

Hening...

Aku tak menjawab, bagaimanapun aku tetap khawatir dengan keadaannya.

Ku rasakan ada sebuah tangan yang mencengkram pundakku, seakan mengatakan “Kuatkan dirimu”. Aku menoleh ke belakang, ternyata itu ayahku, ia sedang berdiri tepat di belakangku.

“Fara mau ikut ayah? Kamu belum makan kan?”ajaknya, aku mengangguk singkat “Kakek, Fara makan dulu ya. Nanti Fara balik lagi ke sini”ucapku “Ya, makanlah”, aku lalu mengecup keningnya yang di penuhi kerutan.

...

Aku kembali lagi, di ranjangnya nampak kekek ku sedang makan. Aku agak lega karna selang oksigen telah di lepas, pertanda sistem pernafasannya mulai membaik “Kakek mau Fara suapin?”tanyaku “Boleh”ia mengangguk cepat lalu menggeser posisinya sedikit “Duduklah di sini”ia menepuk nepuk kasur di sampingnya.

Aku menurut dan langsung duduk di sampingnya dengan mangkuk di tangan kiriku dan sendok ditangan kananku. “Buka mulutnya kek”ucapku sambil menyodorkan bubur itu di depan bibirnya yang kering, ia nampak susah payah menelan. Hampir hapir aku meneteskan air mataku lagi, tapi kali ini aku bisa menahannya.

Ibu membuka jendela di ruangan itu dan mematikan AC. Terlihat satu kupu kupu cantik masuk dan hinggap di atas bunga dalam vas. “Subhanallah, Indah sekali”pujiku.

 “Fara, kau tahu kenapa kakek menamakan kau Farasyah?”tiba tiba kakek bertanya, aku hanya menggelengkan kepalaku dengan linglung “Tidak. Memang kenapa kek?”. “Farasyah itu artinya kupu kupu”terangnya.

Aku memandang takjub ke arah kakek “Benarkah?”tanyaku antusias “Tentu. Aku ingin kau menjadi seperti kupu kupu. Meski awalnya hanya ulat yang merugikan, tapi kelak kau bisa menjadi cantik dan sangat berguna”jelasnya, aku hanya manggut manggut. “Dan, aku takkan tumbuh karna kakek. Karna kakeklah sayapku, pengindah diriku”ucapku tulus, ia hanya tersenyum.

“Uhuk..uhuk”kakek terbatuk, darah segar keluar dari mulutnya. Kau panik, sangat panik “Ibu!!! Ayah!!nenek!! kakek berdarah”

2010

“Kakek..”bisikku pelan. Kakiku kaku, tak sanggup menopang berat tubuhku. Tenda telah terpasang, bendera kuning menyebar sepanjang jalan. Ibuku menangis menghamburkan langkahnya menuju rumah duka. Air mataku terasa kering, aku tak bisa lagi menangis.

Ayah memapahku agar menemuinya tuk terakhir kali. Aku ingin, tapi takkan sanggup melihatnya. Terlihat dari ambang pintu depan, raganya di atas kasur telah terbujur kaku. Lantunan ayatsuci Al-Qur’an mengalun selalu.

Matanya yang selalu menatapku dengan sayang kini telah kaku, tak dapat di gerakkan lagi, kedua lengannya yang memberiku kehangatan kini tak dapat lagi.

“Kakek..”bisikku di telinga kanannya, tak ada pergerakkan sedikitpun. Ku sibakkan kain yang ada di atas wajahnya “Ini Fara kek. Fara sayang kakek..”bisikku sembari mengecup keningnya yang kini terasa dingin.

Aku menyesal dan merasa benci pada diriku sendiri. Seharusnya sejak dulu aku mau saja bersama kakek tinggal di sini, seharusnya aku selalu menamani kakek saat dia sakit, saharusnya aku ada di sini saatsakaratul mautnya, membacakan kalimat syahadat untuknya. Tapi di mana aku?!

....

2012

“Fara, ayo pulang!”seru ibu di belakangku “Sebentar bu, aku pamit dulu”ucapku.

Aku kembali menatap gundukan tanah itu, membacakan surah Yasin untuknya. Seusai berdoa aku berkata “Kek, aku memang kupu kupu. Tapi kini aku tak indah lagi”aku mengelus elus batu nisan itu. “Kakek tau kenapa?”tanyaku

“Itu karna, sejak kakek tiada, sayapku sudah patah. Sayap yang selalu mengindahkanku hilang bersamamu kek. Karna itu, kini aku hanya kupu kupu tak bersayap”aku mengecup nisan itu, mengucapkan salam lalu segera berlari menuju mobil.

Kupu kupu Tak BersayapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang