sosok mesum itu

4 0 0
                                    

Note:
Putih abu-abu menjadi target bagi segelintir orang. Namun,bagiku hanya seragam yang sama sekali gak berguna. Walaupun berubah hanya karena dirinya.

---
      Rinai hujan perlahan turun membasahi tanah yang semulanya tandus kini mulai tergenang oleh air hujan. Aku mengamati tetes demi tetes hujan yang mengalir dipagi hari ini. Pada saat itu,pria itu lewat dengan payung berwarna hitam miliknya. Kuperhatikan lekat-lekat. Ada apa dengannya? Apakah ia tidak takut sakit? Siapa sebenarnya sosok itu? Pertanyaan terus saja berlalu lalang dikepalaku. Akupun tak tahu kenapa setiap sosok itu lewat dari hadapanku. Sepertinya kepalaku terus saja bermonolog. Seakan ia ingin memusatkannya pada satu memori. Entahlah.

Pagi itu, hujan tak kunjung reda. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 07.30. Aku berada pada posisi tidak baik. Hari ini merupakan hari pertamaku memasuki jenjang sma. Aku lalu melihat kesisi kanan dan kiri halte bis tempatku menunggu. Bis itu lama sekali sampainya. Aku tak kuasa menahan gerutu dan umpatanku yang tidak cocok untuk didengar. Lalu,dari samping kananku terlihat bis besar membelah jalanan kotaku. Ya,bis itulah yang nantinya akan mengantarkanku sampai kesekolahku.

Waktu berlalu semakin membuatku jengkel. Apalagi bis ini penuh dengan lelaki yang sangat menjijikkan. Dengan berusaha mengambil kesempatan dalam kesempitan. Ditambah lagi dengan seorang lelaki berseragam sma yang sejak tadi menciumi rambut dari seorang wanita berseragam yang sama dengannya. Jangan lupa wanita dengan seragam tipis yang menunjukkan pakain dalamnya. Sungguh miris yang sedang kusaksikan. Diibarat kata aku sedang menonton siaran langsung adegan yang tak layak untuk kusaksikan. Aku berdecak kesal tatkala lelaki mesum itu menoleh kearahku hingga menunjukkan seringaiannya yang layak dibilang sebagai serigala yang kelaparan. Tapi, maaf kata aku bergidik ngeri. Dirinya memang tampan itu nilai positifnya. Namun,dia lelaki paling mesum yang pernah kulihat.

Bis tiba dihalte sekolahku Sma Negeri 7 tanjung balai. Ini adalah sekolahku. Sekolah dengan murid-murid yang berusaha untuk meraih mimpi mereka. Aku kemudian berlari menembus hujan yang kini tidak terlalu lebat. Hanya air yang jatuh dari pondasi tertinggi sekolahku. Hanya ada rintik hujan dibulan juli ini. Gerimis menghentikan upacara yang seharusnya kami lakukan dipagi hari ini. Mungkin,disekolah kalian bukannya juga melakukannya untuk mengenang jasa para pahlawan negeri kita tercinta. Sungguh miris tatkala murid-murid enggan melakukannya. Padahal mereka tidak pernah tahu bahwa apa yang telah dilakukan oleh para pahlawan sangat besar untuk kita. Tapi,mirisnya mereka hanya mengatakan upacara itu panas. Tapi,tidak sedikit pula yang beranggapan akan hal seperti itu. Contohnya saja bapak/ibu guruku terutama guru yang menjadi leader bagi mereka bapak kepala sekolahku yang sejak tadi berbicara panjang kali lebar diaula tempatku duduk saat ini.

Usai kepala sekolahku berbicara. Kemudian,digantikan oleh kakak mentor kami yakni anak osis yang berjejer rapi dengan senyum 1000 watt. Dan teman-temanku hanya berteriak layaknya tarzan yang sedang mencari induknya gorila. Sungguh miris jika berbicara tentang anak generasi micin di zaman now.

Tiba-tiba saja pembagian anggota dimulai yang dibacakan oleh kak aulia. Sosok itu seakan sudah berkoak-koak dengan kertas yang sejak tadi menjadi mantra dimana teman-temanku berteriak heboh. Aku hanya diam tanpa berkomentar. Dan hal yang membuat kediamanku terhenti adalah dimana kak aulia membacakan namaku. Aku terkesiap aku tak tahu dikelompok mana aku disebutkan.

Semua orang yang menjadi peserta ospek lalu membuat koloni. Dan aku berdiri mematung. Hingga kak aulia kembali berteriak membuat semua yang ikut dalam kegiatan ospek menatap tajam akan sosokku. "Heh,anak kecil disebelah sana ngapain masih berdiri kayak tiang bendera. Mau jadi patung pancoran lo." Aku menatap jengah akan manusia sombong itu. Mentang-mentang ia memiliki tubuh besar. Dia pikir aku takut apa.
"Maaf kak saya gak tahu berada dikelompok berapa." Jawabku menunduk. Itulah aku yang bicara besar dihati namun tidak pada apa yang kukeluarkan. Hingga manusia mesum itu menghampiri dan menarik tanganku. Membuat tatapan tajam menjadi sarapanku. Ya,wanita yang bersamanya tadi pagi kini menatapku bagai singa kelaparan.

#tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 16, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

seluruh cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang