Raut gugup terpancar jelas di wajah Choi Soobin. Pemuda manis itu terus-menerus menunduk, menghindari kontak mata dengan orang-orang di lingkungan barunya.
Ya.. kesialan memang selalu menimpa dirinya. Menurutnya dia memang tidak terlahir untuk menjadi seorang yang penuh kebahagiaan. Dia selalu menjadi korban. Dari orang tuanya, pun dari mantan kekasihnya yang menjadi satu-satunya harapan.
Mantan kekasihnya juga yang menjadi alasan kenapa dia disini. Ke kampus berasrama yang terlihat bersih ini. Berlebihan kah dia pindah hanya karena mantan kekasih? Oh tentu tidak. Akan kujelaskan nanti. Sebaiknya kita lihat remaja manis yang kebingungan mencari kamar asramanya.
Sial baginya, karena penjaga asrama mengeluh sakit perut hingga tak bisa mengantar ke kamarnya. Soobin menghela nafas, kepalanya tak berhenti menoleh kesana kemari. Dia bingung. Tentu saja! Ayolah ada tiga gedung asrama di sekitarnya. Dan dia tidak tahu dimana kamarnya berada. Dia lelah. Dan asrama sedang sepi. Ya karena ini jam belajar di pagi hari, tentu saja penghuninya berada di kampus yang tak jauh dari asrama ini.
"P-permisi," tidak punya pilihan lain Soobin akhirnya menghampiri seorang pemuda berambut kecoklatan yang berjalan ke arahnya.
"Ya?" mata tajamnya membuat Soobin sedikit terkejut.
"Maaf mengganggu sebelumnya, aku mahasiswa pindahan disini, kalau boleh aku ingin meminta tolong, antarkan aku ke kamar 104 apakah bisa? A-aku.. tidak tahu harus ke-kemana," ucap Soobin sedikit tergagap di akhir, karena pemuda di hadapannya menatapnya menelisik.
"Ah kau roomate baruku rupanya? Kenalkan aku Choi Yeonjun," uluran tangan dan senyum kecil yang membuat Soobin terdiam sebentar. Wah bagaimana bisa wajah Yeonjun berubah ramah hanya dengan senyuman itu.
"Begitukah? Hehe kalau begitu salam kenal, aku Choi Soobin," dia menerima uluran tangan Yeonjun, menjabatnya sambil tersenyum yang menampakkan kedua lesung pipinya.
"Sini ku bantu, kalau boleh tau kau angkatan tahun berapa Bin?" Yeonjun dengan cepat mengambil alih tas berisi pakaian milik Soobin.
"A-ah terima kasih, ehm aku angkatan tahun 2018," pasrah, Soobin merasa tak enak karena tas yang dibawa Yeonjun sedikit berat.
"Panggil aku Hyung kalau begitu yaa anak manis?" Yeonjun terkekeh sambil mengusak rambut hitam Soobin.
Si pemilik rambut? Dia hanya mampu membulatkan matanya, sedikit terkejut dengan perlakuan Yeonjun padanya. Mereka baru bertemu dan Yeonjun berlaku sangat baik kepadanya. Jantungnya juga berdegup sedikit lebih cepat, membuat si empunya tersenyum kikuk menatap wajah Yeonjun dari samping, awalan yang bagus untuknya.
Sesampai di kamar Soobin langsung berbenah merapikan barangnya. Yeonjun ternyata setahun lebih tua dari Soobin. Yeonjun Hyung tidak buruk juga sebagai roomate. Begitulah pemikiran Soobin, karena kamar yang berkapasitas dua orang ini bersih meskipun tidak terlalu rapih. Dan yaa, Yeonjun sudah kembali ke kampus. Sementara Soobin yang memutuskan untuk tidak pergi, karena badannya luar biasa lelah. Setelah selesai berbenah dia memutuskan untuk mandi dan beristirahat sebentar. Kantuk tak bisa ditahannya lagi. Karena di perjalanan Soobin sama sekali tak bisa memejamkan matanya.
Soobin terlelap hingga matahari kembali ke peraduannya. Yeonjun sedikit terkejut melihat kamarnya jadi sedikit lebih rapih, pastilah Soobin yang merapikannya.
"Astaga, anak ini," Yeonjun tertawa, adik tingkatnya itu pasti terlalu lelah membereskan kamar ini dan barang-barangnya hingga tertidur dengan handuk yang masih terkalung di lehernya.
Yeonjun memutuskan untuk mandi terlebih dulu karena badannya lengket dengan keringat. Dia berniat membangunkan Soobin setelahnya untuk mencari makan malam bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destined. [YeonBin]
FanfictionTakdir yang mempermainkan seorang Choi Soobin. Takdir pula yang menuntunnya menemukan bahagianya. Ya dialah, Choi Yeonjun. Warning! It's b×b stories don't like? Don't read.