Yeonjun dan Soobin yang ternyata satu jurusan meskipun beda tingkat, mereka menjadi lebih sering bersama. Entah itu untuk sekedar hangout, pergi ke toko buku, bercerita tentang segala hal, maupun Soobin yang bertanya soal tugas yang tidak di mengertinya. Karena, Yeonjun cukup pintar hehe.
Soobin juga berhasil beradaptasi dengan baik di lingkungannya, dia mempunyai banyak teman juga, selain teman-teman Yeonjun yang otomatis mengenalnya karena mereka sering bersama tentu saja.
Hingga satu waktu di akhir minggu, Soobin terlihat duduk gelisah sambil memperhatikan ponsel di meja belajarnya. Dan itu berhasil menarik atensi si pemilik mata kucing.
"Hey kelinci, ada apa denganmu?" Soobin menatap Yeonjun sekilas, mendengus mendengar panggilan yang digunakan Yeonjun.
Itu semua karena beberapa waktu lalu ada kelinci yang tiba-tiba ada di taman kecil di taman asrama. Kelinci itu berlari setiap didekati orang lain, tapi ketika Soobin yang mendekat, kelinci itu malah lompat ke pelukan Soobin dan berhasil membuat Yeonjun takjub dan tertawa hingga menjulukinya kelinci.
Okay, kembali ke masalah awal. Soobin terlihat semakin menekuk wajahnya. Tak minat bercanda dengan Yeonjun.
"Kenapa bin? Ceritalah jangan pasang wajah begitu, tak enak pandang kau tahu?" tegur Yeonjun untuk kedua kalinya, hingga akhirnya Soobin menghela nafasnya menatap gusar ke arah Yeonjun.
"Wae?" Yeonjun yang awalnya berbaring di kasurnya berpindah duduk di kasur Soobin, berhadapan dan menatap wajah si manis.
"Mantan kekasihku hyung.. ahh," Soobin menunduk setelah sebelumnya mengacak rambutnya kesal.
"Hey tenanglah dulu, cerita pelan-pelan padaku, tatap aku bin," suara Yeonjun melembut, tatapan matanya terlihat berbeda, membuat Soobin tenang.
"Hyung tau? Karena dia bin pindah kemari, memulai hidup baru, dia menghancurkan segalanya hyung, d-dia.. hiks," satu isakan lolos dari bibir tipis Soobin, dia menundukkan kepalanya dalam.
Yeonjun terdiam melihatnya, meraih sebelah tangan Soobin mengusapnya pelan. Dia tidak tau kenapa dia melakukan itu. Hanya menuruti kata hatinya.
"Aku hancur karena dia, dia yang ku percaya hyung, tapi kepercayaanku dia hancurkan begitu saja, dia pergi dengan seorang wanita lain saat aku jatuh dan benar-benar membutuhkannya, namun dia egois dan menahanku pergi dari sisinya, sementara dia bersenang-senang dengan pacarnya dan selalu menyalahkan aku atas apa yang terjadi jika dia ribut dengan kekasihnya. A-aku.. aku lelah," dengan wajah kacau penuh air mata, Soobin meracau suaranya melemah di akhir dan berakhir menangis lagi dalam diam.
Yeonjun terdiam, mencerna segala yang keluar dari mulut yang lebih muda. Yeonjun menghela nafas.
"Berhentilah peduli jika lelah bin, hm? Kau pantas mendapatkan yang lebih baik, jangan terus-menerus terjebak dengan dia, aku tahu kau bisa melakukannya, okay? Tenanglah jangan menangis," Yeonjun menepuk pelan pundak Soobin dan mengusap rambutnya. Membuat yang lebih muda sedikit lebih tenang.
Yeonjun beranjak, mengambil segelas air putih. Menyerahkannya kepada Soobin. Soobin yang masih menunduk menyembunyikan wajahnya itu bergumam terima kasih yang membuat Yeonjun tersenyum kecil dan kembali mengusap pelan kepala Soobin.
"Jangan menangis, kau jelek tahu? Lihat wajahmu jadi merah," Yeonjun meringis, tidak tahu kenapa dia tak suka melihat adik tingkatnya itu menangis. Berusaha menghiburnya.
"Hyung," panggil Soobin dengan suara kecil.
"Hmm?"
"Kau tak jijik kepadaku kan? K-karena o-orientasi seksualku yangㅡ"
"Jangan bicara macam-macam lah, untuk apa aku jijik padamu? Ehm.. asal kau tahu saja, aku juga sepertimu, meskipun kebanyakan dari mantan kekasihku itu wanita aku juga suka.. err yaa kau taulah, dan semuanya itu pilihan, tak sepantasnya orang memandang rendah kehidupan orang lain, betul kan?" Yeonjun memotong kalimat yang ingin diucapkan Soobin dengan panjang lebar, Yeonjun masih melempar tatapan lembutnya. Membuat yang lebih muda sedikit malu, daun telinganya memerah. Yeonjun melihat itu, dan terkekeh pelan.
"Ku kira kau lurus saja, teman wanitamu banyak sekali kau tahu? Haha, dan tak sedikit dari teman-temanku bilang kalau mereka mengagumimu, posisiku tergeser karenamu huh," Yeonjun merajuk, hanya main-main tentu saja. Dan itu membuat Soobin tertawa kecil lalu menggeleng pelan.
Kini si pemuda kelinci itu menatap yang lebih tua, di mata Yeonjun, Soobin lucu sekali. Lihatlah wajahnya yang sembab dan hidungnya yang memerah, kontras sekali dengan kulit susunya.
"Apakah aku terlihat seperti seorang cassanova hyung? Ayolah aku tidak sepertimu," jelas Soobin sambil menggelengkan kepalanya tak mengerti.
Yeonjun hanya tertawa, lalu kembali berbaring ke tempat tidurnya sendiri.
"Ah sial kenapa pula aku menangis, kepalaku jadi pusing," desis Soobin pelan, Yeonjun mendengarnya.
"Dasar kelinci cengeng, butuh obat tidak?" tawar Yeonjun yang bersiap membuka laci penuh obat-obatan persediaannya, Soobin tak habis pikir kenapa Yeonjun punya obat sebanyak itu.
"Tidak, terima kasih hyung, sudah mau mendengarkanku, jika hyung butuh teman cerita jangan sungkan padaku yaa? Sekarang aku ingin tidur sudah larut kau tahu? Hyung jangan begadang juga oke?" Soobin berbicara sambil membaringkan dirinya di atas kasurnya, menyamakan posisinya lalu menatap Yeonjun sekilas. Yeonjun mulai sibuk dengan laptopnya, entah bermain game ataupun mengerjakan sesuatu yang lain.
"Ehm.. tidak janji, selamat malam Soobin," sahut Yeonjun yang terdengar seperti gumaman.
Soobin yang sudah lelah usai menangis pun tak dapat menahan kantuknya lagi dan tertidur lelap. Meninggalkan Yeonjun yang menatapinya dalam diam.
Yeonjun sengaja membuat dirinya terlihat sibuk dengan laptopnya, menghindari debaran tak wajar saat melihat Soobin dari dekat. 'Ini gila,' batin Yeonjun.
Yeonjun bergerak pelan, turun dari kasurnya mendekati Soobin yang tidur dengan wajah sembab namun terlihat nyaman. Yeonjun duduk di lantai, memperhatikan Soobin.
"Jangan menangis, di sini sakit melihatmu begitu bin," monolog Yeonjun yang melempar pandangannya ke dinding kamar asramanya, sambil menunjuk dadanya.
"Have a nice dream, bunny."
Entah dapat dorongan dari mana, Yeonjun memajukan wajahnya, mengecup pipi berisi Soobin. Yeonjun sendiri kaget dengan apa yang di lakukannya. Untung saja Soobin tidak gampang terbangun.
'Apa yang kulakukan, bodoh!' Yeonjun merutuk kembali berbaring di kasurnya sendiri, menenggelamkan dirinya sendiri di kasur.
Berusaha menenangkan jantungnya yang sepertinya sedang parade di dalam sana. Soobin menggemaskan baginya. Soobin itu manis baginya. Dan itu sedikit membuat otaknya menggila.
Yeonjun mengagumi Soobin.
Soobin anak yang baik, polos lebih ke bodoh menurut Yeonjun. Membuat Yeonjun kadang khawatir membiarkan Soobin sendirian. Haha, dasar protektif memang ya.
To be continue..
Hewwo~ well satu chapter lagi selesai. Maaf kalau agak canggung dan ngga nyambung. I'm doing my best now. Sudahlah ya cuap cuap tak pentingnya.
Semoga sukaa, happy reading. Keep support Tomorrow by Together. Dan jangan lupa vote dan comment nyaa.
Big love. Adios~♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Destined. [YeonBin]
FanfictionTakdir yang mempermainkan seorang Choi Soobin. Takdir pula yang menuntunnya menemukan bahagianya. Ya dialah, Choi Yeonjun. Warning! It's b×b stories don't like? Don't read.