01

117 14 5
                                    

daniel melangkah masuk ke dalam rumahnya dengan langkah gontai. rumah kecil tempatnya tinggal seorang diri selama kuliah. tidak terlalu rapi, cukup berantakan, tapi terurus. persis seperti mahasiswa laki-laki pada umumnya.

tasnya ia banting ke lantai dan dengan malas mengambil pakaian dari dalam lemari lalu beranjak masuk ke kamar mandi.

waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam, dan daniel yang terlalu lelah, antara sadar dengan tidak sadar, memilih untuk merilekskan badannya dengan mandi air hangat malam ini.

tangannya terulur memutar keran hingga air hangat mengalir mengisi bak mandi hingga tiga perempatnya. daniel menghela napas. wajahnya malam ini benar-benar kusut, matanya berkantung dan berkedut sayu, badannya terasa remuk karena lelah mengejar jadwal seharian dari pagi hingga malam di kampusnya.

dengan lemas daniel perlahan melepas pakaiannya dan mulai berendam dalam air sabun yang telah ia atur suhunya. matanya terpejam menikmati wewangian, dengan lantunan bunyi klakson mobil dan hiruk pikuk samar kebisingan kota terdengar dari jendela di sampingnya. jangan khawatir, kaca jendela itu terlalu buram untuk sekadar menampakkan gambar. hanya terlihat sepintas gemerlap lampu kota dan goresan-goresan dipenuhi embun yang menebal. dengan tanpa minat untuk membongkar jendela itu, daniel lebih memilih untuk memasang tirai di sekeliling bak mandinya dan menariknya tanpa menutupi si jendela buram.

daniel menarik napas dalam dan menghembuskannya kasar. daun hidungnya hanya berjarak tipis dengan air menyebabkan gelembung-gelembung kecil muncul dan terdorong di permukaan.

ia seolah tenggelam dalam keheningan, menyisakan sepertiga bagian kepalanya saja yang mencuat dari genangan air.

dan seperti biasa, tiada hari di kamar mandi tanpa ikut tenggelam dalam benak dan pikiran terdalam diri masing-masing.

kali ini pikirannya tertuju pada suara samar hiruk pikuk kota di sekitarnya. daniel sudah sangat terbiasa dengan suara bising itu. hidup sendiri di kota besar demi mengejar perguruan tinggi dengan rutinitas yang itu-itu saja, terdengar sangat klise.

daniel suka belajar, daniel suka berkutat dengan buku hingga ia terpaksa memakai kacamata, daniel suka berbicara di depan untuk presentasi laporannya dan semua orang tahu daniel menyukai semua rutinitas yang ia lakukan.

tapi, bukankah semua hal lama-lama bisa menjadi... membosankan?

daniel bosan.

tapi ia sudah nyaman,

dan terlalu malas untuk merubah.

daniel ingin suatu hari hidupnya sampai pada titik klimaks dimana konflik seolah mencekiknya.

tantangan akan terasa menyenangkan, bukan?

sampai pada keputusan tak berarti lamunannya, pada akhirnya daniel memilih untuk membuka mata. dan seolah terbangun dari mimpi, semua warna neon yang menari-nari mencolok di tengah kegelapan lenyap seketika.

daniel menatap lurus ke depan, dimana hanya ada tirai pada pandangannya. batang hidungnya tenggelam setengah, sehingga pandangan daniel sejajar dengan genangan air berbusa.

dengan tanpa minat, netranya ia gerakkan ke kiri dimana pemandangan kota yang hanya terlihat cahayanya saja terbias di iris hitam kelamnya. daniel mulai berpikir apa jalan-jalan akan menyenangkan dilakukan pada pukul segini?

tapi seperti biasa, tepat ketika ide itu muncul, rasa kantuk langsung menyerang.

pada akhirnya kemalasan akan selalu menang, haha.

dan dengan mata sayu, daniel melirik ke kanan, tepat ke tirai kekuningan yang seolah bersinar diterpa cahaya lampu, dan daniel tidak mampu untuk tidak terkejut.

bayangan seseorang berdiri tidak jauh darinya. terbias pada tirai, berdiri tegap menatap lurus tepat ke arahnya.

"SIAN-jir..."

daniel berjengit kaget seiring teriakan tertahan keluar dari mulutnya. ia menghela napas kasar. dirinya sudah terduduk di bak mandi dengan tatapan tajam dilayangkan ke arah kanannya dengan bengis.

"nGAPAIN KELUAR LAGI-dude, ok," daniel menarik napas dalam lalu terbaring lemas hingga terendam kembali, ia memijat pelipisnya penat. "kamu kalau cuma mau nakutin saya sori sori aja ya, gak mempan lagi. cari trik yang lain, gih, bosen gue gini terus. ya kaget sih tapi saya udah tau lagian kENAPA HARUS DI KAMAR MANDI??!"

daniel murka.

ia memalingkan wajahnya lalu mendengus kasar ketika tak ada pergerakan apapun dari omongannya.

"pergi, ah," ujarnya ketus seiring tangannya menarik kasar tirai tersebut hingga terbuka sejangkauan pandangan matanya untuk melihat kekosongan.

kosong.

dalam keadaan seperti ini, daniel tak mampu menahan tawanya lagi.

"dosa apasih gua diikutin makhluk macam gini," kekehan kecil meluncur di akhir monolognya. ia menutup tirai tersebut dan kembali merendam badan hingga setengah hidungnya saja yang terlihat.

matanya kembali melirik. hanya tirai putih biasa yang disinari cahaya lampu. tak ada bayangan apapun.

dan entah mengapa, sebuah senyum miring terukir di bibir daniel. "good boy."










---

halo (`▽')
besok ada daniel yuhuu🎉🎉

aku matiin auto capitalization dan ternyata kayak gini lebih enak aowkwowk jadi ini akan menjadi lowcon :')

sebuah short fic (`▽')

moga gak cringe. huhu.

terimakasiii❤️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 08, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Zero Gravity - NielwinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang