V. Ngobrol

8 3 0
                                    

Hari ini pertama kali gue ikut pembinaan olimpiade. Dan, ya, gue sekarang lagi duduk bersebelahan sama Dio.

Itu bukan kemauan gue!

Gue maunya duduk sebelahan sama Naya, tapi ternyata Naya hari ini nggak berangkat, sakit katanya.

Asli ya, posisi paling canggung selama gue hidup ya sekarang ini. Jarak gue dan Dio hanya sekitar 30 cm. Gue dan dia sama-sama belum ngobrol selama masuk ke ruang laboratorium kimia ini.

Padahal nih ya, sekarang udah lebih dari 10 menit Pak Hud belum masuk-masuk buat ngisi pembinaan.

Jadilah gue sama Dio diem-dieman. Lebih tepatnya gue sok ngesibukin diri dengan baca-baca materi. Padahal, gue bolak-balik doang nih lembarannya.

"Apa kabar?"

Tuh kan! Dio itu kalo apa-apa suka tiba-tiba gini. Nggak muncul lah, nggak ngajak ngobrol lah, bikin gue jantungan.

Gue berusaha buat nampilin muka b aja, walaupun gue kaget dong.

"Eh?"

"Sorry, Lo kaget ya?"

Gue cuma tersenyum canggung. Bingung juga mau jawab gimana. Dari kemarin gue sama Dio beberapa kali nggak sengaja ketemu deh, tapi kenapa dia baru nanya kabar gue sekarang?

"Gue mau nanya kabar lo dari kemarin-kemarin, cuma kayaknya lo sibuk."

Dio, selain suka muncul tiba-tiba, bisa banget nebak apa yang gue pikirin. Kan kesel!

"Eh.. Iya, gue sibuk." Jawaban macam apa ini. Bukan itu yang mau gue jawab. Bodoh banget sih, ah. Kesannya gue nggak nyaman sama dia gitu.

Dio cuma ngangguk denger gue ngomong gitu.

"Sorry," ucap gue akhirnya.

"Kenapa?" tanya Dio.

"Itu..."

"Maaf saya telat, tadi ada urusan sebentar." Pak Hud tiba-tiba udah berdiri aja di depan papan tulis sebelum gue nyelesaiin omongan gue.

Tapi, syukurlah, gue nggak harus jawab pertanyaan dia. Lagian mau jawab apa, gue aja bingung kenapa gue bilang sorry.

ㅇㅇㅇ

Akhirnya pembinaan hari ini selesai. Cukup melelahkan hati dan pikiran. Nggak deng!

Gue bersiap buat keluar dari ruangan lab ini setelah Pak Hud keluar.

"Gue duluan ya, Dio," pamit gue pada Dio. Setelah beberapa menit terakhir gue mikir kalimat apa yang pas buat pamit, akhirnya kepilih juga kalimat itu. Semoga nggak terkesan canggung.

Gue langsung mempercepat langkah gue buat cepet-cepet keluar dari atmosfer yang bikin gue makin canggung.

Di luar itu, gue berharap kalo Dio bakal menggil gue, buat menghentikan gue pas jalan. Dan ternyata, emang enggak. Sampai gue di parkiran pun, nggak ada yang manggil gue.

Apaan sih gue, ngapain berharap gitu, mana mungkin Dio bakal nglakuin itu? Maksudnya, buat apa?

Tapi kayaknya takdir berkata lain. Lagi dan lagi, gue ketemu lagi sama Dio di tempat parkir sekolah. Dio sampai ke tempat parkir nggak lama setelah gue sampai.

Yang bikin kaget, motor gue dan Dio bersebelahan.

"Lo pakai motor?" tanya Dio ke gue lah, siapa lagi emang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 18, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DioramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang