"Rey!"
Aku membalikkan badan ke belakang. Terlihat Nava melambaikan tangan ke arahku. Aku ikut membalasnya dengan sebelah tanganku. "Nav!!!"
Dia berlari ke arahku dengan riang. Nava memang orang yang ceria dan selalu mengutarakan senyum pada siapapun. "Gue kira lo gak bakal datang lagi."
Aku meringis dibuatnya. Semenjak acara yang ikut melibatkan ekskul yang aku ikuti ini, satu kali pun aku belum sempat berpartisipasi. Padahal aku adalah wakil dari ekskul fotografi.
Ini semua karena abangku, Atrafa. Dia melarangku ikut karena acaranya diadakan pada malam hari. "Akhirnya dateng kan?"
"Heuh. Masuk kuy!" Ajaknya.
"Tunggu Bang Rafa dulu ya." Dia kaget bukan main. Aku sudah duga sih dia akan sekaget itu. Rafa dikenal paling malas berpartisipasi dalam acara sekolah apalagi jika OSIS yang mengadakannya. Dia cukup anti dengan organisasi satu itu.
"Lho, Rafa ikut?" Aku mengangguk. "Diparkiran dia sama temennya."
Nava tidak berkutik melihat gerombolan pria berkostum serba hitam berjalan kemari. "Nah, yuk masuk!" Ajakku. Aku menggenggam tangan Nava mendahului Rafa dkk.
Festival musik tahunan sekolah ramai seperti biasa. Maksudku, yang biasa kulihat dari live official account sekolah di instagram.
"Kita lanjutkan dengan penampilan kelima yaitu Garuda Kentjana dari Labschool. Mana tepuk tangannya?"
Sepertinya acara sudah dimulai dari tadi. Beberapa saat sebelum Meta sebagai master ceremony naik, kulihat band lain turun dari panggung. Kini, enam orang yang tergabung dalam Garuda Kentjana naik dan mengambil posisi masing-masing.
"Gue bakal nyanyiin lagu yang mewakili perasaan sahabat gue sama cewek manis super baik katanya." Kata si vokalis. Beberapa orang meresponnya dengan berbagai macam kalimat. "Dan gue berharap sih, setelah ini sohib gue mau jujur ke si cewek itu. Doain ya guys!"
"Aamiin."
"Lucu ya vokalisnya."
"Iya, kocak." Sahutku.
Kuawali hariku dengan mendoakanmu
Agar kau selalu sehat dan bahagia disana
Sebelum kau melupakanku lebih jauh
Sebelum kau meninggalkanku lebih jauhAku menikmati lagunya. Tatapan mataku meliar ke para personil yang cakep-cakep. Aku yakin bukan aku saja yang berkata demikian. Karena satu sekolah tahu siapa mereka. Band kebanggan sekolah. Setiap ikut lomba pasti menang.
Ku tak pernah berharap kau kan merindukan
Keberadaan ku yang menyedihkan ini
Ku hanya ingin bila kau melihat ku Kapanpun dimanapun hatimu kan berkata seperti iniSemakin lama aku menjadi sedikit risih karena merasa ada yang memperhatikan. Tepatnya si pemain bass tengah menatapku sedari awal. Ku kira dia hanya ingin melihat seisi ruangan. Tetapi bukan. Tatapannya terkunci padaku. Aku tahu itu meski aku melihat kearah vokalis disebelah kanannya.
Pria inilah yang jatuh hati padamu
Pria inilah yang kan selalu memujamu aha, yeah
Begitu para rapper coba menghiburkuVokalis itu mengambil microphone dari stand-nya dan berjalan kearah bassis itu. Dia menepuk pundak si bassis dan merangkulnya. Bassis itu masih menampilkan wajah datar.
Akulah orang selalu menaruh coklat
Dan menuliskan cinta diatas tempat dudukmu
Akulah orang yang kan selalu mengawasimu
Menikmati indahmu dari sisi gelapkuAku jadi teringat adegan beberapa bulan yang lalu. Selalu ada coklat batangan dan pesan semangat untukku. Gak, gak mungkin aku. Memangnya aku siapa sampai dinyanyikan begini?
Mungkin kau tak pernah tahu
Betapa mudahnya kau tuk dikagumi
Mungkin kau tak pernah sadar
Betapa mudahnya kau tuk dicintaiAkulah orang yang akan selalu memujamu
Akulah orang yang akan selalu mengintaimu
Akulah orang yang akan selalu memujamu
Akulah orang yang akan selalu mengintaimuKarena hanya dengan perasaan
Rinduku yang dalam padamu ku pertahankan hidup
Maka hanya dengan jejak-jejak hatimu
Ada arti ku telusuri hidup ini
Selamanya hanya kubisa memujamu
Selamanya hanya kubisa merindukanmu..."Terimakasih." Tutup si vokalis yang terlihat rupawan dengan kaus ditutupi jaket jeans itu.
Meta masuk ke panggung, sedikit mengulik cerita pada band tersebut. "Wah luar biasa sekali ya! Semoga seperti yang dikatakan Ervan diawal tadi, sohibnya itu bisa jujur."
Koor penonton berkata aamiin. Aku juga ikut mendoakan.
"Kira-kira sohib yang mana nih ya?" Pertanyaan Meta membuat satu stadiun panas. Terutama para gadis.
"Jangan-jangan Bara? Kan dia tuh satu-satunya yang jombs di GadTja." Para personil tersenyum, Ervan malah terbatuk-batuk.
"Bar, jujur deh buru!!" Pekiknya. Padahal Bara sudah jauh menuruni tangga panggung.
"Entar diambil orang nyesel lho!"
"Oke, oke. Move on dulu dari penampilan GadTja yang ditujukan untuk someone ini, kita lanjut ke Jamalengka dari SMANDA!!!"
"Nav, temenin ke stand depan dong! Haus mau beli milkshake." Nava langsung berdiri. Mana mau dia tinggal sendirian diantara teman-teman Rafa yang bertampang preman.
"Eh, gue beli jajanan disana dulu ya!" Aku mengangguk.
"Bu, milkshake coklatnya satu. Pakai taburan oreo diatasnya." Itu bukan cuma suaraku. Ada seseorang yang mengucapkan kalimat yang persis sama denganku.
Aku menoleh ke kiri. Laki-laki berhoodie hitam itu juga menoleh ke arahku. "Loh kamu yang dikejar-kejar Parav itu kan? Gimana masih sakit kakinya?"
Aku ingat pria ini. Dia aku temukan bersama Parav, anjing milik Rafa yang sudah lebih dulu menggigit kaki pria ini. Aku membawa pria ini ke halaman depan rumah dan mengobatinya. Sementara Parav aku masukkan ke kandangnya.
Dia mengangguk. "Terimakasih sekali lagi."
"Gak papa. Lagian seharusnya aku yang minta maaf atas perilaku Parav."
"Lo liat penampilan GadTja tadi?"
Aku terdiam. Kenapa aku baru sadar jika ini pria yang sama dengan pria yang menatapku dari atas panggung? Hanya bedanya pria itu memakai tudung kepalanya dan juga kacamata hitam.
Tapi aku tetap akan pura-pura tak sadar. "Liat. Bagus suara vokalisnya."
"Mau main tebak-tebakan gak?" Ajaknya.
Bukan aku namanya kalau gak suka games. "Hadiahnya?"
"Dua permintaan kalau menang."
Aku berpikir sejenak. Boleh juga. "Okeh. Apa tuh?"
"Menurut lo siapa cewek yang dimaksud Ervan tadi?" Matanya terlihat berbinar.
"Hm, siapa yah? Yang manis disekolah itu Aiza. Tapi kalau yang super baik,hm, banyak sih." Khayalanku menerawang. Mengingat-ingat wajah siswi disekolah yang mungkin mendekati. "Ah pertanyaan kamu susah. Aku nyerah!!"
"Kamu. Dan temannya itu aku."
Aku berusaha menutupi rasa kaget. Lalu tertawa. Tapi aku gagal. Tawaku sumbang. Terdengar sekali dibuat-buat. Aku memang payah berdrama.
"Se-"
"Sejak kamu marahin aku karena gak kasih nenek-nenek di bus duduk, aku udah suka kamu. Se-enteng itu, Ya." Tuturnya lembut. Aku bahkan sudah lupa dengan kejadian di bus yang dia sebut. Bara tersenyum masih dengan sikapnya yang selalu lembut.
"Be mine please?"
"Aku janji bakal berusaha buat kamu selalu nyaman didekat aku."
Oksigen di sekelilingku hilang. Membuat aku sulit melakukan respirasi. Apa yang harus ku jawab?