Chapter 2

2.8K 116 4
                                    

Sepulang sholat tarawih, Kamu, Sari dan Indah langsung masuk kedalam kamar. Tubuh terasa pegal setelah menjalani 24 rakaat sholat sunat, bagi mereka ini pertama kalinya menyelesaikan sholat tarawih dibulan ramadhan. Mengingat dirumahnya masing-masing ketiga sahabat ini bukanlah muslim yang terlalu taat, orang tuanyapun kadang lupa mengingatkan.

Setelah membaringkan tubuh, mereka sedikit berbincang. diluar hujan tiba-tiba turun dengan lebat tanpa memberi tanda terlebih dahulu, tidak ada kilat ataupun petir. Hujan memang Suasana yang nikmat sebagai pengantar tidur pikir Kamu.

Perut kenyang, badan cape dan hujan dengan cepat mengundang kantuk datang. Namun baru saja Kamu hendak menutup mata terlihat cahaya kuning menyilaukan diluar jendela. Ranjang yang ditiduri Kamu menempel dengan jendela kaca kamar yang hanya tertutup gorden tipis.

Kamu tidak peduli oleh cahaya itu, dan hendak melanjutkan tidur. Tiba-tiba suara pintu kamar diketuk. Sari yang bangun dan membuka pintu, karena ranjang dialah yang paling dekat dengan pintu kamar.

"Ibu mau pergi, Ibu Warsih yang tempo hari ibu ceritakan itu, sekarang mau melahirkan. Kalian tidak usah ikut yah, hujannya lebat sekali dan cuma ada satu motor. Kalian tidur yang tenang saja, ibu bawa kunci sendiri, paling ibu pulang besok pas sahur."

Kamu terpaksa bangun ikut mengantar bidan Yuyun sampai keteras rumah. yang menjemput seorang lelaki dengan motor RX-king, setelah bidan Yuyun mengenakan jas hujan mereka berdua langsung berangkat.

.......................

Kamu terbangun karena merasakan dorongan pengen buang air kecil. Tubuhmu lemas dan matamu sangat berat untuk dibuka namun rasa kebelet tidak bisa ditahan lagi. Kamu melihat jam dinding yang tergantung diatas pintu, waktu menunjukan jam 01.15 WIB.

Kamu melihat Sari dan Indah diranjangnya tertidur pulas. Kamu membuka gorden sedikit untuk mengintip keadaan diluar, hujan sudah berhenti. Kamu sudah mencoba membangunkan kedua temannya untuk minta diantar, tapi tidak ada tanggapan.

Kamu ragu-ragu membuka pintu. Bukan rasa malas yang menahan Kamu untuk pergi, tapi letak kamar mandi yang terpisah dengan rumah yang membuat Kamu merasa ngeri. Kamu tidak mungkin kencing didalam kamar, atau diruangan lain, tidak ada pilihan selain memberanikan diri.

Saat pintu belakang dibuka, angin malam berhembus dan terasa dingin. Kamu melihat ke kiri dan ke kanan, hanya untuk memastikan tidak ada orang atau makhluk apapun yang sedang memperhatikanmu. Tapi kalaupun ada yang memperhatikan, mungkin Kamu tidak akan tahu karena keadaan disekitar gelap, kecuali cahaya lampu yang berasal dari pintu kamar mandi didepan.

Dalam keadaan takut otak jadi berpikir tidak rasional, seperti yang dilakukan Kamu, dia mengambil ancang-ancang untuk berlari. Setelah meyakinkan dirinya bahwa keadaan diluar aman, Kamu keluar rumah dengan sedikit berlari. Namun sayangnya, baru beberapa langkah karena tidak hati-hati dan kondisi tanah licin, Kamu terpeleset dan jatuh tersungkur ke depan.

Pakaian tidur yang kamu kenakan kotor oleh lumpur, tangan dan wajahmu juga tidak bisa terhindarkan. Kamu bangun dengan cepat, lagi-lagi melihat kekiri dan kekanan, rasa takut membuat tindakan Kamu tidak rasional untuk kedua kalinya. Kamu ketakutan oleh apa yang tidak dia ketahui.

Kamu berjalan cepat namun sekarang lebih berhati-hati. Setelah sampai dikamar mandi, Kamu hendak menyiduk air didalam bak mandi dengan gayung. Namun nihil, bak mandi kosong.

"Sial!" Kamu mengumpat karena merasa kesal.

Kini bagi Kamu tidak ada pilihan, dia harus menimba sumur untuk membasuh lumpur ditubuhnya.

Sumur berada disamping kamar mandi. Kamu membuka pintu sambil membawa ember mendekati sumur. Kamu berhati-hati melangkah, kamu takut terpeleset lagi kali ini, salah-salah bisa tersungkur kedalam sumur.

SARANGKALAWhere stories live. Discover now