Chapter 5

112 8 13
                                    

Happy reading ya🎉

"Jalang? Lo gausah sok tau deh" ucap Melza dengan meninggikan suaranya .

"Gue udah tau semuanya, lo mau gue bongkar sekarang apa nanti?" ucap Risa.

"Sekarang aja kali ya, mumpung banyak orang" lanjutnya

"Lo gak usah sok tau!!!" ucap Melza lalu menampar pipi Risa dengan keras.
Ia sangat ketakutan, ia takut kalau nanti semua rahasia nya terungkap, padahal ia telah menutupnya serapat mungkin.

Seketika suasana kantin berubah menjadi Hening tadinya orang orang yang membuat keadaan menjadi rusuh dikantin seperti teriak teriak, bisik bisik, gosip dsb seketika berubah menjadi tenang, tidak bersuara ketika mendengar tamparan keras yang mendarat pada pipi mulusnya Risa.

Karena selama ia sekolah disini gak ada yang berani menamparnya, jangan kan menampar, bertemu saja gak mau, karna ia bisa semena mena melakukan sesuatu kepada sesorang.

Milla sangat panik.

"Bakal terjadi perang dunia ke 4 nih, hadeh" batin Milla.

Setelah ditampar, Risa sangat kaget dan memgang pipinya. Tidak lama kemudian, mulutnya mengeluarkan cairan merah pekat.

"Perih!...
Sakit!...
Menjatuhkan harga diri gue!"
batin Risa

Sebelum risa mengamuk, Mila dengan cepat menarik tangan Risa dan Membawanya ke Uks, beruntung saat keributan terjadi semua guru sedang rapat, dan jam istirahat diperpanjang, jadi Mila bisa mengobati luka Risa.

"Kenapa lo narik tangan gue bgst!" ucap Risa

"Kita obati dulu mulutnya di uks ya" ucap Mila

"Gak! Lepasin"

"Gue gk akan lepasin lo"

"Lepasin gue bilang ya lepas!"

Akhirnya Risa pun terlepas dari cengkraman Milla, ia segera berlari ke kantin.

"Lo nampar gue? Iyakan?" ucap Risa setelah tiba di kantin.
"Berani lo sama gue? HA!" lanjutnya.

"Iyalah, emang lo siapa?" ucap Melza

"Lo ya!!!" Ucap Risa seraya ingin menampar balik si Melza.

Tetapi tamparan itu tidak berjalan dengan mulus, tangan Risa ditahan oleh Vano.

"Lo! Awas lo, gue ada urusan sama dia" ucap Risa sambil menunjuk ke belakang Vano.

"Sekolah ini punya peraturan baru, lihat!" ucap Vano sambil menyodorkan selembar kertas kepada Risa.

"Tidak boleh melakukan kekerasan di lingkungan sekolah, kalau melanggar nya akan dikeluarkan dari sekolah, what? Sejak kapan peraturan kek gini ada" batin Risa.

"Ini lo yang buat kan? Bukan. Peraturan di sekolah ini, lo aja murid baru disini" ucap Risa

"Disana ada tanda tangannya bapak kepala sekolah" balas Vano dengan Nada santainya.

Risa pun megecek di kertas itu, ternyata benar dibawah sebelah kanan keetas itu sudah di tanda tangan oleh kepala sekolah.

"Gue. Gak. Percaya!" ucap Risa lalu menginjak nginjak kertas itu.

Vano membekap mulut Risa dan menyeretnya pergi dari kantin.
Risa tidak bisa apa apa, tubuhnya yang mungil itu tidak sebanding dengan tubuhnya vano, begitupan ia tidak bisa melawan ataupun berteriak.

Sesampainya di mobil, Vano mengikat kedua tangan Risa di belakang punggungnya, lalu memasukkannya ke dalam mobil.

"Lepasin gue, lo mau culik gue kan, lepas! Bakalan gue balas lo" teriak Risa dari dalam mobil.

"Aneh, bukannya usaha kabur tapi malah teriak gk jelas" batin vano.
Vano ikut masuk kedalam mobil dan mulai melajukan mobilnya keluar perkarangan sekolah.

Sedari tadi Risa selalu berteriak tetapi Vano tidak menanggapinya, dan sekarang telinga Vano rasanya mau pecah karna teriakan Risa, akhirnya ia membuka suara.

"Lo diam! Atau" ucap Vano dan mengeluarkan tikus yg sudah dimasukkan ke dalam plastik dari kantongnya.

Risa takut dengan tikus, ia sangat takut, kelemahannya adalah tikus, ia pun seketika terdiam.

"Haha untung gue sempet nanya apa yg ditakuti sama Sasa eh Risa" batin Vano.

Vano melihat kearah cermin yg tergantung, ternyata Risa sudah tertidur, ia pun kembali melajukan mobilnya.

~~~~~

"Huaaa...." ucap Risa saat terbangun dari tidurnya.

"Mamiiii" teriak Risa

"Ada apa sih teriak teriak" -Clarrisa

"Siapa yg bawa Risa kesini? Perasaan, tadi aku lagi dimobil, kok bisa sampe sini sih mi?" -Risa

"Oh tadi vano yg ngangkat kamu ke kasur" jawab Clarrisa

"Vano siapa?"

"Yg bawa kamu naik mobil tadi"

"Ooo jadi namanya Vano" batin Risa

"Udah ya, mami masih banyak kerjaan di dapur" ucap Clarrisa seraya meninggalkan kamar Risa.

"Berani banget dia ganggu rencana gue, vano itu siapa sih kok dia bisa tau rumah gue dan dia dibolehin sama ortu gue masuk ke kamar?! Wtf anjir! Gue pacaran aja kagak boleh, pasti ada yg gk beres" gumam Risa

"Gue harus bales, masa iya dia berani banget nampar gue, awas aja" batin Risa.
Risa pun segera menelfon Dimas.

"Hallo, culik yg namanya Melza, yang satu sekolah sama gue, bawa ke gudang sekarang" ucap Risa

Setelah menutup telfonnya, Risa segera bersiap siap untuk pergi ke gudang tersebut.

🚗🚗🚗

"Gimana? Ada?" ucap Risa sambil membelakangi seseorang yang baru saja masuk ke gudang.

"Ada dong bos cantik" jawab dimas

"Wah wah lihat siapa ini yang datang, kenapa nangis?" ucap Risa sambil berjalan mendekati Dimas dan Melza.

"Yang ini bukan bos, yang namanya Melza" tanya Dimas

"Iya, nih buat lo" ucap Risa sambil menyodorkan sebuah amplop yang berisi uang.

"Sering sering gini dong bos, kan enak"

"Lo boleh keluar sekarang"

"Dan lo, hallo masih kenal gw kan?, ah masa iya udah lupa, padahal baru aja tadi lo permaluin gue di sekolah" ucap Risa denyam senyum devil nya.

"Pantesen aja berani nampar gue, anak baru ternyata, adek kelas pula. Belagu banget, belum tau gue lo hehe"

"Yudah deh, langsung mulai aja permainannya, males gue lama lama, bicara sendiri doang gak ada responnya" ucap Risa

Plak...
"Untuk lo yang udah nampar gue"

Plak
"Untuk lo yang mempermaluin gue"

Plak
"Dan ini, untuk lo yang MPO di sekolah tadi"

.
.
.
.
.
.
.
.




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 17, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Marisa 🌟Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang